Mongabay.co.id

Begini Penanganan Paus Sei Terdampar di Tanjung Simora Kaimana

 

Bangkai Paus diduga Sei Whale (Balaenoptera borealis) ditemukan terdampar di pesisir pantai, tepatnya di Tanjung Simora, Kecamatan Kaimana, Kabupaten Kainama, Papua Barat, Jumat (22/7/2022). Mamalia laut dengan panjang 11 meter lebih ini ditemukan warga dalam keadaan mati dan sudah mengeluarkan bau tidak sedap.

Informasi dihimpun Mongabay Indonesia menyebut, paus tersebut ditemukan sejak pagi hari oleh salah seorang penjaga wisata di Tanjung Simora. Diperkirakan paus berjenis kelamin jantan itu sudah mati sejak beberapa hari lalu, namun baru terdampar ke pesisir pantai. Setelah ditemukan, keberadaan paus tersebut lalu dilaporkan ke pihak berwenang untuk dievakuasi.

Hendrik Sombo, Koordinator Fungsional Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir, Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (PSPL) Sorong mengatakan diduga paus itu telah mati beberapa hari sebelumnya melihat kondisinya yang sudah membengkak atau kode tiga dari informasi masyarakat.

Hendrik menduga, kondisi ombak tinggi di Kaimana sehingga paus tersebut baru terdampar ke pesisir pantai Tanjung Simora. “Mungkin sudah mati di tengah laut sejak beberapa hari dan baru terbawa arus ke pesisir hari ini,” kata Hendrik kepada Mongabay Indonesia, Jumat (22/7/2022).

baca : Dalam Sebulan, Seekor Hiu Paus dan Paus Sperma yang Mati Dagingnya Dikonsumsi Warga

 

Seeekor paus diduga berjenis paus Sei (Balaenoptera borealis) sepanjang 11 meter ditemukan warga terdampar di Tanjung Simora, Kabupaten Kaimana, Papua Barat, Jumat (22/7/2022). Foto : Menas/Konservasi Indonesia

 

Tim di lapangan, katanya, tidak bisa mengidentifikasi bangkai paus lebih lanjut apakah berusia dewasa atau masih anakan karena kondisinya sudah membusuk dan terkendala cuaca buruk.

“Tim tidak berani mengukur paus karena kondisi bangkainya bau sekali,” katanya.

Setelah melihat beberapa dokumentasi berupa foto maupun visual, selanjutnya Loka PSPL Sorong berkoordinasi dengan tim Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Kaimana untuk penanganannya.

Karena terdampar di tempat wisata yang banyak aktivitas orang dan kondisi cuaca yang bergelombang tinggi, Loka PSPL Sorong menyarankan tiga opsi penanganan bangkai paus yaitu ditenggelamkan, dibakar atau dikubur.

“Ada resiko dari masing-masing metode itu. Bila langkah penenggelaman diambil maka dibutuhkan pemberat yang cukup banyak, kemudian jaring dan armada untuk dibawa ke tengah laut,” katanya.

Opsi pembakaran bangkai paus bisa dilakukan karena pernah dilakukan di Seruit dan Ambon. Tetapi pembakaran bangkai paus, lanjutnya, butuh waktu tiga sampai empat hari dan butuh bahan bakar yang banyak.

baca juga : Paus Sperma Seberat Tiga Ton Mati Terdampar di Sabu Raijua. Bagaimana Penanganannya?

 

Seeekor paus diduga berjenis paus Sei (Balaenoptera borealis) sepanjang 11 meter ditemukan warga terdampar di Tanjung Simora, Kabupaten Kaimana, Papua Barat, Jumat (22/7/2022). Foto : Menas/Konservasi Indonesia

 

Melihat dua opsi itu, Loka PSPL Sorong dan PSDKP Kaimana menyepakati penanganan bangkai paus dengan dikubur karena lebih cepat dan mudah dilakukan.

“Karena mamalia ini terdampar di lokasi wisata, sehingga perlu pertimbangan matang dan dilakukan secepatnya,” kata Hendrik.

Tim kolaborasi akhirnya melakukan penguburan bangkai paus dilakukan di pesisir Tanjung Simora dan selesai pada pukul 23.15.

“Tim kolaborasi (penguburan bangkai paus) dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, mitra LSM dan masyarakat di Kaimana,” kata Hendrik kepada Mongabay Indonesia, Sabtu (23/7/2022).

Tim kolaborasi tersebut yaitu dari PSDKP Satwas Kaimana, UPTD Pengelolaan KK Kaimana, Polres/Polairud Kaimana, Yayasan Konservasi Indonesia, Yayasan Econusa wilayah Kaimana dan masyarakat setempat.

