Mongabay.co.id

Tiga Orang Tewas dalam Bencana Hidrometeorologi di Sulawesi Tenggara.

 

Mendung tebal mengguyurkan hujan lebat disertai angin kencang di Kota Kendari dan daerah sekitarnya, pada Minggu sore (5/3). Petir menggelegar di mana-mana. Di Kecamatan Puwatu, Udin Satari, kakek lansia berumur 72 tahun, mengerahkan kakinya yang kurus sekuat tenaga menendang dinding papan rumahnya hingga jebol.

Dia berhasil keluar menyelamatkan diri dari rumah reyotnya yang roboh tertimpa pohon Jambu Mete. Istrinya, Mujiati (65), yang sedang tertidur pulas tidak sempat tertolong, tewas di pembaringan tertimpa batang pohon berdiameter 80 cm.

Hanya berjarak 8 km ke arah utara dari rumahnya, seorang pengendara motor juga tewas ditimpa pohon. Sementara di perairan mulut teluk Kendari yang menghadap laut Banda, seorang nelayan tewas disambar petir ketika sedang memancing.

baca : BMKG Ingatkan Potensi Cuaca Ekstrem dan Ancaman Bencana

 

1. Akibat hujan lebat dan angin kencang, rumah Udin Satari di Kota Kendari hancur ditimpa pohon tumbang yang menewaskan istrinya. Foto : Riza Salman/Mongabay Indonesia

 

Padahal 1,5 jam sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kelas II Kendari mengeluarkan peringatan dini berpotensi terjadi hujan, dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang di sejumlah wilayah Sultra pada pukul 16:20 WITA, dan dapat meluas ke sebagian wilayah lain hingga pukul 18:20 WITA.

Bencana hidrometeorologi itu berlangsung setengah jam hingga memasuki permulaan malam, memporak-porandakkan Kota Kendari. Listrik padam, seisi kota gelap. Warga berkumpul di hampir setiap ruas jalan menggunakan penerang saling bantu membersihkan pohon-pohon besar yang tumbang di jalanan, kabel putus berserakan di mana-mana, banyak baliho reklame berterbangan menutupi jalan, banyak rumah dan bangunan fasilitas pemerintah di sejumlah wilayah rusak parah.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kendari mendata ratusan rumah rusak, dan ratusan pohon tumbang yang tersebar di area Kendari..

Menyikapi bencana itu, Asmawa Tosepu, Pj Walikota Kendari meminta warganya tetap waspada. “Diharapkan semangat gotong royong dari masyarakat dalam membantu penanganan akibat bencana”, kata Asmawa, dalam keterangan persnya, sehari setelah peristiwa cuaca buruk.

baca juga : Kala Bencana Datang Bertubi-tubi

 

3. Pohon tumbang akibat terpaan angin kencang menutup badan jalan di Kota Kendari. Foto : Riza Salman/Mongabay Indonesia

 

Frekuensi guntur kuat

Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Kelas II Kendari, Faizal Habibie, dalam pesan singkatnya menjelaskan bahwa hujan lebat yang disertai guntur dan angin kencang yang terjadi dikategorikan sebagai ‘cuaca ekstrem,’ yang biasa terjadi pada musim penghujan.

Cuaca ekstrem kali ini disebabkan labilitas dan konveksi lokalnya yang kuat, sehingga “Bukannya curah hujan yang lebat, tapi frekuensi gunturnya kuat,” tulis Habibie. Kondisi itu dibarengi angin kencang yang bisa mencapai 25 knots atau 47 km/jam.

Pihaknya memprediksikan cuaca ekstrem berlangsung selama sepekan di wilayah Sulawesi Tenggara, curah hujan dengan intensitas sedang hingga hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang. Masyarakat diimbau tetap waspada, khususnya akan dampak dari curah hujan tinggi yang dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti; banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, guntur, pohon tumbang dan jalan licin.

baca juga : Banjir dan Longsor Landa Sulsel Bukti Ketidakseriusan Pemerintah Kelola Kebencanaan

 

4. Sebuah mobil hancur tertimpa tembok bangunan yang jebol diterpa angin kencang dan hujan deras yang terjadi di Kota Kendari, Minggu (5/3/2023). Foto : Riza Salman/Mongabay Indonesia

 

BMKG dalam siaran persnya mengidentifikasi potensi peningkatan curah hujan dalam sepekan di wilayah kota dan Kabupaten di Sultra. Suhu muka laut di wilayah sekitar Sultra terutama di bagian Teluk Bone, Perairan Menui Kendari dan Laut Banda menghangat, sehingga menambah pasokan air cukup tinggi untuk mendukung pembentukan awan hujan cukup tinggi di wilayah Sultra. Berdasarkan pantauan angin pergerakan angin atau streamline-nya terpantau gerakan angin dari Barat Daya hingga Barat Laut memasuki Laut Banda Timur Sulawesi, perairan Wakatobi, dan perairan Baubau dengan kecepatan angin 15 knot.

Sedangkan Saharudin (47), nelayan di pesisir Teluk Kendari bersama teman-temannya terpaksa memberanikan melaut meski ada informasi tentang seorang nelayan yang tewas tersambar petir di laut dan BMKG memperingatkan adanya cuaca ekstrem selama beberapa hari.

“Nelayan sempit pendapatannya sekarang,” keluhnya. Dia mengaku perekonomiannya menurun dalam dua tahun terakhir, lantaran sudah jarang melaut. Cuaca di laut sering berubah-ubah, tidak dapat diprediksi. Katanya, angin kencang, arus kuat, belum lagi hujan lebat mendadak muncul, dan biasanya berlangsung selama tiga hari. Menyebabkan beberapa kapal milik nelayan lain tenggelam.

“Saya parkir kapal, lari bersembunyi di gunung,” ujarnya, untuk menghindari badai yang mengancam keselamatan jiwanya. Katanya, di tahun 2022 kemarin banyak kapal nelayan yang rusak dihantam cuaca buruk ketika sedang melaut. Dia lantas menunjukan dua kapal motor yang tenggelam, diterjang gelombang saat berlabuh di Teluk Kendari pada Januari lalu.

baca juga : Curah Hujan dan Kerusakan Lingkungan adalah Paket Pemicu Bencana Banjir dan Longsor

 

6. Kapal nelayan berlabuh untuk sementara waktu di Teluk Kendari menghindari ancaman badai di laut lepas. Foto : Riza Salman/Mongabay Indonesia

 

Dari hasil pengamatannya selama bertahun-tahun melaut, cuaca tidak menentu di musim angin barat akan berlangsung sampai April mendatang. “Di bulan empat (April) harus waspada, lewat tengah malam, jam tiga subuh biasa datang (badai),” ungkapnya. Bahkan tahun ini angin dirasakan lebih kencang dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Sebelumnya, BASARNAS mencatat telah telah menangani 38 kasus kecelakaan kapal atau pelayaran di sepanjang tahun 2022 di perairan Sultra.

 

 

Exit mobile version