Mongabay.co.id

Terancam Gempa Magnitudo 8,7 dan Tsunami 10 Meter, Begini Upaya Mitigasi di Pesisir Selatan Jawa

 

Sejatinya masyarakat Cilacap, Jawa Tengah tidak terlalu terkejut dengan adanya ancaman gempa di zona megathrust. Apalagi di tahun 2006 tepatnya pada 17 Juli, Cilacap merupakan salah satu daerah yang tersapu tsunami. Waktu itu, pemicunya adalah gempa dengan magnitudo 7,7 dengan episentrum di selatan Pantai Pangandaran, Jawa Barat.

Agar masyarakat tidak lupa, maka salah satu wilayah yang terkena dampak kedahsyatan tsunami didirikan tugu peringatan tsunami. Tepatnya di Pantai Widarapayung, Kecamatan Binangun, Cilacap. Tugu Tsunami tersebut menjadi peringatan bersama tentang ancaman gempa dan tsunami. Sehingga tembok beton setebal 40 cm yang roboh sengaja tetap dipertahankan hingga kini.

Setelah ada peristiwa tsunami, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap bersama instansi lain melakukan pemetaan daerah rawan tsunami.

Garis pantai Cilacap tercatat 102 km, 50 km di antaranya masuk kategori zona merah tsunami. Ada 9 kecamatan dan 40 desa yang rawan tsunami. Letak desanya berdekatan dengan pantai Samudra Hindia. Sementara di wilayah rawan tsunami tersebut, saat sekarang dihuni hampir 700 ribu penduduk dari 1,8 juta jiwa warga Cilacap.

Isu mengenai gempa di zona megathrust dan tsunami di wilayah pesisir selatan Jawa terutama di Cilacap kembali menghangat setelah Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan masyarakat akan ancaman gempa bumi dan tsunami di sepanjang selatan Pulau Jawa.

Ketika membuka sekolah lapang gempa bumi (SLG) yang digelar BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara di Cilacap, Rabu (27/7/2002), Dwikorita meminta kepada pemerintah kabupaten (pemkab) dan masyarakat untuk tetap siap siaga serta mengantisipasi skenario terburuk.

baca : Begini Mitigasi Tsunami dan Gempa Megathrust Selatan Jawa

 

Kegiatan sekolah lapangan gempa bumi yang diselenggarakan BMKG di Cilacap, Jateng. Foto : BMKG

 

Menurutnya, Cilacap yang berada di garis Pantai Selatan Jawa menghadap langsung zona tumbukan lempeng antara lempeng Samudera Hindia dengan lempeng Eurasia. “Berdasarkan hasil pemodelan tsunami dengan skenario terburuk, dikhawatirkan berpotensi terjadi tsunami dengan ketinggian lebih dari 10 meter di pantai Cilacap. Tsunami ini sebagai akibat dari gempabumi dengan kekuatan Magnitudo  8,7 pada zona megathrust dalam tumbukan lempeng tersebut,” ungkapnya.

Dia menyatakan bahwa prakiraan skenario terburuk tersebut bukanlah ramalan. Prakiraan itu muncul setelah para ahli dan pakar kegempaan melakukan kajian. Namun demikian, jika ditanya kapan bakal berlangsung, jelas saja tidak dapat diketahui. Sebab hingga kini belum ada satupun teknologi yang mampu memprediksi terjadinya gempa.

Lalu apa yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi skenario terburuk tersebut? Dwikorita mengatakan skenario gempa magnitudo 8,7 dan tsunami 10 meter menjadi pijakan untuk mempersiapkan langkah-langkah mitigasi.

“Hal itu penting, supaya kalau terjadi gempa dan tsunami sewaktu-waktu, diharapkan pemerintah dan masyarakat sudah siap dan tahu apa-apa saja yang harus dilakukan, termasuk kapan dan kemana harus berlari menyelamatkan diri secara mandiri atau kelompok,”jelasnya.

Menurutnya, masyarakat harus bisa memahami apa yang perlu dilakukan dan disiapkan. “Sehingga mereka siap bagaimana penyelamatan dilakukan, mengenali jalur evaluasi dan penyiapan tempat yang aman. Apalagi wilayah di sekitar kawasan pantai di Cilacap merupakan kawasan padat penduduk, termasuk kantor pemerintahan, pusat perekonomian serta lainnya,”paparnya.

baca juga : Pascagempa Dahsyat, Warga Diingatkan Kelestarian Pelindung Alami Tsunami. Apa Itu?

 

Para peserta Sekolah Lapang Gempa (SLG) mendapat pengarahan langsung di pantai di Cilacap, Jateng. Foto : BMKG

 

Upaya Mitigasi

Dwikorita menyampaikan bahwa BMKG bekerja sama dengan pemerintah daerah , BNPB/BPBD dan multi pihak terkait, rutin menggelar SLG di titik-titik rawan gempa bumi dan tsunami karena sangat bermanfaat untuk memberi edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat dan pemangku kepentingan di daerah dalam mengelola risiko dan bencana.

