Mongabay.co.id

Transisi Energi Bersih, Pemerintah Inggris dan Indonesia Resmikan PLTS Terpusat di Sumba Tengah

 

Potensi energi terbarukan (EBT) Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di dunia yakni sebesar 442 GW atau 6,5 kali kapasitas pembangkitan saat ini. Indonesia baru menggunakan 2,15% dari kapasitas tersebut, sehingga peluang energi terbarukan masih sangat besar.

Menyadari hal tersebut, pemerintah Indonesia telah menetapkan target EBT 23% dari total energi yang dihasilkan pada tahun 2025.

Dikutip dari Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia tulisan Abraham Lomi, disebutkan, Kebijakan Energi Nasional diterbitkan melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 0983 K/16/MEM/2004.

Keputusan ini telah ditindaklanjuti dengan menyusun Pedoman dan Pola Tetap (blueprint) Pengelolaan Energi Nasional (BP-PEN) 2005-2025. Kebijakannya dituangkan dalam Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.

Perpres No.5/2006 yang menargetkan bahwa pada tahun 2025 tercapai elastisitas energi kurang dari satu dan energi mix primer yang optimal dengan memberikan peranan yang lebih besar terhadap sumber energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.

Pengembangan Pulau Sumba sebagai pulau ikonis energi terbarukan telah diinisiasi sejak tahun 2010 oleh Kementerian ESDM, BAPPENAS dan HIVOS (LSM dari Belanda).

Program ini bertujuan untuk menyediakan akses energi yang dapat diandalkan kepada masyarakat yang tinggal di pulau berukuran kecil dan sedang di Indonesia melalui pengusahaan energi terbarukan.

baca : Program Listrik Energi Terbarukan Sumba, Bagaimana Perkembangannya?

 

PLTS Terpusat berkapasitas 95kWp di Desa Mata Redi dan Desa Mata Woga, Kecamatan Katikutana, Kabupaten Sumba Tengah, NTT. Foto : Program MENTARI

 

Targetnya, terwujudnya ketersediaan energi yang berasal dari energi baru terbarukan sebesar 100% kebutuhan energi di Pulau Sumba serta meningkatkan rasio elektrifikasi menjadi 95 % pada tahun 2025.

Target ini tentu dengan melihat bahwa potensi sumber energi baru terbarukan di pulau Sumba cukup besar (tenaga hidro 15 MW, tenaga angin 168 MW) dan tingkat radiasi sinar matahari sebesar 5 kWh/M²/hari yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Kondisi lain yang menginisiasi program ini yakni akses masyarakat terhadap energi masih sangat terbatas dan rasio elektrifikasi pada tahun 2010 sebesar 24,5%. Konsumsi listrik per kapita hanya sebesar 42 kWh atau sekitar 7,17% dari rata-rata konsumsi energi nasional sebesar 591 kWh.

Selain itu, pangsa konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebesar 85% dari penyediaan energi listrik di pulau Sumba, infrastruktur energi yang masih kurang serta kemampuan daya beli energi masyarakat Sumba yang masih sangat rendah.

 

Transisi Energi Bersih

Program kerjasama negara Inggris dan Indonesia bertajuk MENTARI (Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia) bekerjasama dengan komunitas dari Mata Redi dan Mata Woga serta Pemda Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT) membangun  Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan baterai untuk menyediakan akses energi bersih yang dapat diandalkan dan terjangkau untuk masyarakat.

Dalam rilis Mentari yang diterima Mongabay Indonesia, Sabtu (27/8/2022) disebutkan, PLTS ini berdampak pada 220 rumah tangga, 50 usaha mikro dan kecil serta 12 fasilitas umum akan mendapatkan akses listrik yang bersih, dapat diandalkan dan terjangkau.

PLTS Desa Mata Redi dan Desa Mata Woga, Kecamatan Katikutana ini akan membantu meningkatkan ekonomi lokal yang lebih produktif dan inklusif dengan memberdayakan usaha lokal dan meningkatkan hasil pertanian.

baca juga : Inilah Tantangan Pengembangan Energi Terbarukan di Pulau Sumba

 

Peresmian PLTS Terpusat berkapasitas 95kWp di Desa Mata Redi dan Desa Mata Woga, Kecamatan Katikutana, Kabupaten Sumba Tengah, NTT. Foto : Program MENTARI

 

Akses terhadap energi bersih juga akan membawa manfaat lainnya seperti tempat usaha dan fasilitas kesehatan dapat beroperasi lebih lama, menyediakan wadah pendingin untuk obat-obatan dan anak-anak bisa belajar lebih baik pada malam hari.

Pembangkit listrik tenaga surya dan baterai dengan kapasitas 95 kWp ini akan dikelola dan dijalankan oleh Bumdes Hali Dewa untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang.

Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins saat peresmian berterima kasih kepada semua pihak yang bekerjasama mendukung pembangunan PLTS ini.

Owen katakana Mentari bukan sekedar kerjasama Inggris dengan Indonesia, dalam pengejaran target penurunan emisi. Walaupun hal ini penting, seperti yang disepakati melalui Perjanjian Paris, bahwa kita harus membatasi pemanasan global 1,5° C, namun Mentari adalah program yang lebih dari sekedar penurunan emisi.

