Mongabay.co.id

Kepiting Kenari, Kepiting Terbesar di Dunia yang Suka Makan Kelapa

 

 

Kepiting kenari disebut sebagai kepiting terbesar di dunia. Beratnya bisa mencapai 4 kg, dengan panjang tubuh hingga 40 cm dan bentangan kaki sekitar 200 cm. Usianya bisa mencapai 30 tahun.

Satwa ini memiliki beberapa sebutan. Mulai dari kepiting kelapa, kepiting pencuri atau ketam kenari. Hewan artropoda pemakan kelapa ini bisa ditemukan di beberapa tempat di Indonesia, termasuk di Kepulauan Togean, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah.

Di Kepulauan Togean, habitat kepiting kenari biasanya di bebatuan berlubang yang berada di pesisir pantai dan juga di lubang bebatuan di antara bekas kayu. Untuk mendapatkannya, warga memancingnya dengan menyebarkan potongan-potongan daging kelapa di sekitar lubang. Biasaya kepiting kenari akan mencium bau kelapa, lalu keluar dan memakannya malam hari.

“Namun karena dikonsumsi dan dijual membuatnya makin sulit didapat,” kata Sarding Matorang, nelayan di Desa Kadoda, Kecamatan Talatako, Kepulauan Togean, awal Februari 2023.

Harga kepiting kenari berkisar 50-100 ribu Rupiah per kilogram. Para pembeli biasanya datang dari kota dan memesan kepada warga. Dampaknya semakin sulit mencarinya di wilayah Kepulauan Togean.

“Sekarang, untuk mencari satu ekor saja semakin sulit,” ungkapnya.

Kepulauan Togean memiliki keindahan bawah laut yang menjadi tujuan turis mancanegara.,

“Sebagian besar turis ingin melihat langsung rupa dan bentuk kepiting yang memiliki kemampuan memanjat pohon kelapa itu,” jelas Sarding.

Baca: Begini Penampakan Ketam Kenari, Kepiting Terbesar di Dunia

 

Kepiting kenari yang merupakan kepiting terbesar di dunia. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

 

Makan kelapa

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia [LIPI] yang kini BRIN, menyebut penangkapan kepiting kenari untuk menu masakan di restoran bertambah yang membuat perdagangannya meningkat.

“Ukurannya yang raksasa dan dagingnya lezat, membuat banyak orang ingin menikmatinya sebagai hidangan,” tulis peneliti LIPI.

Sejauh ini, belum banyak penelitian mengapa kepiting kenari [Birgus latro] menyukai kelapa. Hanya saja, ia disebut kepiting pencuri [robber crab] karena sering mencuri kelapa sebagai makanannya. Capitnya memiliki kekuatan besar yang mampu mengangkat beban hingga 29 kilogram. Persebarannya di daerah tropika dari Afrika sampai Kepulauan di Pasifik.

Baca: Mengenal Rajungan, Si Kepiting yang Pandai Berenang

 

Kepiting kenari di Kepulauan Togean yang ditangkap warga. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

 

Publikasi oleh Heryanto dan Daisy Wowor dari Bidang Zoologi, Pusat Penelitan Biologi – LIPI/BRIN, berjudul “Kajian Populasi Kepiting Kenari di Pulau Batudaka Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah dan Rekomendasi Manajemen Populasi” menjelaskan, penangkapan ilegal terhadap kepiting kenari masih dilakukan penduduk di beberapa kepulauan di Indonesia Timur. Tujuannya, untuk konsumsi sendiri atau dijual ke kota-kota besar guna dihidangkan di restoran-restoran.

Penelitian ini menyebut, di Indonesia kepiting kenari hidup di pulau-pulau karang yang bergoa. Di pulau yang tidak dihuni manusia kepiting kenari dapat ditemukan keluar siang hari, sedangkan bila hidup berdampingan dengan manusia mereka hanya keluar malam hari.

“Sifat-sifat biologinya yang lebih rinci belum diketahui. Umpan buah kelapa terbukti paling efektif, menarik kepiting kenari keluar dari lubangnya,” tulis para peneliti.

Baca: Bukan Monster, Memang Begini Penampakan Kepiting Purba

 

Kepiting kenari yang beratnya bisa mencapai 4 kilogram. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

 

Kedua peneliti juga mengatakan, belum ada data pasti mengenai besar populasi kepiting kenari dan banyaknya penengkapan ilegal di pulau-pulau kawasan Indonesia Timur.

“Harus diciptakan suatu usaha pelestarian karena berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat di Kepulauan Togean,” ungkap peneliti.

 

Ketam kenari di Pulau Maratua, Kalimantan Timur. Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Menurut penelitian tersebut, usaha pelestarian kepiting kenari di Kepulauan Togean dilakukan terhadap dua objek yaitu. habitat dan kepiting kenari itu sendiri. Untuk habitat, tidak boleh ada usaha penghilangan lubang-lubang persembunyian, baik dengan membongkar atau menimbunnya untuk keperluan lain.

Sedangkan untuk kepiting kenari sendiri, pengambilan harus dilakukan dengan memperhatikan kelestariannya. Caranya, dengan membatasi jumlah, ukuran, jenis, kondisi, serta waktu dan ruang pengambilan.

 

Exit mobile version