Mongabay.co.id

Cerita Konsistensi Pokmaswas Jalur Gaza Mengedukasi Masyarakat Mengkonservasi Penyu

 

Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Jalan Lurus Gagah Perkasa (Jalur Gaza) di Desa Sulengwaseng, Kecamatan Solor Selatan, Pulau Solor merupakan salah satu kelompok konservasi penyu yang rutin beraktifitas.

Sebanyak 15 anggota Pokmaswas di Kabupaten Flores Timur (Flotim), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini saban hari saat memasuki bulan Februari hingga bulan September pasti sibuk.

Hampir setiap malam hingga subuh, mereka bergantian menyusuri pesisir pantai guna mencari sarang telur penyu. Bila ditemukan, telur-telur penyu tersebut langsung dibawa ke lokasi penetasan milik Pokmaswas Jalur Gaza.

“Kalau tidak diambil telurnya, takutnya nanti dicuri orang atau dimakan biawak,” sebut Wilhelmus Wokadewa Melur, Ketua Pokmaswas Jalur Gaza kepada Mongabay Indonesia, Senin (28/11/2022).

Mus sapaan Wilhelmus mengakui kerja-kerja yang dilakukan oleh kelompoknya merupakan inisiatif pribadi. Anggota pun secara sadar dan sukarela mau bekerja demi menyelamatkan penyu.

Kadang mereka harus berjalan kaki menyusuri pantai berpasir putih sejauh satu kilometer. Bila menemukan sarang telur penyu, otomatis pulangnya mereka harus memanggul ember plastik berisi telur penyu dan pasir yang beratnya bisa mencapai 50 kg.

“Kalau jaraknya jauh dari lokasi penetasan, kami sering berhenti beristirahat beberapa kali. Harus dua orang untuk memanggul supaya terasa lebih ringan. Kalau embernya dijinjing satu orang pasti tidak bisa,kecuali jaraknya dekat dari lokasi penetasan,” ungkapnya.

baca : Kesetiaan Pokmaswas Jalur Gaza Flores Timur Lakukan Konservasi Penyu

 

Anggota Pokmaswas Jalur Gaza di Desa Sulengwaseng, Kecamatan Solor Selatan, Kabupaten Flores Timur,NTT sedang membawa telur penyu untuk ditetaskan di tempat penangkaran. Foto : Pokmaswas Jalur Gaza

 

Lakukan Edukasi

Hampir 5 tahun bergiat dalam konservasi penyu membuat Pokmaswas Jalur Gaza mulai dikenal masyarakat luas. Sudah banyak orang yang datang ke pantai Sulengwaseng melepas tukik yang ditetaskan.

Mus mengakui, bukan saja anak-anak sekolah saja, aparat pemerintah, swasta, BUMN, hingga TNI dan Polri datang melepas tukik. Beberapa wisatawan mancanegara pun telah datang melepas tukik di tempat ini.

“Penjabat Bupati Flores Timur bahkan Dandim 1624 Flotim pun pernah datang melepas tukik di tempat kami. Setiap kali ada tukik yang menetas maka kami mengundang siapa saja untuk ikut terlibat dalam melepasliarkan tukik ke laut,” ucapnya.

Mus mengatakan berkat sosialisasi yang gencar mereka lakukan kepada nelayan dan masyarakat di Pulau Solor, sudah banyak yang memahami bahwa penyu merupakan satwa migran ini dilindungi yang tidak boleh ditangkap dan dikonsumsi.

Misalnya pada Sabtu (26/11/2022) lalu, mereka baru melepas seekor penyu hijau dewasa, yang terjaring pukat hanyut milik nelayan setempat di Pantai Wewa, Desa Sulengwaseng. Lokasinya sekitar 500 meter arah barat tempat penetasan Pokmaswas Jalur Gaza.

Selain itu, Pokmaswas Jalur Gaza membantu pelepasan lima ekor penyu lekang dewasa ke laut yang terjaring pukat nelayan Desa Daniwato di Kecamatan Solor Barat.

baca juga : Penemuan Telur Penyu dan Pelepasan Tukik di Pesisir Pantai Pulau Solor Meningkat. Apa Penyebabnya?

 

Pelepasan penyu dewasa yang terjaring pukat nelayan di Desa Sulengwaseng, Kecamatan Solor Selatan, Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT. Foto : Pokmaswas Jalur Gaza

 

Sejak tahun 2018 hingga akhir November 2022, Pokmaswas Jalur Gaza sudah melepaskan 46 ekor penyu dewasa. Penyu hijau dan sisik  ini terjaring pukat nelayan maupun ditemukan warga di pesisir pantai.

Sementara jumlah tukik yang berhasil dilepaskan ke laut sejak tahun 2018 sebanyak 6.702 ekor. Jumlah sarang telur penyu yang ditemukan pada 2022 sebanyak 39 sarang. Jumlah sarang terbanyak tahun 2021 sebanyak 49 sarang.

Setiap hari minggu, anak-anak sekolah dari SD hingga SMA selalu datang ke lokasi penetasan telur penyu Pokmaswas Jalur Gaza. Anak sekolah ini belajar mengenai proses penetasan telur penyu dan diedukasi mengenai konservasi penyu.

