Mongabay.co.id

Mengenal Kepiting Biola, Si Tukang Gali Lobang yang Unik

 

Siang itu air laut di pesisir Tanjung Piayu, Sungai Beduk, Kota Batam sedang surut. Sungai-sungai kecil terlihat kering. Pohon mangrove menampakan akarnya yang kokoh. Elang hitam mondar mandir kesana kemari di atas hutan mangrove.

Di sebuah sungai kecil yang kering terlihat segerombolan kepiting sedang mencari makan. Mereka keluar dari lobang-lobang yang digalinya sendiri untuk berlindung. Lobang itu seukuran tutup botol Aqua. Ada juga yang lebih kecil dari itu, mengikuti ukuran kepitingnya.

Bagian badan kepiting ini nyaris tidak nampak, karena warnanya gelap sama persis dengan lumpur di sungai. Yang terlihat jelas hanya capit. Memang warna capitnya cukup cerah, berwarna merah bercampur orange terang.

Kepiting ini bergerombolan. Dari satu lobang ke lobang lain hanya berjarak sejengkal. Mereka keluar masuk ke lobang itu. Sama dengan kepiting biasanya, kepiting ini langsung berlarian masuk ke dalam lobang ketika ada yang mendekati.

Saat diperhatikan lebih dekat, capit kepiting satu ini terlihat aneh. Biasanya kepiting memiliki dua capit, kanan dan kiri. Namun, kepiting yang ada di lumpur bakau ini malahan nampak hanya memiliki capit satu. Ukuran capit yang satu ini bahkan hampir sama besar dengan bagian badannya.

baca : Begini Penampakan Ketam Kenari, Kepiting Terbesar di Dunia

 

Capit kepiting uca yang lebih besar tidak disebelah kanan saja, teapi ada juga yang disebelah kiri. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Namanya Kepiting Mangrove Uca

Kepiting yang kami temukan itu merupakan kepiting Uca spp. Kepiting ini merupakan kelompok kepiting yang berada paling depan dalam ekosistem mangrove. Keunikan yang terletak pada capit itu dinilai sebagai hal paling penting bagi kepiting Uca.

Dalam sebuah penelitian yang berjudul ‘Kareakteristik Morfologi Kepiting Mangrove Uca spp.’ oleh Rianta Pratiwi menjelaskan kepiting mangrove Uca merupakan jenis kepiting masuk dalam suku Ocipodidaer. Tergolong binatang berkaki beruas-ruas (Arthropoda) termasuk ke dalam kelas Crustacea (ada juga yang menyebutnya sebagai induk kelas Crustacea yaitu hewan memiliki tubuh dan kulit yang keras).

Selain itu kepiting mangrove Uca juga termasuk ke dalam ordo Decapoda, artinya binatang yang berkaki 10 buah atau lima pasang. Kepiting Uca termasuk salah satu suku dari bagian kepiting Brachyura.

Dalam penelitian yang sama dijelaskan ciri menonjol dari kepiting Uca adalah pada individu jantan yaitu memiliki capit berukuran sangat besar, sehingga terlihat kepiting ini hanya memiliki satu capit. Sedangkan yang bentina memiliki dua buah capit berukuran kecil.

Dalam penelitian itu dijelaskan ukuran capit yang berbeda adalah sebuah keunikan dari kepiting Uca. Perbedaan capit ini karena dimorfisme sexual (Perbedaan sistematik luar antar individu yang berbeda jenis kelamin dalam spesies yang sama). Kepiting Uca jantan dewasa memiliki satu capit yang berukuran sangat besar, sehingga disebut “capit besar” (major cheliped) dan satu capit berukuran sangat kecil disebut “capit kecil” (minor cheliped).

baca juga : Ini Uniknya Rajungan, Si Kepiting Berenang dari Lautan

 

Kepiting Biola atau Uca yang memiliki capit bagian kanan lebih besar dari kiri. Sehingga terlihat kepiting ini memiliki satu capit saja. Foto : Yogi Eka Sahputa/Mongabay Indonesia

 

Sedangkan kepiting betina memiliki sepasang capit yang ukurannya sama dan menyerupai capit kecil pada kepiting jantan. Dalam identifikasi, capit besar digunakan sebagai karakter kunci dalam identifikasi jenis, sedangkan capit kecil sebagai karakter pendukung. Asimetri pada capit sudah tampak sejak kepiting ini berumur remaja.

