Mongabay.co.id

Perairan TN Komodo, Rumah Bagi Pari Manta Karang yang Rentan Punah

 

Dalam beberapa waktu terakhir, jenis pari manta telah terpuruk dan menuju kepunahan karena sering terjerat jaring ikan dan berbagai tekanan penangkapan yang berakibat menurunnya populasi mereka.

Namun sebuah studi baru mengidentifikasikan adanya populasi dari 1.085 individu pari manta karang (Mobula alfredi) yang hidup di perairan Taman Nasional Komodo (TNK), sebuah Situs Warisan Dunia UNESCO yang mencakup lebih dari 1.800 kilometer persegi (700 mil persegi) yang terdiri dari pulau dan lautan.

Tertarik oleh perairan yang kaya plankton, jenis pari manta karang berkumpul di tempat ini untuk makan, berkembang biak, dan membersihkan diri.

“Cukup mengesankan untuk mengidentifikasi begitu banyak pari manta, dan hasil kami menunjukkan bahwa kami belum bisa mengidentifikasi semua individu yang mungkin tinggal di TNK,” penulis utama Elitza Germanov, seorang ilmuwan senior di Marine Megafauna Foundation yang bermarkas di Florida, mengatakan kepada Mongabay melalui email.

“Meskipun sulit untuk membandingkan secara langsung berbagai wilayah di dunia dengan identifikasi pari manta saja, tapi tampaknya saat ini TNK berada dalam lokasi teratas dunia untuk pari manta.”

Baca juga: Pemerintah Larang Ekspor Pari Mobula dan Turunannya, Kenapa?

 

Taman Nasional Komodo, Indonesia. Sebuah studi baru mengidentifikasi agregasi 1.085 pari manta (Mobula alfredi) di perairan Taman Nasional Komodo, di mana mereka tertarik oleh perairan yang kaya plankton. Foto: Simon Pierce.

 

Taman Nasional Komodo, Indonesia. Sebuah studi baru mengidentifikasi agregasi 1.085 pari manta (Mobula alfredi) di perairan Taman Nasional Komodo, di mana mereka tertarik oleh perairan yang kaya plankton. Gambar oleh Simon Pierce.

 

Di seluruh dunia, pari manta menjadi target karena pelat insangnya, yang digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok, atau secara tidak sengaja ditangkap sebagai tangkapan sampingan.

Indonesia dulunya menjadi tempat penangkapan perikanan pari manta yang paling produktif, tetapi pada tahun 2014, pemerintahan negara ini berjanji untuk melindungi pari manta karang dan pari manta raksasa (Mobula birostris) dengan melarang penangkapan atau perdagangan bagian tubuh mereka secara ilegal. Terlepas dari langkah ini, para ahli mengatakan penangkapan ilegal masih terjadi di dalam dan sekitar Indonesia, dan para nelayan terus menangkap pari manta sebagai tangkapan sampingan.

Studi ini menemukan bahwa dari 56 pari manta yang disurvei mengalami cedera terkait alat tangkap.

“Beberapa dari kontak dengan alat tangkap ini tidak diragukan lagi adalah karena faktor ketidaksengajaan, tetapi ini juga menyoroti bahwa aktivitas penangkapan ikan masih menjadi masalah bagi pari manta saat ini,” kata Germanov.

Kegiatan pariwisata, bila dilakukan secara tidak bertanggung jawab, juga bisa menjadi ancaman. Pari manta dapat tersambar lambung dan baling-baling kapal. Mereka juga amat sensitif terhadap kebisingan dan bentuk gangguan lainnya.

“Di perairan TNK, peningkatan tekanan pariwisata sebelum pandemi dapat mengganggu perilaku alami pari manta atau dapat membuat pari berpindah ke tempat yang kurang mereka sukai, yang mungkin berdampak buruk pada kesehatan dan reproduksi,” jelas Germanov.

