Mongabay.co.id

Tanam  Mangrove untuk Menunjang Ketahanan Iklim di TWA Kapuk Angke

 

Meski air laut terlihat keruh, tidak lantas menyurutkan semangat puluhan pengunjung Taman Wisata Alam Angke Kapuk, Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, melakukan penanaman mangrove.

Sambil membawa bibit bakau jenis Rhizopora mucronata, mereka saling bergantian berjalan melewati jalan setapak yang terbuat dari bambu. Sampai di ujung jalan, mereka lalu menuruni tangga, nyebur di air laut setinggi orang dewasa.

Dengan berjalan pelan, masing-masing dari mereka kemudian menuju ke batang bambu yang sebelumnya sudah disiapkan oleh petugas sebagai ajir tersebut.

Satu per satu bibit propagul yang mereka bawa itu lalu diikatkan ke batang tanaman yang masuk dalam keluarga rumput-rumputan itu. Wajah mereka nampak sumringah di pagi yang cerah, termasuk Lifandra, 29 tahun.

Perempuan bergigi kawat itu mengaku menanam mangrove ini merupakan pengalaman pertamanya. Mulanya ia merasa takut, karena yang dia tahu lumpur itu identik dengan kepiting, kerang dan tiram. Namun, begitu masuk ke air berlumpur, rupanya ia merasa ada kesan tersendiri.

“Kesannya itu seru dan asyik. Dapat pengetahuan baru. Apalagi bisa dilakukan bersama-sama. Semoga ini bisa menjadi kegiatan yang rutin dilakukan setiap tahun,” ujar Lifandra, Selasa (01/11/2022).

baca : Hutan Lindung Angke Kapuk, Tempat Asik Pengamatan Burung di Jakarta

 

Sambil membawa bibit bakau jenis Rhizopora mucronata, para pengunjung TWA Kapuk Angke Jakarta yang akan melakukan penanaman saling bergantian berjalan melewati jalan setapak yang terbuat dari bambu. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Hal senada diungkapkan, Palufi Wirina, 35 tahun. Dia mengaku, selain seru, kegiatan penanaman mangrove juga mempunyai manfaat yang baik bagi lingkungan. Melalui penanaman ini ia juga akhrinya tahu jika pohon bakau merupakan salah satu tanaman yang banyak menyerap CO2.

“Lima tahun terakhir ini panasnya terasa banget ya. Sehingga itu juga yang menjadi alasan saya mau menanam mangrove. Semoga langkah kecil ini bisa berdampak bagi kebaikan lingkungan,” terangnya.

  

Dukung Komunitas Lokal

Sebagai upaya mendukung inisiatif mencapai emisi nol karbon bersih pada tahun 2050, bersama mitra agen, Vanantara, dan Pengelola Taman Wisata Alam Angke Kapuk, Cathay Pasific menggelar kegiatan penanaman mangrove dengan mengkampanyekan Join For Tress dan 1 Ticket 1 Tree.

Hal ini dilakukan dengan tujuan menciptakan dan memimpin gerakan terhadap penerbangan berkelanjutan. Dominic Perret, Regional General Manager Southeast Asia & Southwest Pacific, Cathay Pacific Airways mengatakan, program 1 Ticket 1 Tree ini diluncurkan tahun lalu di Thailand.

Sedangkan di Indonesia, inisiatif serupa Join For Trees juga diluncurkan pada awal tahun 2022. Selain itu juga di Filipina, dimana pihaknya berkomitmen untuk menanam pohon dalam setiap anggota baru yang mendaftar.

Dengan penggabungan dua upaya tersebut, lanjut Dominic, perusahaan maskapai ini sudah menanam lebih dari 1.700 pohon mangrove di wilayah Thailand, Indonesia dan segera di Filipina. Daripada tahun lalu, ia berharap tahun-tahun berikutnya bisa menanam pohon lebih banyak lagi.

baca juga : Bagaimana Nasib Kawasan Mangrove Teluk Balikpapan Kala Ada IKN Nusantara?

