Mongabay.co.id

Mengejutkan, Penyu Mati Akibat Makan Plastik, Pendaratan Bergeser Akibat Pencemaran

 

 

Sejak awal Mei 2022 lalu, Kelompok Konservasi Penyu Nagaraja, Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) melakukan penyisiran di sepanjang pesisir pantai wilayah timur Cilacap. Waktunya biasanya antara malam atau dini hari.

Pada Senin (30/5/2022), seperti biasanya sejumlah anggota kelompok melakukan penyisiran pantai. Kali ini, pantai yang disasar adalah dari Pantai Sodong menuju ke arah timur hingga Pantai Wagir Indah di Desa Welahan Wetan, Kecamatan Adipala, Cilacap. Mereka melakukan penyisiran untuk menyelamatkan telur-telur penyu. Tetapi pada Senin dini hari sekitar jam 04.30 WIB, tepatnya di Pantai Wagir Indah, malah menemukan bangkai penyu.

“Sejak awal Mei, kami memang mulai menyusuri pesisir, karena musim penyu mendarat untuk bertelur. Pada Senin dinihari itulah, kami mulai bergerak. Ada beberapa yang kami temukan, di antaranya adalah bangkai kapal nelayan yang terbakar beberapa waktu lalu. Kemudian berjalan lagi, ternyata menemukan bangkai penyu,”ungkap Ketua Kelompok Konservasi Penyu Nagaraja Cilacap, Jumawan.

Menurutnya, penyu yang ditemukan, jenisnya adalah Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea). Yang mengejutkan adalah penyu tersebut diduga kuat mati karena memakan plastik. Buktinya, pada saat ditemukan, ada plastik putih yang muncul dari mulutnya. “Selama ini, kami belum pernah menemukan adanya penyu yang mati akibat mengonsumsi plastik. Saya bisa mengatakan makan plastik, karena memang dari mulutnya muncul plastik. Saya sudah tarik plastiknya, tetapi putus,” jelas Jumawan.

baca : Menjaga Penyu, Menjaga Kehidupan di Malang Selatan

 

Kondisi penyu Lekang yang mati akiabt makan plastik. Foto : Kelompok Konservasi Penyu Nagaraja

 

Dia mengatakan bangkai penyu Lekang tersebut kondisinya sudah cukup rusak dan berbau. Jumawan memperkirakan kalau penyu tersebut sudah mati sejak lima hari silam. “Penyu yang mati tersebut umurnya sekitar 20 hingga 25 tahun. Diameternya sekitar 45 centimeter (cm). Kalau hitungan umur, usia penyu yang kami temukan masih tergolong muda,” ujarnya.

Dari penemuan itu, kata Jumawan, yang cukup mengagetkan adalah konsumsi plastik. Warna plastik yang dikonsumsi putih. “Penyu merupakan hewan yang aktif pada malam hari. Kelemahannya, penyu itu buta warna, sehingga tidak dapat membedakan antara sampah dengan makanan. Warna putih plastik dikira ubur-ubur di tengah laut. Dugaannya seperti itu,” kata Jumawan.

Dia mengatakan selama tahun 2022, pihaknya telah menemukan tiga bangkai penyu. Hanya saja, yang benar-benar ada bukti plastik di mulutnya adalah penemuan paling terakhir. “Sedangkan dua penemuan bangkai penyu sebelumnya, dugaannya bukan karena memakan plastik,”ujar dia.

Dua penemuan bangkai penyu sebelumnya tidak demikian. Pasalnya, tidak ditemukan adanya plastik di bangkai penyu yang dua-duanya juga berjenis Lekang. Dua bangkai penyu sebelumnya memiliki diameter 30-40 cm atau usianya sekitar 25 tahun. “Kalau untuk dua penyu yang ditemukan mati, faktor penyebabnya beragam. Bisa saja, tanpa sengaja terkena jaring nelayan. Tetapi faktor lainnya bisa saja faktor lainnya seperti habis bertelur,”ungkap Jumawan.

Kedua bangkai penyu sebelumnya ditemukan di sekitar Pantai Sodong, Adipala dan Pantai Jetis, Kecamatan Nusawungu.

