- Setelah libur lebaran, sampah menumpuk dan meluber di empat Tempat Penampungan Sementara (TPS) di Kota Malang.
- Sebanyak 193,6 juta jiwa atau 71,1 persen penduduk mudik. Potensi timbulan sampah mencapai 58 juta kilogram.
- Kampanye lebaran hijau dilangsungkan sejak tujuh tahun silam. Awalnya edukasi dan kampanye diterapkan melalui papan reklame jalan tol, SPBU dan media massa saat mudik lebaran.
- Nol sampah mendorong lebaran hijau menjadi momentum untuk memulai gerakan mengurangi sampah dari sumbernya. Tidak hanya saat mudik lebaran, tapi saat bulan puasa sampah meningkat.
Tiga petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang berkutat dengan tumpukan sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS) Kelurahan Arjowinangun, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang Selasa, (30/03/2024). Sampah menggunung, mereka memindahkan tumpukan sampah ke dalam bak truk sampah. Sementara, sejumlah gerobak sampah dari permukiman setempat antre, berjajar di tepi jalan.
Gunungan sampah di TPS Arjowinangun terjadi sejak beberapa pekan terakhir. Kepala DLH Kota Malang Noer Rahman Wijaya menjelaskan hingga kini terjadi luberan sampah di empat TPS. TPS yang sampahnya menumpuk, katanya, berada di perkampungan dengan tipikal daerah yang padat penduduk dan berhimpitan dengan wilayah kabupaten.
“TPS Arjowinangun sebagian buangan dari penduduk Kabupaten Malang dan warga yang berjualan. Kalau diangap sampah mudik, ya gak fair,” katanya.
Gunungan sampah di TPS tersebut, terjadi sejak libur lebaran. Noer Rahman menjelaskan sampah selama lebaran bukan faktor utama luberan sampah. Lantaran selama libur lebaran tidak terjadi lonjakan sampah yang signifikan. Bahkan, saat hari lebaran 10 April 2024 sampahnya turun drastis.
Rata-rata timbulan sampah harian di Kota Malang sebanyak 540 ton per hari. Saat H-2 melonjak 740 ton sedangkan H-1 menjadi 570 ton. Namun, pada saat lebaran justru timbulan sampah turun menjadi 186 ton. H+2 sebanyak 300 ton. “Kenaikan sampah terjadi saat tanggal 8 dan 9 April 2024, naik 29 persen atau sekitar 160 ton per hari,” katanya.
Sementara timbulan sampah di terminal Arjosari tertinggi pada 7 April 2024 sebanyak 570 kilogram, melonjak dibandingkan kondisi normal 200 kilogram. Pada 11 April 2024 naik menjadi 300 kilogram. Setelah itu normal. Tidak ada persiapan khusus dalam menangani sampah saat lebaran.
Baca : Peduli Sampah Saat Mudik dan Lebaran
Kondisi kerja berjalan seperti biasa. Saat libur lebaran, libur pegawai dilakukan bergantian. Sebanyak 780 personil diturunkan bersiaga di titik timbulan sampah. Meliputi di pasar besar, alun-alun atau depan masjid Agung Jami dan masjid Sabilillah. “Pagi setelah salat Ied mereka bergerak, bersih,” katanya.
DLH Kota Malang menangani sebanyak 72 TPS, 52 TPS diantaranya merupakan TPS publik. Selebihnya TPS privat seperti di Rumah Sakit Universitas Brawijaya dan Universitas Brawijaya. DLH Kota Malang mengerahkan sebanyak 46 armada truk sampah dan lima armada yang khusus mengambil sampah yang tercecer di jalanan. Truk menyisir pagi dan siang.
“Kami bertanggungjawab menangani sampah di hulu. Mulai dari TPS sampai TPA (Tempat Pemrosesan Akhir). Sedangkan pengangkutan dari perumahan ke TPS dilakukan swakelola oleh warga,” katanya.
Sedangkan di TPA, normal. Setiap truk pengangkut sampah diberi tanda khusus dan muatan sampah ditimbang. Transporter swasta, katanya, harus memiliki izin khusus untuk membuang sampah ke TPA. Sesampai dipilah, sampah anorganik disesuaikan dengan kategori. Sedangkan sampah organik diolah menjadi kompos. Sisanya residu, ditimbun dengan mekanisme sanitary landfill. Kapasitas produksi kompos sebanyak 15-30 ton per bulan.