“Tanggal 7 dan 12 November kemarin, saya diminta memberikan materi mengenai konservasi penyu di Aula Setda Flores Timur. Saya juga sering ikut pelatihan mengenai pariwisata terkait konservasi penyu,” paparnya.

 

Timbul Kesadaran

Yayasan Misool Baseftin Flores Timur yang aktif mendampingi Pokmaswas di Flores Timur mengapresiasi semangat Pokmaswas Jalur Gaza di Desa Sulengwaseng, Solor Selatan dan Pokmaswas Pedan Wutun di Kelurahan Ritaebang, Solor Barat.

Staf Yayasan Misool Baseftin Monika Bataona menyebutkan seringnya kegiatan pelepasan penyu oleh nelayan mengindikasikan sudah timbul kesadaran di masyarakat terutama nelayan bahwa penyu merupakan satwa yang dilindungi dan perlu untuk menjaga kerlangsungan ekosistem.

Lanjutnya, kesadaran nelayan untuk melapor bila penyu terjaring pukat sudah meningkat pesat.

“Ini berkat hadirnya Pokmaswas Jalur Gaza dan Pokmaswas Pedan Wutun yang aktif memberikan edukasi dan pelaporan terkait aktivitas pengawasan dan konservasi,” ungkapnya.

Monika menambahkan besar harapan Misool Baseftin agar semakin banyak nelayan yang aktif melakukan pelepasan penyu atau biota laut dilindungi lainnya yang terjerat tidak sengaja di pukat nelayan.

baca juga : Kesetiaan Pedan Wutun Mengkonservasi Penyu

 

Pelepasan tukik oleh Pokmaswas Jalur gaza di Pantai Sulengwaseng, Kecamatan Solor Selatan, Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT. Foto : Pokmaswas Jalur Gaza

 

Wilhelmus menimpali, apa yang dilakukan 15 anggota kelompoknya atas dasar kesadaran bahwa tindakan tersebut sangat bermanfaat bagi anak cucu mereka ke depannya.

Bahkan masyarakat sering menelpon dirinya atau memberitahukan kepada anggota Pokmaswas Jalur Gaza bila menemukan penyu atau terjaring pukat.

“Nelayan di desa-desa sekitar juga sudah saya sosialisasikan sehingga kalau menemukan penyu mereka selalu menelepon saya,” tuturnya.

 

Perlu Menambah Ilmu

Pokmaswas Jalur Gaza telah mendapatkan bantuan dari BPSPL Denpasar berupa sebuah perahu motor sekitar 2 GT berbahan fiber glass. Juga diberikan bantuan teropong, senter, handy talky dan seragam bagi semua anggota.

Wilhelmus berterima kasih atas bantuan yang diberikan. Ia katakan, kelompoknya masih membutuhkan bantuan waring atau jala untuk tempat penetasan telur penyu. Pihaknya ingin merelokasi tempat pembenaman dan penetasan telur penyu.

Selain itu ia berharap dibangun sebuah pondok informasi mengenai konservasi penyu di tempatnya karena semakin banyak orang yang datang untuk belajar mengenai konservasi penyu.

Dia pun mengaku masih memiliki pengetahuan terbatas soal penetasan telur penyu. Mus mencontohkan, dari 150 telur penyu yang dibenamkan, yang menetas menjadi tukik hanya 60 telur saja dan lainnya busuk.

“Saya belum terlalu mengerti sehingga kalau bisa saya dibantu magang ke tempat lain agar bisa menambah ilmu. Saya mempunyai kemauan dan kepedulian terhadap penyu,bukan untuk bisnis,” pungkasnya.

baca juga : Penyu Belimbing Sering Terjaring Nelayan di Kupang. Dimana Saja Habitatnya di NTT?

 

Aktifitas pelepasan tukik ke Laut Sawu di pantai Desa Sulengwaseng, Kecamatan Solor Selatan, Kabupaten Flores Timur, NTT bersama anggota Pokmaswas dan masyarakat. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Pelepasan tukik dalam jumlah besar oleh Pokmaswas Jalur Gaza dan Pedan Wutun bisa jadi meningkatkan keberadaan jumlah penyu di perairan Solor. Nelayan-nelayan pun mengakui sering berhati-hati melepas pukat agar penyu tidak terlilit di jaring.

Data dari Pokmaswas Jalur Gaza sejak tahun 2018-2020 menyebutkan, selain penyu  tercatat kemunculan 108 ekor lumba-lumba, 3 ekor hiu paus dan seekor paus.

Ada pemasangan pelampung sebagai penanda bahwa lokasi tersebut merupakan tempat mamalia laut laut atau penyu sering ditemukan agar nelayan lebih berhati-hati dalam melepas pukat atau bisa menghindari lokasi tersebut.

 

Ketua Pokmaswas jalur Gaza, Desa Sulengwaseng, Kecamatan Solor Selatan, Kabupaten Flores Timur, NTT, Wilhelmus Wokadewa Melur bersama sang isteri Theresia Werang yang setia lakukan konservasi penyu. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version