Mongabay.co.id

Pohon Natal Alami dan Pesan Natal Uskup Merawat Bumi

 

Senja menjelang malam. Aktifitas warga Desa Habi, Kecamatan Kangae mulai ramai. Suasana desa yang hanya selemparan batu dari pusat Kota Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) tak seperti biasanya, sepi.

Jelang hari raya Natal, umat Katolik di desa ini sibuk menghias pohon dan kandang Natal. Satu per satu warga Komunitas Basis Gerejawi (KBG) kelompok umat Katolik terkecil dalam sebuah wilayah, ramai mendatangi lokasi pembuatan pohon dan kandang Natal di sekitar komplek rumahnya.

Sebuah pohon Natal setinggi 5 meter tampak eksotik. Bagian dalamnya terbuat dari kulit batang pisang. Sementara bagian luarnya dari sisa kulit jagung yang banyak terbuang di kebun petani di desa ini.

“Konsepnya kolaborasi bahan alam dan campuran bahan modern. Tapi bahan modernya hanya 10 persen seperti kertas dan bola plastik,” ucap Korina Sri Noviyanti, seorang umat KBG Bunda Segala Bangsa, Lingkungan Magedoa.

Warga Desa Habi ini saat ditemui Mongabay Indonesia, Senin (19/12/2022) tampak sibuk menghias lokasi pohon dan kandang Natal.

Korina menyebutkan semua bahan berupa pelepah pisang, pelepah lontar, bambu, alang-alang, kulit jagung serta serbuk kayu berasal dari sekitar rumah mereka.

“Kami mengunakan kulit jagung dan pelepah lontar sebab mayoritas warga kami petani dan pengiris tuak. Serbuk kayu sebagai alas lantai tanah diambil dari usaha mebel di tempat kami,” ucapnya.

baca : Pohon Natal dari Plastik dan Ecobrick, Sebuah Praktik Pertobatan Ekologis

 

Pohon Natal dari pelepah lontar dan kulit jagung milik KBG Bunda Segala Bangsa,Desa Habi, Kangae, Sikka, NTT . Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Terdapat 4 pohon Natal yang dipajang di depan gua Maria dan kandang Natal. Tiga pohon tingginya dari 1 meter hingga 2,5 meter. Semuanya terbuat dari pelepah lontar.

Korina menjelaskan, keempat pohon Natal yang dibuat melambangkan siklus kehidupan. Pohon Natal terkecil melambangkan anak-anak dan balita. Selanjutnya anak-anak,remaja hingga dewasa.

“Kalau pohon Natal yang tinggi itu berbeda karena untuk dewasa,” sebut Guru TK Padre Annibale School ini.

Ketua KBG Bunda Segala Bangsa, Yosef Daniga mengakui butuh waktu seminggu sejak persiapan bahan-bahan alam. Yosef mengaku semua warga terlibat dalam pengerjaan sebagai wujud semangat persaudaraan.

Lampu di lokasi kandang dan pohon Natal pun sengaja dibuat redup menggambarkan situasi yang ada di Betlehem saat itu yang hanya ada pelita.

“Tempat duduk dan papan nama dari kayu sisa pemotongan pohon. Ada juga akar-akar pohon berusia tua. Kami juga tanam anakan mahoni di lokasi kandang dan pohon Natal,” tuturnya.

baca juga : Uniknya Pohon Natal dari Sampah

 

Pohon Natal yang terbuat dari hasil pertanian milik KBG Ratu Para Rasul, Desa Habi, Kangae, Sikka, NTT. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Bahan Lokal

Pertigaan jalan dekat kantor Desa Habi tampak beda dari biasanya. Sebuah pohon Natal setinggi 7 meter terlihat unik. Terdapat 4 tingkat berbentuk lingkaran mengerucut membentuk sebuah pohon.

Lingkaran bagian bawah terbuat dari singkong disusul di atasnya ada jagung, pisang serta buah nanas di bagian puncak.

Kamilus Anis, umat KBG Ratu Para Rasul menyebutkan, pihaknya memilih konsep alam Perkusi, singkatan dari Perkuat Karakter Umat Berbasis Lokal. Untuk itu, pohon dan kandang Natal menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar rumah mereka.

“Kalau di luar negeri ada pohon cemara, lambang pohon Natal sementara disini tidak ada sehingga kita gunakan bahan lokal yang ada di sekitar kita,” ungkapnya.

Kamilus jelaskan hasil pertanian ini juga dari sisi budaya dibawa serta saat proses melamar seorang perempuan.

menarik dibaca : Pesona Pohon Natal Berbahan Daur Ulang ala Nangalimang

 

Pohon Natal yang terbuat dari hasil pertanian milik KBG Ratu Para Rasul, Desa Habi, Kangae, Sikka, NTT. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Sekitar pohon Natal dihiasi pohon-pohon kelapa, jagung, alang-alang serta bunga anggrek. Bunga anggrek ini banyak terdapat di pohon-pohon asam serta lontar di sekitar rumah dan kebun warga.