 

Pengunjung TWA Angke Kapuk, Jakarta Utara, saat melakukan penanaman mangrove. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Menurut Dominic, alasan lain menanam mangrove karena banyak masyarakat di Asia Tenggara yang hidupnya bergantung pada keberadaan hutan mangrove. Misalnya untuk mencari makan, perlindungan dan juga pendapatan.

Karena dengan adanya hutan bakau bisa mengundang banyak kehidupan biota laut, seperti udang, ikan-ikan dan kepiting. Selain itu, juga untuk mendukung program restorasi ekologi dan menunjang ketahanan iklim.

“Saya yakin ini akan sangat bermanfaat. Ke depan kami juga tertarik untuk melibatkan masyarakat lokal dalam penanaman mangrove,” terang Dominic.

Namun, sebagai ekosistem yang keberadaannya ada di daerah peralihan antara laut dan darat, mangrove merupakan ekosistem pertama yang terkena pengaruh berbagai dampak yang akan terjadi akibat perubahan iklim global.

 

Tantangan Mangrove di Jakarta

Ratih Madu Retno, Manajer Operasional Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk mengatakan, meskipun mangrove mempunyai peran untuk menyaring polusi air. Namun, adanya limbah yang seringkali mencemari laut Jakarta menjadi tantangan tersendiri dalam melakukan rehabilitasi hutan mangrove.

Padahal seingat dia, dulu di tahun 2000-an kondisi air laut di kawasan Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk masih bening dan bersih. “Saya tidak tahu persis limbahnya itu dari mana. Yang jelas sangat berdampak,” terang dia.

Selain limbah cair, lanjut Ratih, sampah plastik yang mencemari lautan juga menjadi kendala dalam pengelolaan Taman Wisata Alam yang memiliki luas 99,82 hektare tersebut. Akhirnya pohon mangrove jadi tercemar.

baca juga : Cinta Alam ala Fadly ‘Padi Reborn’: dari Mangrove, Bambu hingga Urban Farming

 

Dengan melakukan penanaman mangrove bisa mengundang banyak kehidupan biota laut, seperti udang, ikan-ikan dan kepiting. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Saat dihubungi, Selasa, 08 November 2022, Muhammad Aminullah, Pengkampanye Walhi Jakarta mengatakan, timbulan sampah yang menyangkut di pohon mangrove merupakan sampah kiriman dari sungai maupun wilayah lain.

Dampaknya, pertumbuhan tanaman mangrove yang baru jadi terhambat. Faktor lain yang menjadi penghambat dalam rehabilitasi mangrove di Jakarta yaitu adanya alih fungsi lahan. Banyak hutan mangrove yang akhirnya ditimbun menjadi pemukiman maupun industri.

Merujuk hasil penelitian Achmad Sofian, dkk, tentang Evaluasi Kondisi ekosistem Mangrove Angke Kapuk Teluk Jakarta dan Konsekuensinya Terhadap Jasa Ekosistem keluasan ekosistem Mangorve Angke Kapuk sebesar 291,17 hektare.

Dari keluasan itu mereka merinci untuk hutan mangrove dengan kerapatan jarang luasnya sekitar 272,79 hektar. Sedangkan 16,83 hektare kerapatan sedang, dan 1,54 hekatre kondisinya masih lebat. Dalam jurnal terbitan tahun 2019 disebutkan, kondisi ekosistem mangrove yang masih terlihat terjaga sebagian besar berada pada kawasan Suaka Marga Satwa Muara Angke dan Hutan Lindung Angke Kapuk.

Meskipun begitu, karena keberadaannya berada diantara kawasan permukiman dan infrastruktur lainnya. Sehingga berdasarkan tingkat kekritisannya kondisi ekosistem mangrove Angke Kapuk terkategori rusak 272,79 hektare. Sementara terkategori tidak rusak 18,38 hektare.

Kawasan angke Kapuk berpotensi terus mengalami tekanan, terutama disebabkan aktivitas dari area terbangun disekitarnya.

 

Bibit mangrove di TWA Angke Kapuk, Jakarta Utara. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang terdampak perubahan iklim global. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

 

Exit mobile version