Semula capit kecil diasumsikan sebagai bentuk dasar dari capit besar. Namun penelitian terbaru menemukan bahwa capit besar dan capit kecil memiliki bentuk yang berbeda sesuai dengan fungsinya. Capit besar pada kepiting jantan digunakan sebagai alat bertarung, sedangkan capit kecil berfungsi sebagai alat makan.

Ketika jantan kehilangan capit besar, maka akan terjadi regenerasi capit besar di tempat yang sama. Ukuran capit hasil regenerasi lebih kecil dari capit sebelumnya. Bahkan dalam sumber lain capit ini bisa berpindah ketika mengalami regenerasi. Jika sebelah kanan lepas, ia akan muncul kembali pada sebelah kiri.

Selain disebut Kepiting Mangrove Uca, kepiting satu ini juga sering dikenal dengan nama kepiting biola. Nama kepiting biola itu berasal dari cara makan Uca jantan.

 

Garda Depan Ekosistem Mangrove

Kepiting Uca merupakan penghuni tetap hutan mangrove. Bahkan kelompok ini disebut dalam penelitian yang sama berada pada bagian depan hutan mangrove. Koloni kepiting Uca ini memiliki komunitas tersendiri, hidup di dekat mulut laut (muara sungai) dengan substrat lumpur yang halus, padat dan hitam kecoklatan.

Kepiting mangrove Uca tidak berenang ataupun memanjat batang mangrove tetapi selalu menggali lubang untuk beradaptasi terhadap temperatur yang tinggi. Ketika air laut pasang pasang para kepiting jenis ini masuk ke dalam lubang galian. Dalam galian lubang tersebut kepiting Uca dapat bernafas atau respirasi meskipun dengan kandungan oksigen yang rendah.

baca juga : Bukan Monster, Memang Begini Penampakan Kepiting Purba

 

Kepiting biola sesaat hendak keluar dali lubang. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Kepiting mangrove Uca lebih aktif saat air laut surut. Apalagi saat lantai daratan (sedimen atau lumpur) mangrove betul-betul kering. Sebagian besar spesies ini keluar dari lubangnya untuk mencari makan hanya di saat air surut dan ketika air pasang kepiting akan masuk ke dalam lubang yang kemudian ditutupi oleh lumpur.

Jenis kepiting Uca memegang peranan ekologi yang penting dalam habitatnya, secara umum merupakan deposit feeder (pemakan detritus organik di lumpur). Kepiting ini membuat lubang hingga ke sedimen bagian tengah dan memberikan masukkan oksigen hingga ke dalam lapisan sedimen.

Kepiting Uca juga membuat suatu siklus dari anorganik nutrien. Kehadiran dan aktivitas kepiting ini semakin memberikan efek yang nyata bila berada dalam populasi yang besar karena fungsinya di ekosistem mangrove sebagai salah satu satwa pembuat liang untuk membuat sirkulasi udara yang memungkinkan terjadinya perombakan dalam sedimen.

Perombakan ini mencegah akumulasi mineral di bagian bawah sedimen, sehingga kandungan unsur hara tetap stabil dan kesuburan sedimen untuk pertumbuhan vegetasi tetap terjaga.

Umumnya kepiting Uca berukuran kecil, tetapi sangat mencolok terlebih dengan latar belakang lumpur bakau yang berwarna hitam. Lebar karapas kepiting satu ini hanya sekitar 2 cm sampai 5 cm. Ukuran karapas kepiting dewasa berbeda-beda untuk tiap jenisnya. Dalam satu populasi ukuran karapas jantan dewasa cenderung sama.

