Mongabay.co.id

Senangnya Budi Harto, Alpukat Aligator Berbuah Lebat di Pekarangan Rumah

 

 

Baca sebelumnya: Alpukat, Apakah Buah atau Sayur?

**

 

Buah alpukat aligator itu bergelantungan di pohon, di perkarangan belakang rumah Budi Harto. Ukurannya besar, sekitar 700-800 gram per buah.

Budi Harto adalah warga Perumahan BTN Air Melas Bang, Kota Curup, Rejang Lebong, Bengkulu. Tahun ini adalah musim kedua, jumlahnya sebanyak seratus buah.

“Musim pertama tahun lalu, buahnya lebih besar dari sekarang,” terangnya, awal September 2022.

Batang utama pohon ini sebesar betis orang dewasa. Umurnya sekitar 8 tahun. Batang tersebut berasal dari apukat lokal yang tumbuh dari biji. Ketika umur 5 tahun, mulai berbuah. Namun, ukurannya kecil, daging buah tipis, sementara bijinya besar.

Budi pun memotong pucuknya dan menyambung dengan pucuk pohon alpukat aligator. Berhasil. Sambungan itu tumbuh dan berkembang sempurna.

“Saya mencobanya pertengahan 2020, saat musim kemarau. Tujuannya, pucuk sambung itu tidak kena air yang berdampak busuk.”

Satu tahun kemudian, pohon tumbuh lebat seperti kubah dan mulai berbuah. Ketika panen, harga alpukat per kilogram sekitar Rp25 ribu. Pada musim itu, dia mendapatkan 3 jutaan Rupiah.

“Saya tidak menyangka, satu batang menghasilkan uang sebegitu banyak.”

Budi kembali menyambung dua pohon alpukat yang ada di perkarangan rumahnya.

“Memiliki pohon alpukat di perkarangan sungguh bisa diandalkan,” ujarnya tersenyum.

Baca: Alpukat Siger, Upaya Anto Abdul Mutholib Kembangkan Varietas Unggul Lampung Timur

 

Budi Harto, warga Perumahan BTN Air Melas Bang, Kota Curup, Rejang Lebong, Bengkulu, berhasil budidaya alpukat aligator di perkarangan rumah. Foto: Ahmad Supardi/Mongabay Indonesia

 

Penyemaian bibit unggul

Keberhasilan Budi menyambung alpukat lokal dari biji, dengan alpukat unggulan di perkarangan rumah, membuatnya dikenal di kalangan warga Air Melas Bang.

Dia membuka usaha bibit unggul alpukat variatas aligator. Bijinya diambil dari buah alpukat di perkarangan rumah, ketika umur tujuh bulan disambung pucuk dengan alpukat aligator kebanggaannya.

Menurut Budi, model perbanyakan alpukat melalui teknik sambung pucuk atau sambung celah memiliki persentase keberhasilan sekitar 80 persen. Syarat keberhasilan proses ini terletak pada kelembaban udara dan cahaya.

“Saat melakukan proses ini, tidak boleh langsung terjemur matahari secara penuh, harus berada di bawah naungan.”

Tahapan sambung pucuk adalah batang bawah minimal berumur 1,5-2,5 bulan, lalu potong batang bawah setinggi 15 cm dari pangkal batang. Tepat di tengah bekas potongan, belah dengan pisau menjadi 2 bagian sama besarnya sepanjang sekitar 3 cm. Lalu potong pucuk entres sepanjang 10 cm, buang seluruh daunnya, kemudian sayat miring bagian pangkal pada kedua sisinya sehingga membentuk taji [huruf ”V”].

“Pucuk entres dipilih yang ukurannya sama atau sedikit lebih kecil dari batang bawah. Entres diambil dari cabang muda dengan ciri warna hijau.”

Selanjutnya sisipkan pucuk entres pada celah batang bawah dan bagian sambungan tersebut diikat tali plastik kemudian tutup dengan kantong plastik bening. Tunggu 2-3 minggu setelah penyambungan, apabila entres keluar daun baru, berarti penyambungan berhasil.

“Tutupan plastik dapat dibuka. Namun, tali pengikat sambungan masih tetap dibiarkan sampai pertumbuhan bibit kuat, sekitar 2-3 bulan,” jelasnya.

 

Alpukat aligator hasil sambung pucuk yang dilakukan dua tahun lalu oleh Budi Harto. Foto: Ahmad Supardi/Mongabay Indonesia

 

Penanaman

Budi menjelaskan, saat penanaman, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan tanah dari gulma atau rumput liar lain. Lalu gemburkan tanah dan buat lubang seukuran pohon.

Pada tanah yang sudah digali, berikan kapur dolomit ke lubang tanam untuk menyeimbangkan pH tanah dan biarkan beberapa hari sampai meresap. Sedangkan tanah di atas campurkan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan seimbang.

“Jika kapur sudah meresap, letakkan bibit yang telah diseleksi tepat di tengah lubang dengan posisi tegak. Lalu timbun dan padatkan. Siram secukupnya hingga tanah basah,” terangnya.

 

Budi mendapat manfaat alpukat aligator, tidak hanya lingkungan tapi juga ekonomi. Foto: Ahmad Supardi/Mongabay Indonesia

 

Asal Meksiko

Mengutip Sinartani, alpukat aligator berasal dari Meksiko. Julukannya “Giant Avocado” karena  buahnya yang besar.

Bentuk buahnya unik. Buah bagian pangkal berukuran lebih kecil, sedangkan bagian bawah bulat memanjang dan membesar. Bentuk ini seperti aligator. Panjangnya sekitar 70-80 cm, dengan berat 700 gr – 1,13 kg per buah. Daging buahnya sangat tebal, berwarna kuning mentega dengan tekstur lembut.

Jenis ini tahan terhadap cuaca dingin hingga -7 derajat Celcius. Namun, angka optimal antara 12,8 – 28,3 derajat Celcius.

Alpukat aligator toleran terhadap iklim kering sehingga masih dapat tumbuh baik dengan curah hujan kurang. Sifat tanah yang dibutuhkan adalah gembur dengan sistem perairan yang baik.

 

Exit mobile version