Mengenai plastik yang dikonsumsi penyu, kata Jumawan, kemungkinan dari sungai-sungai besar yang bermuara ke pesisir Samudra Hindia, di antaranya adalah Sungai Serayu dan Ijo. “Saya kira plastik-plastik berasal dari sungai itu dan masuk ke laut. Sehingga plastiknya kemudian dikira makanan oleh penyu. Yang terjadi, penyu jadi mati akibat konsumsi plastik,”katanya.

baca : Belasan Tahun Menghilang, Penyu Belimbing Muncul Kembali di Pantai Paloh 

 

Bangkai penyu yang ditemukan Kelompok Konservasi Penyu Nagaraja. Foto : Kelompok Konservasi Penyu Nagaraja

 

Perubahan Waktu dan Tempat Bertelur

Tahun 2022, kata Jumawan, berbeda jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya terutama terhadap perilaku penyu. Tahun ini, diperkirakan waktu bertelur penyu di Cilacap pada Mei, Juni hingga Juli. “Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya atau wilayah lain, perilaku penyu di Cilacap ternyata berbeda. Sebab, penyu biasanya mulai bertelur pada April. Tetapi kenyataannya, masuk bulan Mei baru mulai bertelur,” katanya.

Setelah melakukan kajian, kata Jumawan, dugaan kuat penyebabnya adalah pencemaran Sungai Serayu. Beberapa waktu lalu, Sungai Serayu mengalami pencemaran lumpur hebat. Bahkan, lumpurnya sampai ke muara. Padahal pantai-pantai di sekitar muara Sungai Serayu merupakan wilayah bertelur penyu. “Muara Sungai Serayu dekat dengan Pantai Sodong, padahal pantai ini menjadi salah satu lokasi favorit bagi penyu untuk bertelur,”ujarnya.

“Dampak pencemaran tersebut tidak saja mengubah waktu bertelur, melainkan juga perubahan lokasi. Biasanya, lokasi pendaratan penyu untuk bertelur di sekitar Pantai Sodong. Namun demikian, karena ada pencemaran, maka pendaratan bergeser ke arah timur, bahkan jaraknya hingga 7 kilometer.

“Kalau melakukan pendaratan dan bertelur, penyu itu memilih tempat yang bersih dan sepi. Ternyata di sekitar Pantai Sodong, lautnya sedikit tercemar akibat dekat dengan muara Sungai Serayu yang airnya bercampur lumpur. Karena kondisi itulah, sepertinya penyu kemudian mencari tempat yang lebih bersih. Itulah mengapa kemudian ada pergeseran tempat mendarat dan bertelur, hingga 7 km ke arah timur,” katanya.

baca juga : Komitmen Konservasi Penyu di Tengah Pandemi di Cilacap

 

1-Kondisi pantai yang tercempar sampah plastik. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Jumawan membuktikan bahwa pergeseran tempat mendarat dengan penemuan telur-telur pennyu. Menurutnya, ada tiga lokasi yang menjadi sarang penyu pada tahun 2022 sekarang. “Ketiga lokasi tersebut adalah Pantai Sidayu dan Pantai Sidaurip, Kecamatan Binangun serta satu lokasi di Pantai Wagir Indah di Desa Welahan Wetan, Kecamatan Adipala,” ujar dia.

Dijelaskan oleh Jumawan, sarang telur penyu di Pantai Sidayu ternyata ada 95 butir. Kemudian di Pantai Sidaurip ada 103 butir telur penyu serta di Pantai Wagir Indah ditemukan sebanyak 97 butir. “Telur-telur tersebut saat sekarang sudah dievakuasi. Kenapa kami evakuasi? Karena untuk melakukan penyelamatan. Telur-telur penyu tersebut sudah berada di satu lokasi yang aman,” kata Jumawan.

Menurut dia, untuk telur-telur tersebut akan mulai menetas yang pertama kali pada 25 Juni. Kemudian awal dan pertengahan Juli. “Kami belum tahu, nantinya akan bisa menetas menjadi berapa ekor tukik. Namun yang pasti, kami sudah mengevakuasi di lokasi yang aman,”ungkapnya.

 

Exit mobile version