Dia menjelaskan penanganan di hulu paling sulit, lantaran harus mengubah perilaku masyarakat. Mulai dengan memilah dan mengolah sampah dari sumber. Untuk mengubah perilaku di sumbernya, DLH Kota Malang melakukan sosialisasi di komunitas dan lingkungan setempat. Menggerakkan pegiat lingkungan dan kader lingkungan setempat.
Perilaku masyarakat, katanya, tercermin dari kebiasaan membuang sampah sembarangan. DLH Kota Malang menemukan tumpukan sampah di tepi jalan jembatan Gadang dan Muharto. Padahal, di jembatan telah dipasang papan larangan membuang sampah dan sanksi denda yang melanggar. Namun, perilaku masyarakat tak berubah. Terbiasa membuang sampah sembarangan.
“Dilema. Sampah dibiarkan DLH yang salah. Diangkut akhirnya rutin, menjadi kebiasaan,” katanya. Jika tumpukan sampah tak diangkut, katanya, akan menggunung dan menyebabkan bau menyengat. Untuk itu harus melibatkan berbagai organisasi perangkat daerah, salah satunya Satpol PP) sebagai penegak peraturan daerah.
Baca juga : Sampah jadi Tabungan Lebaran di Batam, Seperti Apa?
Timbulan Sampah Melonjak
Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (PSLB3) KLHK, Rosa Vivien Ratnawati menuturkan KLHK mengeluarkan Surat Edaran Nomor 5 tahun 2024 tentang Pengendalian Sampah Hari Raya Idul Fitri kepada Gubernur dan Bupati/Walikota. KLHK memperkuat peran dan komitmen pemerintah daerah untuk mengendalikan sampah selama mudik lebaran. “Sekaligus mengedukasi masyarakat untuk mengurangi sampah,” kata Rosa dalam konferensi pers pada 5 April 2024.
Pemerintah daerah dihimbau membentuk satuan tugas penanganan sampah yang dilaporkan secara periodik. Data Kementerian Perhubungan, kata Rosa, jumlah pemudik sebanyak 193,6 juta jiwa atau 71,1 persen. Naik dibandingkan tahun lalu sebanyak 85 juta jiwa. Daerah asal pemudik terbanyak Jawa Timur sebanyak 16,1 persen disusul Jabodetabek 14,6 persen dan Jawa Tengah 13,4 persen. Sedangkan tujuan terbesar Jawa Tengah 31,8 persen, Jawa Timur 19,4 persen dan Jawa Barat 16,5 persen.
“Jika setiap orang diasumsikan menghasilkan 0,3 kilogram sampah, potensi timbulan sampah sebesar 58 juta kilogram,” ujarnya. Timbulan sampah terbanyak diprediksi pada 7-8 April 2024 dan 14-15 April 2024.
Penyuluh Lingkungan Hidup Ahli Muda KLHK, Agus Supriyanto menjelaskan kampanye lebaran hijau dilangsungkan sejak tujuh tahun silam. Awalnya edukasi dan kampanye diterapkan melalui papan reklame jalan tol, SPBU dan media massa saat mudik lebaran. “Kampanye lebaran minim sampah atau lebaran hijau di media sosial KLHK,” katanya dalam seminar yang diselenggarakan Kemitraan Kota Hijau 5 April 2024.
Para pemudik dihimbau membawa kantong belanja, botol minum, dan wadah makanan sendiri. Selain itu, mengambil makanan secukupnya dan dihabiskan. Serta mulai memilah sampah. “Perubahan perilaku tak cukup tujuh tahun. Kami sadar betul, opini publik berubah saja sudah bersyukur,” katanya.
Pemerintah daerah turut memfasilitasi dan mengawasi penanganan sampah saat arus mudik. Mengelola sampah di terminal, stasiun, dan bandara. Juga menyediakan tempat sampah terpilah. Sedangkan saat salat Idul Fitri, jamaah diminta membawa peralatan salat sendiri, alas salat guna ulang. “Menghindari koran bekas sebagai alas salat, mengurangi timbulan sampah,” katanya.
Dewan Pertimbangan Adipura KLHK Nirwono Joga juga menekankan pengelola kawasan pariwisata menerapkan prinsip ramah lingkungan. Seperti mengurangi timbulan sampah, dan menyediakan tempat sampah terpilah. Sedangkan bagi pemudik diharapkan menerapkan lebaran hijau sebagai budaya baru. Sebelum mudik, mematikan keran air, mematikan pendingin udara, mengurangi penggunaan listrik dan prinsip hemat energi.
