Mongabay.co.id

Umbut Rotan yang Enak Dimakan

 

 

Anda pernah makan umbut rotan?

Yap, baik dibakar atau direbus, batang rotan muda ini sama nikmatnya saat disajikan sebagai menu makan siang. Dibarengi sambal, selera makan kita bakal meningkat dua kali lipat setelah melahap tumbuhan hutan ini.

“Bagi kami, umbut rotan adalah kemewahan,” ujar Adi Ismanto, di Taman Sakat Lebung Panjang, Desa Jambi Tulo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, minggu kedua Agustus 2022.

Hutan memberikan segala kebutuhan hidup yang kita butuhkan. Udara segar, sumber air bersih, hingga tumbuhan yang kita makan, tanpa perlu menanam. Itulah kemewahan sejati yang dimaksud Adi.

“Umbut rotan adalah makanan favorit kami. Setiap tamu yang datang, kami upayakan hidangan ini, plus daun singkong rebus dan ikan sungai bakar. Alam memberikan makanan terbaik bagi kami dan kita semua,” tutur pendiri Gerakan Muaro Jambi Bersakat [GMJB].

Baca: Para Penyelamat Anggrek Rawa Gambut Batang Damar

 

Adi Ismanto tengah memilih batang muda rotan untuk dijadikan menu makan siang di Taman Sakat Lebung Panjang, Desa Jambi Tulo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Rotan yang dimaksud Adi adalah rotan getah [Daemonorops rubra (Reinw. ex Blume) Mart.]. Jenis ini, persebarannya ada di Sumatera dan Jawa dengan sejumlah sebutan. Rotan getah [di Sumatera], rotan leules atau rotan pelah [Sunda], dan rotan penjalin sepet [Jawa].

Di Taman Sakat Lebung Panjang, rotan getah tumbuh di sekitar sungai maupun rawa. Perlu sedikit waspada mengambilnya, karena sebagaimana rotan, batangnya berduri.

“Bila dibakar, rasanya seperti sayur jantung pisang. Namun, makanlah secukupnya agar kenikmatannya terasa,” lanjutnya.

Baca: Ketika Pemerintah Normalisasi Sungai Kuno di Jambi

 

Batang muda rotan ini, baik dibakar maupun direbus, sama enaknya. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Rotan ini juga dimanfaatkan sebagai obat herbal. Masyarakat Talang Mamak di Desa Talang Pring Jaya, Kecamatan Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, mengutip Tempo, memaksimalkan potensi rotan getah sebagai obat penyakit maag, kolesterol, dan darah tinggi. Caranya, umbut rotan direbus atau dibakar.

“Kami juga menggunakannya sebagai obat sakit maag. Tapi lebih sering dikonsumsi, terutama untuk meningkatkan nafsu makan. Pembuktian ilmiahnya, tentu harus ada penelitian mendalam,” terang Adi.

Baca: Pakkat, Makanan dari Rotan Muda Khas Mandailing

 

Umbut rotan yang telah dibakar maupun direbus, disajikan bersama ikan sungai bakar sebagai menu santap siang. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Keluarga pemanjat

Rotan, masuk keluarga Arecaceae, merupakan sejenis palem yang tumbuh memanjat. Batangnya yang panjang dan lentur memiliki diameter 2-5 sentimeter.

Rotan dapat tumbuh baik di wilayah iklim tropis maupun subtropis. Penyebarannya meliputi Asia, Afrika, dan Australasia.

Menurut Menon [Jasni dkk., 2009], kata rotan dalam Bahasa Melayu berasal dari kata “raut” yang berarti mengupas, menguliti atau menghaluskan. Sementara dalam Bahasa Yunani, rotan disebut Lepidocaryodidae, artinya sekumpulan tanaman yang tumbuh memanjat.

Merujuk penelitian Rohmah Pari dan kolega dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor, yang diterbitkan di Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 36 No. 1, Maret 2018: 13-22, dijelaskan bahwa rotan merupakan produk non-kayu terpenting di dunia. Rotan relatif lebih elastis, dibandingkan bambu dan kayu, karena strukturnya berserat dan bentuknya silindris, sehingga mudah dianyam menjadi furnitur.

Dalam penelitian berjudul “Klasifikasi Mutu 11 Jenis Rotan Indonesia Berdasarkan Kerapatan dan Keteguhan Lentur” diterangkan bahwa Indonesia merupakan produsen rotan terbesar di dunia.

“Daerah utama penghasil rotan di Indonesia adalah Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Papua, Jawa, Maluku, dan Nusa Tenggara,” jelas riset tersebut.

Baca: Pakis Sayur, Tumbuhan Hutan yang Enak Dibikin Sayuran

 

Umbut rotan yang direbus ini begitu memnggugah selera untuk dimakan. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Mengacu Buku Rotan Kekayaan Belantara Indonesia karya Prof. Jamal Sanusi, terbitan 2012, dipaparkan bahwa di Asia Tenggara, diperkirakan terdapat sekitar 514 jenis rotan yang berasal dari 8 marga. Rinciannya, Calamus [333 jenis], Daemonorops [122 jenis], Korthalsia [30 jenis], Plectocomia [10 jenis], Plectocomiopsis [10 jenis], Ceratolobus [6 jenis], Calopspatha [2 jenis], dan Bejaudia [1 jenis].

Untuk Indonesia, diperkirakan terdapat 306 jenis rotan dari 8 marga. Dari jumlah tersebut,  sekitar 51 jenis telah diteliti sifat dan kegunaannya, serta sudah dimanfaatkan dalam keseharian.

“Ini menunjukkan, pemanfaatan jenis rotan masih rendah dan terbatas pada jenis-jenis tertentu, yang telah diketahui manfaatnya dan laku di pasaran,” ungkap Jamal.

Baca juga: Studi: Ada Kesamaan Interaksi Lebah Madu dengan Kehidupan Sosial Manusia

 

Selain menjaga lingkungan, Adi Ismanto bersama Gerakan Muaro Jambi Bersakat [GMJB] terus berupaya menyelamatkan spesies anggrek liar yang terancam karena kerusakan hutan di Jambi. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Berapa jumlah nilai ekspor rotan Indonesia?

Mengutip Antara, Kementerian Perdagangan [Kemendag] mencatat nilai ekspor produk rotan Indonesia selama Januari hingga Agustus tahun 2020 sebesar 357,16 juta dolar AS. Kondisi ini meningkat 4,35 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019.

Tren ekspor produk rotan Indonesia juga mengalami kenaikan dalam rentang 2015 hingga 2019. Peningkatannya hingga 2,11 persen. Meskipun Indonesia sebagai produsen rotan terbesar di dunia, namun untuk urusan ekspor masih tertinggal dari China dengan pangsa pasar 45,15 persen, diikuti Vietnam 12,49 persen. Sementara Indonesia, sebesar 6,11 persen.

Merujuk katadata, berdasarkan “Statistik Produksi Kehutanan 2019” yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik [BPS] tentang 10 Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu Terbanyak pada 2019, dijelaskan bahwa bambu merupakan komoditas yang paling banyak diproduksi, yaitu 17,1 miliar batang.

Produksi terbesar kedua rotan sebanyak 1,1 miliar batang dan ketiga madu [498 juta liter]. Komoditas keempat adalah sagu [458 juta tual] dan kelima getah pinus [113 juta ton].

Berikutnya, daun kayu putih [46.9 juta ton], gondorukem [22.2 juta ton], getah karet [14.9 juta ton], jamur [13.6 juta ton], dan minyak kayu putih [7.6 juta ton].

 

Exit mobile version