“Keterlibatan pihak swasta di kawasan industri di Kabupaten Cilacap juga sangat dinantikan dalam menguatkan Sistem Peringatan Dini Daerah yang telah dibangun dengan swadaya masyarakat dengan jumlah yang masih terbatas. Mengingat kawasan industri dan perekonomian di Pantai Cilacap juga masuk dalam zona rawan gempa dan tsunami, tentunya pihak swasta/industri harus bersiap pula dengan menguatkan Sistem Peringatan Dini di kawasan industri tersebut,” imbuh Dwikorita.

“Tanpa sistem mitigasi dan peringatan dini yang andal, dampak ikutan dari gempa dan tsunami di kawasan industri berpotensi memperparah intensitas kerusakan yang diakibatkan,” lanjutnya.

BMKG, lanjutnya, juga menginisiasi SLG BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara. Dengan adanya SLG ini diharapkan semakin menyadarkan masyarakat dan meniungkatkan kesiapsiagaan.

Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie menambahkan dengan adanya SLG, BMKG memberikan informasi mengenai potensi bahaya gempabumi dan tsunami di daerah pelaksanaan.

“Sejak tahun 2021, pelaksanaan workshop SLG fokus pada edukasi gempabumi dan tsunami sekaligus menjadi wadah BMKG bersama masyarakat dan komunitas untuk membentuk Masyarakat Siaga Tsunami (Tsunami Ready Community) yang diakui secara internasional (Indian Ocean Tsunami Ready Community)  untuk lebih menguatkan ketangguhan desa tangguh bencana (Destana),” jelas Setyoajie.

baca juga : Ratusan Ribu Warga di Cilacap Bermukim di Daerah Rawan Tsunami, Apa Antisipasinya?

 

Salah satu kegiatan bersama menanam pohon cemara udang di Pantai Tegalkamulyan, Cilacap beberapa waktu lalu. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Pemkab memang menjadi simpul utama rantai komunikasi dan arahan yang benar kepada masyarakat dan SKPD terkait peringatan dini tsunami. “Selain itu juga membangun sikap tanggap gempabumi dan tsunami bagi masyarakat dan sekolah yang berada di wilayah potensi gempa bumi dan tsunami,”katanya.

Ia menjelaskan,  pihaknya membantu Pemkab Cilacap memberikan Peta Bahaya Tsunami di lokasi pelaksanaan. Hal tersebut bertujuan agar sebagai acuan pemkab  dalam menyusun mitigasi gempabumi dan tsunami di daerahnya.

“Sekolah Lapang Gempa Bumi diadakan 27 – 28 Juli 2022 dan untuk Jateng dipusatkan di Cilacap. Kegiatan itu diikuti oleh 60 peserta yang berasal dari berbagai kalangan seperti TNI, Polri, Basarnas, Satpol PP, PMI, perwakilan SKPD, kecamatan, kelurahan dan desa, relawan dan masyarakat umum,”paparnya.

Di tempat tersebut, Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji menyampaikan terima kasih dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada BMKG yang telah mengadakan SLG di Kabupaten Cilacap.

“Gempa dan tsunami tidak ada yang bisa memprediksi, semuanya dari Tuhan, dari Allah. Jadi mau tidak mau, suka tidak suka harus siap. Kesiapan ini harus disertai dengan edukasi melalui SLG ini. Saya berharap, peserta yang mengikuti SLG bisa menyerap ilmu yang diberikan, menularkan, menerapkan dan menjelaskan kepada masyarakat terkait mitigasi bencana,” jelas Bupati.

baca juga : Mitigasi Berbasis Vegetasi untuk Redam Tsunami

 

Pohon jenis cemara udang yang berfungsi sebagai pelindung dan penahan tsunami maupun abrasi. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Terkait dengan mitigasi, dalam beberapa waktu terakhir, Pemkab Cilacap bersama BNPB dan BUMN serta institusi lainnya melakukan penghijauan di kawasan pesisir pantai. Pada April 2021 silam, Pemkab Cilacap bersama BNPB menghijaukan Pantai Pantai Cemara Sewu, Bunton, Kecamatan Adipala.

Bahkan, ada satu jenis pohon yang secara khusus didatangkan dari Pulau Seram bernama Palaka. Ada 3.313 pohon berbagai jenis yang ditanam. Dengan adanya pohon-pohon tersebut, bertujuan sebagai penahan dan pelindung tsunami maupun abrasi.

Kemudian pada 21 Januari 2022 lalu, penghijauan dilakukan di Pantai Tegalkamulyan, Kecamatan Cilacap Selatan. Jenis pohon yang ditanam adalah cemara laut (Casuarina equisetifolia) yang cocok untuk mitigasi bencana.

“Cemara laut merupakan pohon yang cocok sebagai upaya mitigasi bencana di pesisir, diantaranya adalah abrasi dan tsunami. Karena pohon tersebut memiliki cengkeraman yang kuat ke tanah,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Cilacap Sri Murniyati.

Berbagai upaya mitigasi dilaksanakan oleh Pemkab Cilacap di antaranya adalah penyadaran terus-menerus agar senantiasa siap siaga serta menghijaukan kawasan pantai dengan pohon yang cocok sebagai penahan tsunami.

 

Exit mobile version