Sementara kandang Natal berukuran panjang sekitar 3 teter beratapkan daun kelapa.Dindingnya terbuat dari sisa-sisa kertas sak semen dengan rangka dari bambu.

“Semua pangan lokal yang dipergunakan akan dimasak dan dimakan bersama usai lomba sehingga tidak dibuang dan menjadi sampah,” ucapnya.

Kamilus menegaskan, hal yang paling mendasar adalah semangat persatuan dalam melaksanakan Natal dan pembuatan kandang dan pohon Natal harus minim sampah.

“Kita memberikan semangat untuk melestarikan alam. Setelah usai lomba, pohon-pohon kelapa dan lainnya akan ditanam bersama,” tuturnya.

Simon Sebedus, ketua panitia soal lomba menghias pohon Natal di Paroki Santa Maria Imaculata Asumptha Habi menyebutkan tujuan utama dari kegiatan ini adalah kebersamaan umat di lingkungan terkecil yakni KBG.

Simon katakan lomba ini sesuai tema besar Natal gereja Katoli terkait ekologi. Untuk itu, pohon natal yang dilombakan harus menggunakan bahan-bahan alami atau sampah yang didaur ulang.

Terdata sebanyak 33 KBG yang berpartisipasi dalam lomba menghias pohon Natal tahun 2022.

menarik dibaca : Inilah Pohon Natal dari Lautan

 

Pohon Natal yang terbuat dari alang-alang milik KBG Bintang Kejora, Desa Habi, Kangae, Sikka, NTT. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Merawat Bumi

Surat Gembala Uskup Maumere Mgr. Edwaldus Martinus Sedu menyongsong Natal 25 Desember 2022 bertemakan “Lahir Baru Sebagai Komunitas Perjuangan yang Merawat Bumi Sumber Kehidupan”.

Dalam rangka persiapan Natal Tim Kateketik Keuskupan Maumere telah merancang dan melaksanakan Katekese Adven 2022 dengan tema“Menantikan Kelahiran dalam Semangat Ekologis”.

Tema besar didalami dalam beberapa sub-tema, yakni Keluarga Sebagai Dasar Pendidikan Ekologis, Sekolah Merawat Kehidupan dan Berjalan Bersama Merawat Lingkungan.

Ketiga sub tema ini dikategorikan dalam tiga ruang lingkup besar dimana nilai-nilai kehidupan ditanam dan dikembangkan yakni dalam keluarga, di sekolah dan di tengah kehidupan masyarakat.

“Saya ingin meminta perhatian kita untuk memaknai kelahiran Yesus Kristus sebagai kekuatan dalam membangun komunitas perjuangan yang merawat kehidupan,” sebut Uskup Maumere.

Uskup Edwaldus katakan, Ensiklik Paus Fransiskus Laudato Si’ menjadi inspirasi bagi kita untuk menjadikan bumi sebagai rumah bersama.

Penekanan akan komunitas perjuangan yang merawat kehidupan, merawat bumi sebagai rumah bersama karena Allah telah lebih dahulu mencintai dan merawat kehidupan manusia melalui kelahiran Yesus Kristus.

baca juga : Jelang Natal, Aktivis Serukan Penyelamatan Satwa Liar di Pasar Tomohon

 

Ilustrasi. Lurah Nangaliman, Maria Getrudis Alestri S. Tiwa di sebelah pohon natal dari bahan daur ulang sampah yang dibuat warga Desa, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, NTT pada perayaan Natal 2016 . Foto: Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Melalui Ensiklik Laudato Si‘, Paus Fransiskus mengajak semua orang yang berkehendak baik untuk menjaga bumi, yang merupakan rumah bersama, yang menderita sebagai akibat dari luka yang kita sebabkan.

Karena sikap predator manusia, yang merasa penguasa planet ini dan sumber dayanya, dan memberikan wewenang kepada kita untuk menggunakan barang-barang tersebut secara tidak bertanggung jawab.

“Saat ini, luka-luka ini menampakkan diri secara dramatis dalam krisis ekologi yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang mempengaruhi tanah, udara, air dan secara umum, ekosistem tempat manusia hidup,” tuturnya.

Secara praktis kata Uskup Edwaldus, perawatan bumi ini juga telah dituangkan dalam 7 rencana Aksi Laudato Si’ yang konkretnya dituangkan dalam Suplemen Renstra  Pastoral Keuskupan Maumere.

Dengan demikian pesannya,diharapkan usaha merawat bumi sudah mulai sejak dari keluarga yang kemudian meluas ke lingkungan sekolah secara formal dan pembentukan yang berkelanjutan di tengah lingkungan masyarakat.

Kelahiran baru dalam semangat ekologis mengarahkan masing-masing pribadi untuk mengalami bahwa bumi sebagai rumah bersama butuh perhatian demi pemulihannya.

“Kelahiran baru dalam semangat Natal Sang Almasih mesti membawa pembaharuan diri pada masing-masing pribadi untuk mengalami sungguh Allah hadir sebagai Emanuel yang menyelamatkan bumi dan segala isinya,” pungkasnya.

 

Exit mobile version