 

Kendala PSPL

Secara umum, dari diskusi di tingkat nasional yang melibatkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan mitra pemerintah, unit PSPL KKP di Indonesia terkendala sumber daya manusia dan peralatan untuk mengetahui penyebab utama satwa laut terdampar.

Kondisi tersebut, lanjut Hendrik, menjadi tantangan untuk menjawab penyebab terdamparnya megafauna laut seperti paus, lumba-lumba, dan dugong.

Meski begitu, lanjut dia, ada beberapa pendekatan yang ditemui saat paus terdampar. Nah, yang sering dilakukan adalah pembedahan isi bagian dalam (perut), ditemukan sampah-sampah dan sebagainya. Secara umum, ada beberapa faktor penyebab paus terdampar, seperti faktor usia, badai, juga pencemaran ekosistem laut.

Sedangkan Putu Liza Kusuma Mustika, Koordinator Whale Stranding Indonesia menduga setelah melihat dokumentasi foto-fotonya, bangkai paus yang terdampar di Tanjung adalah paus Sei (Balaenoptera borealis).

“Saya hitung galur tenggorokannya, ada sekitar 50, dan galurnya berhenti sebelum umbilicus. Jadi kemungkinan paus Sei. Walau paus Bryde’s juga punya galur 50-an (40-70),” kata Liza.

Seperti yang telah sering dijelaskan kepada Mongabay, Liza menjelaskan ada 79 jenis mamalia laut diidentifikasi di seluruh dunia, dan Indonesia memiliki sekitar 35 spesies paus dan lumba-lumba serta satu sirenian (dugong), tergolong cukup tinggi dari populasi Samudera Hindia dan Pasifik yang dinamis.

baca juga : Seekor Hiu Paus Terdampar di Pantai Kincia, Bagaimana Nasibnya?

 

Seeekor paus yang terdampar di Tanjung Simora, Kabupaten Kaimana, Papua Barat, Jumat (22/7/2022) mati dengan kondisi telah membusuk. Foto : Menas/Konservasi Indonesia

 

Faktor Pencemaran

Sejumlah faktor penyebab mamalia laut terdampar ini, kata dia, karena pencemaran laut. Hal itu dapat menurunkan imunitas dan satwa terkena tumor, kanker, dan lain-lain kemudian terdampar. Penyebab lain juga seperti ulah manusia, dan bisa jadi terperangkap di air dangkal.

Potensi ancaman mamalia laut di Indonesia, katanya, antara lain eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi, sonar, tangkapan samping termasuk jaring hantu, marine debris seperti sampah laut, termasuk potongan jaring ikan, pemboman ikan. Lalu tabrakan dengan kapal, tangkapan langsung, dan kontaminasi perairan dari pembangunan sungai dan pesisir yang tidak lestari.

Kebanyakan spesies terdampar yang tercatat adalah sperm whales, menyusul short-finned pilot whales (Globicephala marcorinchyus). Ironisnya, hampir setengah kejadian terdampar tidak teridentifikasi.

Dr. Ruslan HS Tawari, Ketua Prodi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP) FPIK Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, mengatakan, penyebab utama mamalia laut terdampar seperti kasus paus di Kaimana, lantaran siklus paus itu tidak bisa terhindar saat dipukul ombak, apalagi kalau sudah berada di pesisir pantai.

“Badannya sangat besar, sehingga sulit terhindar. Pada sisi yang lain, mungkin saja mengalami luka,” katanya kepada Mongabay Indonesia. Faktor usia juga bisa menjadi penyebab matinya paus.

menarik dibaca : Teknologi Memungkinkan Manusia Berkomunikasi Dengan Paus Sperma

 

Proses penguburan bangkai paus yang terdampar di Tanjung Simora, Kabupaten Kaimana, Papua Barat, Jumat (22/7/2022). Foto : PSDKP satwas Kaimana

 

Menurutnya, mamalia laut ini makan dengan cara menyaring makanan dalam air laut, sehingga bila tersaring benda bukan makanannya bisa menyebabkan kematian. “Kalau berkaitan dengan rantai makanan maka filternya harus benar-benar aman,” jelasnya

Ada juga aktivitas bawah laut seperti kilang minyak, merkuri masuk dalam perairan dan pencemaran laut lainnya. Pasalnya, mamalia seperti paus punya kemampuan untuk survival dan menghindar dari pencemaran. Tetapi kalau ia punya kecepatan renang yang terbatas oleh ruang, maka akan berdampak bahaya terhadap dirinya.

Dia juga ungkap, ada perburuan terhadap paus, karena tidak semua paus yang mengalami luka bisa hidup. Sehingga status mamalia laut itu dilindungi secara internasional.

 

Exit mobile version