“Lebaran hijau akan menjadi nilai tambah dalam penilaian Piala Adipura. Jadi catatan tim penilaian,” katanya. Mengganti piring plastik dengan piring kaca atau pelepah, tidak menggunakan sedotan, sendok dan gelas sekali pakai. Serta memakai baju yang ada. Semakin sedikit sampah, katanya, semakin baik.
Baca juga : Sambut Lebaran dengan Pola Hidup Sehat dan Ramah Lingkungan
Mengubah Gaya Hidup, Mengurangi Sampah
Koordinator Nol Sampah Hermawan Some memuji program lebaran hijau . Program dinilai bagus untuk usaha mengurangi sampah. Namun, sepanjang program berjalan minim sosialisasi langsung ke masyarakat. Namun, KLHK fokus melakukan sosialisasi di media sosial, media massa dan baliho. “Tapi ada sosialisasi langsung ke masyarakat,” katanya.
Untuk menjangkau masyarakat langsung, KLHK bisa memanfaatkan fasilitator dan kader lingkungan di setiap kelurahan. Mereka merupakan kader lingkungan yang terlatih dan memiliki jaringan luas. Lebaran hijau, ujarnya, menjadi momentum untuk memulai gerakan mengurangi sampah dari sumbernya. Tidak hanya saat mudik lebaran, tapi saat bulan puasa sampah meningkat.
Hermawan menyebut aksi yang dilakukan relawan Surabaya Hebat, dilakukan sejak bulan puasa. Mereka berkeliling kampung melakukan sosialisasi. Hasilnya, terjadi pengurangan sampah secara signifikan. Hermawan menghitung Surabaya dengan jumlah penduduk 3 juta jiwa berpotensi menghasilkan sampah sebanyak 2.700 ton per hari.
“Hasilnya timbulan sampah di Surabaya 1.600 ton per hari. Timbulan sampah bisa ditekan dengan gerakan mengurangi sampah dan mengolah di TPS-3R,” katanya. Kota Surabaya memiliki sembilan TPS-3R dan 26 rumah kompos. Rerata mampu mengolah antara 600 ton sampai 700 ton sampah dan mengurangi sampai hingga 500 ton.
Nol Sampah menghitung sampah di Surabaya sekitar 22 persen merupakan sampah plastik. Terdiri atas 35 persen kresek, disusul ranking kedua alat makan sekali pakai, dan popok sekali pakai. Pemerintah kota/kabupaten di 112 daerah telah membatasi kantong plastik dan alat makan sekali pakai. Di Jawa Timur telah diterapkan pembatasan di Blitar, Tulungagung, Tuban, dan Lumajang.
Sosialisasi minim sampah, juga bisa dilakukan di angkutan publik seperti kereta api. Salah satunya, mengganti kemasan sekali pakai dengan wadah makanan guna ulang. Termasuk kemasan polystyrene atau styrofoam yang mengandung beberapa zat kimia benzene, dan styrene, yang berbahaya bagi tubuh manusia.
“Dulu makanan disajikan di atas piring. Sekarang dalam plastik mika yang dipanaskan, bahaya bagi kesehatan. Plastik yang dipanaskan bisa melepas kandungan kimia yang bercampur dengan makanan,” ujarnya.
Hermawan yang juga Dewan Pengarah Aliansi Zero Waste menilai PT Kereta Api Indonesia telah melakukan terobosan mengurangi sampah dengan menyediakan air isi ulang di sejumlah stasiun. Sehingga penumpang cukup membawa botol minum. Program tersebut secara signifikan mengurangi sampah botol plastik. “Tidak mematikan ekonomi, pedagang di stasiun bisa menjual botol minuman guna ulang,” katanya.
Untuk itu, pengurangan dan guna ulang harus dilakukan. Hermawan menyontohkan Kota Malang melakukan pembatasan plastik sekali pakai, atau kantong kresek. Serta Pemerintah Provinsi Bali yang melarang kantong kersek, sedotan dan styrofoam. Dampaknya, sampah berkurang.
Pembatasan tersebut, kata Hermawan, lantaran sampah plastik masuk ke laut, mencemari dan mengotori pantai. Sehingga berdampak terhadap pariwisata. Peraturan tersebut, diterapkan secara ketat. “Waktu saya kecil dulu menyelam di Sanur bisa melihat terumbu karang dan ikan cantik,” katanya.