Ia sebutkan transisi yang adil menuju energi terbarukan adalah transisi yang menumbuhkan ekonomi inklusif, tanpa ada komunitas yang ditinggalkan, mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesehatan, pendidikan dan layanan umum agar menjadi lebih baik.

“Dengan kebijakan dan peraturan pemerintah yang tepat, energi baru terbarukan akan menciptakan lebih banyak pekerjaan dan biayanya lebih murah daripada pembangkit bahan bakar fosil,” ungkapnya.

baca juga : Saat Masyarakat di Sumba Timur Berjuang peroleh Energi Terang

 

Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins (kedua kanan) saat peresmian PLTS Terpusat berkapasitas 95kWp di Desa Mata Redi dan Desa Mata Woga, Kecamatan Katikutana, Kabupaten Sumba Tengah, NTT. Foto : Program MENTARI

 

Owen tegaskan, pemerintah Inggris juga mendukung Indonesia melalui pilar kebijakan program Mentari. Ia katakan, kebijakan dan regulasi yang tepat dapat menghemat anggaran negara.

Dengan begitu, kata dia, subsidi bahan bakar fosil yang bernilai miliaran dolar per tahun, dapat diinvestasikan kembali misalnya untuk layanan kesehatan dan pendidikan yang akan meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi,

Hal ini, sebutnya, bisa dilihat di Inggris dan di negara lain. Seiring dengan percepatan transisi energi di Indonesia, ucapnya, yang bisa dilihat di di desa Mata Redi dan Mata Woga.

“PLTS ini adalah demonstrasi langsung dari potensi transisi energi terbarukan. Proyek-proyek seperti ini dapat memberdayakan masyarakat dan komunitas di seluruh Indonesia, khususnya di pulau seperti Sumba dan pulau lainnya demi mencapai kesejahteraan,” ungkapnya.

Owen berucap, peresmian PLTS mini grid ini telah membantu Mentari, mengembangkan dan berbagi model bisnis untuk membangun proyek energi baru terbarukan sejenis di tempat lain bersama pemerintah dan PLN.

Dirinya berharap Mata Redi dan Mata Woga akan dikenal sebagai awal dari revolusi energi bapu terbarukan di Indonesia. Potensi besar yang dimiliki Indonesia membantu menjadikannya sebagai negara adidaya energi lenu terbarukan.

Ia katakan, Inggris bangga dapat bekerja sama dengan pemerintah melalui kemitraan Mentari untuk membantu mencapai hal itu.

“Komunitas Mata Redi dan Mata Woga juga dapat berbangga karena anda telah berjasa membantu, membawa manfaat akses energi bersih yang andal dan terjangkau bagi masyarakat desa dan pulau lain di seluruh Indonesia,” pungkasnya.

baca juga : Rencana Penyediaan Listrik 2021-2030 Lebih Hijau, Benarkah?

 

Kincir angin di Desa Kemanggih, Sumba, menghasilkan daya listrik 10 KW. Foto: Eko Rusdianto

 

Menjaga Kenaikan Suhu

Staff Ahli Lingkungan dan Perencanaan Tata Ruang dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Muhammad Wafid A.N dalam siaran pers Kementerian ESDM mengatakan, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Inggris bersama-sama memiliki komitmen kemitraan dan dukungan yang kuat dalam upaya pengembangan energi rendah karbon dan transisi energi.

Salah satunya sebut Wafid, melalui Program MENTARI, wujud komitmen dalam merealisasikan Nota Kesepahaman dan Implemented Agreement yang telah ditandatangani bersama tahun 2019 dan 2020 lalu.

Ia jelaskan pembangunan PLTS Terpusat di Mata Redi dan Mata Woga ini menjadi hasil konkrit kerja sama Pemerintah Inggris dan Pemerintah Indonesia. Pembangunan PLTS selaras dengan gubernur NTT dan bupati menjadikan Pulau Sumba sebagai ikon pulau mandiri sumber listrik energi surya terbesar di Indonesia,

“Kita tidak bisa seterusnya bergantung kepada sumber energi fosil, melainkan harus cepat beralih ke sumber energi baru, rendah karbon dan ramah lingkungan. Kita sangat bersyukur, Pulau Sumba diberkati kekayaan sinar surya terbaik sepanjang tahun. Sumba memiliki potensi 20 ribu megawatt, sangat besar untuk kita wujudkan menjadi Lumbung Energi Surya,” tuturnya.

Wafid tegaskan listrik tidak hanya memberikan penerangan, tetapi juga kehidupan dan peradaban. Pemerintah pusat dan daerah akan terus berusaha hadir di tengah-tengah masyarakat untuk menyediakan energi, meningkatkan rasio elektrifikasi, membangun sumber-sumber pembangkit mandiri.

“Kerja sama antar pemerintah untuk mewujudkan manfaat-manfaat ini dan memenuhi Kesepakatan Paris agar menjaga kenaikan suhu tidak lebih dari 1,5 derajat celcius,” pungkasnya.

 

Exit mobile version