Kepiting Uca memang memiliki banyak warna ada biru, oren, merah dan lainnya. Perbedaan lokasi dan karakter habitat dapat menyebabkan perbedaan warna pada satu jenis kepiting uca. Individu uca yang hidup pada area yang terbuka dan terpapar sinar matahari cenderung memiliki warna yang terang. Sebaliknya kepiting uca yang menempati area terlindungi oleh vegetasi memiliki warna yang gelap.

Kepiting Uca mempunyai bagian-bagian tubuh yang penting sebagai karakter yang diperlukan untuk identifikasi yaitu: ukuran muka karapas (rostrum), area orbit (area sekitar mata), gonopode (jantan), gonopore (betina), capit besar (jantan) dan cap it kecil. Sedangkan capit besar pada jantan dewasa merupakan karakter kunci, sehingga keberadaannya sangat penting.

baca juga : Beginilah Penampakan Kepiting Kelapa yang Makin Langka

 

Salah satu sungai Tanjung Piayu Kota Batam yang menjadi lokasi ekosistem kepiting mangrove. Kawasan ini dulunya mangrove kemudian berubah jadi perumahan. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Kepiting Bakau yang Semakin Hilang

Di sungai-sungai Piayu Batam ini tidak semua kepiting uca berada di kawasan mangrove yang rindang. Sebagian mereka tetap bertahan hidup di bekas kawasan hutan mangrove yang sudah beralih menjadi daratan perumahan. Kepiting Uca mencoba tetap hidup meskipun rantai ekosistem mereka sudah terganggu.

Di kawasan Piayu Batam ini kami menemukan Kepiting Uca berada di lumpur sungai yang mangrovenya sudah hilang. Hanya tersisa akar-akar mangrove berukuran besar yang sudah dipotong. Kawasan yang dulu mangrove ini belakangan berubah menjadi daratan perumahan.

Bahkan kawasan yang menjadi lokasi pembangunan Perumahan Buana Garden ini sempat mendapatkan penolakan dari nelayan. Pasalnya, nelayan takut mata pencaharian mereka terganggu ketika mangrove terus ditimbun untuk perumahan.

Ketakutan itu sudah dirasakan mereka saat ini, beberapa nelayan mengaku hasil tangkapan mereka menurut. Mereka juga menemukan sejak pembangunan dimulai air laut sudah mulai kotor. “Tanah dari darat itu masuk ke laut, air jadi keruh, ikan dan udang tidak ada lagi,” ujar Khalid salah seorang nelayan di Piayu Batam, belum lama ini.

Dosen peneliti Universitas Maritim Raja Ali Haji (Umrah) Tanjungpinang Andi Zulfikar mengatakan, rantai ekosistem pesisir cukup panjang, mulai dari mangrove, padang lamun, karang, ikan, udang, kepiting hingga burung yang hinggap di mangrovenya.

Andi mengatakan, kerusakan mangrove sangat mempengaruhi ekosistem pesisir laut. Ketika mangrove sudah hilang beberapa ekosistem juga akan hilang. “Lihat sekarang sudah jarang ditemukan kepiting bakau (Scylla) berukuran besar,” ujar Andi, Sabtu, 19 November 2022.

Andi menunjukan dari citra satelit mangrove di Pulau Batam sudah hampir punah. Hanya tersisa di pulau-pulau kecil yang tidak ada penghuni. “Kalau prediksi beberapa tahun (mangrove) akan habis,” katanya.

Saparuddin salah seorang nelayan di Batam mengatakan, sudah jarang mendapatkan kepiting bakau. Setiap melaut hanya dapat satu dan dua ekor kepiting bakau saja. “Sudah sulit sekarang, dapat dua ekor saja sudah syukur,” kata Saparuddin belum lama ini.

 

Exit mobile version