“Menetapkan dan menegakkan pedoman yang jelas untuk pariwisata berkelanjutan dapat sangat bermanfaat di sini.”

 

Pari manta di Taman Nasional Komodo. Seperti banyak spesies laut lainnya, pari manta berada di bawah tekanan akibat dari dinamika perubahan laut yang disebabkan oleh kenaikan suhu, pengasaman laut, dan berbagai jenis polusi laut. Foto: Andrea Marshall.

 

Menurut Germanov, seperti banyak spesies laut lainnya, pari manta berada di bawah tekanan dari dinamika perubahan laut yang disebabkan oleh kenaikan suhu, pengasaman laut, dan berbagai jenis polusi laut, seperti plastik, yang dapat menurunkan kualitas makanan mereka.

Faktor yang membuat pari manta sangat rentan terhadap kepunahan, adalah reproduksinya yang lambat. Mereka menjadi dewasa secara seksual pada usia sekitar 10 tahun, dan mereka cenderung hanya memiliki satu keturunan setiap dua tahun.

“Sebagian besar keberhasilan penelitian ini disebabkan oleh operator dan staf penyelaman lokal yang membantu mengumpulkan data yang digunakan dalam pemantauan pari manta,” kata Germanov, saat ditanya bagaimana penelitian ini berlangsung.

“Studi ini adalah contoh yang sangat baik tentang bagaimana kemitraan antara manajemen, pemangku kepentingan, masyarakat, dan para peneliti untuk dapat lebih memahami spesies yang terancam untuk membantu konservasi mereka.”

Adapun studi ini mengandalkan data identifikasi foto yang dikumpulkan oleh peneliti dan ilmuwan warga.

Pari manta karang diklasifikasikan sebagai spesies yang rentan dalam Daftar Merah IUCN dan populasinya secara global terus menurun, kata Joanna Harris, seorang peneliti di Manta Trust yang berbasis di Inggris, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Baca juga: Cegah Sampah ke Sungai Bisa Selamatkan Paus dan Pari Manta

 

Menyelam dengan pari manta di Komodo. Foto: Andrea Marshall.

 

“Populasi yang cukup besar seperti yang dijelaskan dalam penelitian ini, akan menjadi benteng [menghindarkan kepunahan] bagi spesies ini,” sebut Harris kepada Mongabay.

“Adalah sebuah kenyataan yang sangat mungkin bahwa beberapa populasi lain akan mengalami kepunahan lokal, jadi penelitian seperti ini sangat penting untuk menyoroti tekanan dari penangkapan ikan ilegal, yang selalu sulit untuk ditangani dan masih lazim terjadi di banyak daerah. ”

Tempat lain yang diketahui memiliki kumpulan besar pari manta karang adalah kawasan Kepala Burung di provinsi Papua Barat, dan Maladewa di Samudera Hindia.

“Menemukan agregasi besar di TNK memberi kami harapan bahwa dengan mengatasi semua ancaman yang tersisa di TNK dan menambahkan upaya mitigasi tambahan di daerah sekitarnya, kita bisa melihat memutar balik tren penurunan populasi pari manta di regional  sebelum terlambat,” kata Germanov.

 

Artikel asli dalam berbahasa Inggris berjudul: For reef mantas, Indonesi’s Komodo National Park is a ray of hope. Artikel ini diterjemahkan oleh Akita Verselita.

 

Referensi

Germanov, E. S., Pierce, S. J., Marshall, A. D., Hendrawan, I. G., Kefi, A., Bejder, L., & Loneragan, N. (2022). Residency, movement patterns, behavior and demographics of reef manta rays in Komodo National Park. PeerJ, 10, e13302. doi:10.7717/peerj.13302

***

Gambar utama: Pari manta yang rentan terhadap ancaman kepunahan telah menemukan tempat berlindung yang aman di Taman Nasional Komodo. Foto Simon Pierce.

 

Exit mobile version