Mongabay.co.id

Paus Biru Terdampar Mati di Alor, Dagingnya Dikonsumsi Warga

 

Seekor Paus Biru  atau Blue Whale (Balaenoptera musculus) berukuran panjang 24 meter dan lebar 3,5 meter ditemukan mati di Perairan Desa Bagang, Kecamatan Pantar Tengah, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Paus biru yang diperkirakan berbobot sekitar 25 – 30 ton mati dengan kode 2 karena kondisi tubuhnya masih segar dan belum ada tanda-tanda pembusukan atau tubuh belum membengkak.

Kepala Kantor Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi NTT Wilayah Alor, Muhammad Saleh Goro kepada Mongabay Indonesia, Selasa (23/8/2022) mengatakan, paus biru tersebut ditemukan warga Desa Bagang Senin (22/08/2022) jam 08.11 WITA.

Warga lalu melaporkan temuan tersebut kepada Kepala Desa Bagang yang menyampaikan kepada Satuan Unit Organisasi Pengelola Kawasan Konservasi Perairan Daerah (SUOP KKPD) Selat Pantar dan Laut Sekitarnya.

Setelah ditemukan, warga pesisir pantai Desa Bagang menarik bangkai paus biru tersebut ke pinggir pantai.

baca : Paus Biru Ditangkap dan Dikonsumsi Warga Lamakera. Kenapa Masih Terjadi?

 

Warga menarik bangkai paus biru ke pantai Desa Bagang, Kabupaten Alor, NTT. Foto : KCD DKP NTT Wilayah Alor.

 

Dikarenakan terbatasnya sarana ke lokasi kejadian, maka pihak SUOP KKPD meminta bantuan Kepala Desa Bagang untuk mengidentifikasinya.

“Namun setibanya di lokasi terdamparnya paus, ternyata masyarakat sekitar pesisir sudah memotong dan mengambil daging paus yang telah mati tersebut,” terangnya.

 

Dilarang Konsumsi

Saleh Goro berharap agar kedepannya, bila ditemukan mamalia seperti paus yang mati, masyarakat tidak memotongnya tapi melaporkan guna diidentifikasi sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Hal ini dilakukan untuk menghindari jangan sampai paus yang mati tersebut diakibatkan oleh bakteri yang bisa membahayakan manusia yang mengkonsumsinya.

Dalam buku Pedoman Penanganan Mamalia Laut Terdampar yang diterbitkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) disebutkan dalam tubuh bangkai mamalia laut yang terdampar dan mati terdapat banyak jenis virus dan bakteri.

Virus dan bakteri tersebut berakibat fatal bagi manusia dan binatang peliharaan. Menyentuh mamalia laut yang mati sangat tidak disarankan terutama bagi perempuan yang sedang hamil, anak-anak atau orang yang sedang mengalami luka di tubuhnya.

Mamalia laut membawa parasit alami yang sangat banyak. Dari jumlah yang sangat banyak tersebut, Anisakis sp.  yang paling sering terlibat dalam transmisi patogen pada manusia.

baca juga : Ketika Warga Membakar Paus Biru yang Terdampar di Banggai Laut

 

Seekor Paus Biru (Balaenoptera musculus) dengan panjang 24 meter dan lebar 3,5 meter ditemukan terdampar dan mati di Perairan Desa Bagang, Kabupaten Alor, Provinsi NTT, Senin (21/8/2022).

 

Minyak yang terkandung dalam jaringan tubuh paus sperma berbahaya bagi manusia dan binatang peliharaan. Daging paus sperma juga berefek pencahar bagi manusia dan anjing ketika dikonsumsi.

Pada saat mamalia laut tersebut terdampar mati, proses dekomposisi sudah terjadi dalam tubuh hewan tersebut. Proses dekomposisi tersebut menyebabkan bakteri yang sudah ada di dalam tubuh termasuk kulit mamalia laut tersebut sudah menyebar.

 

Habitat Paus

Direktur Cetacean Sirenian Indonesia (Cetasi), Dr. Putu Liza Mustika kepada Mongabay Indonesia menjelaskan perairan Laut Sawu terdapat tiga paus besar yakniPaus Biru (Balaenoptera musculus) termasuk Balaenoptera musculus brevicauda), Paus Bongkok atau humpback whale (Megaptera novaeangliae) dan Paus Sperma atau Koteklema, (Physeter macrocephalus) atau sperm whale. Selain itu ada beberapa jenis cetacea berukuran lebih kecil.

Hasil riset The Nature Conservancy (TNC) yang dipimpin Benjamin Kahn menyatakan, Laut Sawu menjadi jalur migrasi paus-paus langka dunia. Mereka melakukan riset di titik-titik acak di Laut Sawu yang meliputi 10 kabupaten di NTT.

Ditemukan,10 paus langka yang sinyal sonarnya tertangkap oleh radar serta wujudnya menampakkan diri. Salah satunya yang mengejutkan ialah terdeteksinya paus biru yang secara internasional sudah terancam punah (endangered).

Sembilan mamalia lain yang terdeteksi ialah paus sperma (sperm whale), paus bongkok (humpback whale), paus pembunuh palsu (false killer whale), paus kepala semangka (melon-headed whale) dan lumba-lumba abu-abu (rissos dolphin).

Juga ditemukan lumba-lumba fraser (frasers dolphin), lumba-lumba paruh panjang (spinner dolphin), lumba-lumba totol (pan-tropical spotted dolphin), dan lumba-lumba hidung botol (bottlenose dolphin).

baca juga : Melihat Proses Evakuasi dan Penguburan Paus Biru di Kupang. Kenapa Butuh Waktu Lama?

 

Warga mengambil daging paus biru yang terdampar mati di pantai Desa Bagang, Kabupaten Alor, NTT. Foto : KCD DKP NTT Wilayah Alor

 

Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,Universitas Nusa Nipa (Unipa) Maumere, Yohanes Don Bosco R. Minggo, S.Pi. M.Si kepada Mongabay Indonesia, menggarisbawahi beberapa hal.

Bosco mengatakan Laut Sawu merupakan bagian perairan Indonesia yang memiliki keunikan. Hal ini dikarenakan perairan tersebut memiliki perubahan suhu dan salinitas permukaan yang signifikan pada musim angin muson tenggara.

“Kondisi ini mengakibatkan terjadinya upwelling di perairan Laut Sawu. Proses tarikan air (upwelling) di perairan akan mempengaruhi kondisi kehidupan fitoplankton, hidrologi dan pengayaan nutrisi di perairan tersebut,” ungkapnya.

Bosco menjelaskan, salah satu dampak upwelling yang cukup signifikan adalah meningkatnya kesuburan serta peningkatan suhu air laut (hangat), sehingga memberikan kenyamanan bagi sekumpulan mamalia laut yang melakukan migrasi seperti paus dan lumba-lumba.

 

Tiga Penyebab

Pada tahun 2020, seekor mamalia laut Paus Biru (Balaenoptera musculus) di pesisir pantai di  Kota Kupang pada Selasa (21/7/2020).

Hasil pengamatan dan pengukuran morfometri Tim BKKPN Kupang, bangkai paus biru itu mempunyai panjang total 29 m, lingkar tubuh 14,5 m, lebar badan 3,5 m, tinggi 2,5 m, panjang sirip kiri ke kanan 1,75 m serta panjang ekornya 1,5 m.

Paus ini berjenis kelamin jantan karena warna tubuhnya lebih terang dan secara teoritis umurnya diatas 80 tahun.Beratnya mencapai 100 ton serta lingkar tubuhnya setelah perutnya kempis 7,5 meter.

Bagian tubuh paus terdapat luka lecet, kulitnya terkelupas karena tergerus air laut dan tersangkut di karang mati.

baca juga : Ritual Penyelamatan Paus Biru di Lembata

 

Warga mengambil daging paus biru yang terdampar mati di pantai Desa Bagang, Kabupaten Alor, NTT. Foto : KCD DKP NTT Wilayah Alor

 

Data KKP, tahun 2015 hingga 2020 telah terjadi peristiwa terdamparnya hampir 900 mamalia laut di perairan Indonesia. Di tahun 2021, 49 ekor paus pilot terdampar di Pantai Desa Patereman, Jawa Timur.

Manager Data Whale Stranding Indonesia Februanty S. Purnomo, Spi, Msc kepada Mongabay Indonesia menyebutkan, penyebab paus terdampar dan mati bisa bermacam-macam.

Ada tiga penyebab utama, kata Yanti sapaannya, yaitu akibat dari proses alami, kejadian alam dan kegiatan manusia. Untuk kejadian alami sebutnya, bisa disebabkan karena umurnya sudah tua dan proses pemangsaan oleh hewan lain.

Untuk fenomena alam kata dia, bisa disebabkan oleh adanya badai atau siklon tropis. Ini membuat lumba-lumba dan paus terdampar akibat gelombang tinggi atau karena gempa bumi yang membuat mereka terluka dibagian telinga akibat dekompresi (berenang naik turun dengan cepat).

“Kejadian lainnya adalah akibat kegiatan manusia seperti pencemaran yang membuat hewan sakit kemudian terdampar, kegiatan perikanan seperti bycatch dimana lumba-lumba atau paus terjerat jaring kemudian mati dan terdampar. Juga akibat tertabrak kapal didaerah dengan lalu lintas kapal yang tinggi,” ungkapnya.

 

Seekor Paus Biru (Balaenoptera musculus) dengan panjang 24 meter dan lebar 3,5 meter ditemukan terdampar dan mati di Perairan Desa Bagang, Kabupaten Alor, Provinsi NTT, Senin (21/8/2022).

 

 

Exit mobile version