Mongabay.co.id

Kepik, Serangga Mungil “Sahabat” Petani

 

 

Badannya mungil, hampir bulat dengan panjang 1 hingga 10 mm. Punya sayap kecil, umumnya berwarna terang dibumbuhi pola titik warna gelap. Sayapnya ada yang berwarna kuning, hitam, cokelat, keemasan, dan yang paling popular adalah merah. Itulah kepik, atau juga dikenal dengan sebutan ladybugs atau ladybirds

Kepik termasuk keluarga Coccinellidae yang terdiri enam hingga tujuh ribu spesies. Sebagian besar merupakan pemakan serangga, sebagian kecil pemakan daun, dan sebagian lain pemakan jamur.

Umurnya di alam berkisar 2 hingga 3 tahun. Kepik betina akan meletakkan telur di koloni mangsanya, sehingga saat telur menetas dan menjadi larva, mereka tidak khawatir soal makanan. Seekor larva kepik bisa memangsa hingga 1.000 individu serangga saat tumbuh.

Baca: Kepik Emas, Kumbang Imut Indah Nan Mempesona

 

Kepik yang sangat membantu pentani mebasmi hama secara alami. Foto: Pixabay/torstensimon/Public Domain

 

Kepik sering ditemukan di antara tanaman berbunga. Kepik tertarik mendatangi bunga-bunga karena satwa ini makan nektar dan polen. Namun sebagai predator, makanan utamanya adalah serangga bertubuh lunak, seperti tungau, kutu daun, lalat buah, wereng, dan hama tanaman lain  berukuran kecil.

Karena membantu penyerbukan dan memakan hama pertanian, kepik adalah sahabat petani. Saat petani kembali tertarik menerapkan model pertanian yang ramah lingkungan, kepik pun dilirik.

Agar kepik mau datang, dibuatlah tempat singgah atau yang sering disebut mikro habitat, berupa lahan kecil yang ditumbuhi tanaman berbunga. Nama lain mikro habitat adalah refugia, berasal dari Bahasa Spanyol refugio [bentuk feminim] yang berarti shelter [naungan].

Awalnya, istilah refugia dipakai dalam ilmu biologi untuk menyebut kawasan terisolasi di zaman glasial yang menjadi tempat hidup berbagai jenis hewan dan tumbuhan selama ribuan tahun. Berbagai jenis spesies ini kemudian menyebar saat zaman interglasial, yaitu ketika suhu Bumi mulai menghangat. Refugia erat dengan pembahasan perubahan iklim dan persebaran makhluk hidup.

Istilah refugia akhirnya meluas. Dalam bidang pertanian, refugia misalnya dipakai pada praktik pemanfaatan bunga sebagai rumah serangga predator hama. Jenis bunga yang biasanya ditanam adalah kenikir [Cosmos sulphureus], bunga matahari [Helianthus annuus], bunga kertas zinnia, dan [Zinnia peruviana].

Tanaman bunga sebagai refugia ini telah dirasakan manfaatnya oleh petani karena berhasil menurunkan serangan hama dan meningkatkan produksi padi.

Baca: Tanaman Ini Penjaga Sawah dari Hama, Murah dan Ramah Lingkungan

 

Kepik merupakan serangga imut pemakantungau, kutu daun, lalat buah, dan wereng. Foto: Pixabay/Skica911/Public Domain

 

Predator hama alami

Sebagai serangga predator hama, kepik bisa dibudidayakan dan dijual. Peminatnya adalah para petani dan penyuka tanaman hias. Di Amerika misalnya, kepik bisa dibeli secara online. Dengan 100 Dollar pembeli bisa mendapatkan 10 ribu ekor kepik. Pasukan kepik ini lalu dilepas di areal pertanian, kebun, atau taman dan siap memberantas hama secara alami.

Meski bisa menjadi pemberantas hama alami, sayangnya keberadaan kepik terancam. Selain ancaman anthropogenik dan kurangnya pengetahuan manusia tentang perilaku makhluk imut ini, juga karena faktor alam. Beberapa peneliti dari berbagai negara mengkhawatirkan keberadaan mereka.

Baca: Inilah Lady Bug, Sama Nama, Tapi Beda Alam

 

Kepik sering ditemukan di tanaman berbunga. Foto: Pixabay/ajs1980518/Public Domain

 

Para peneliti ini menawarkan peta jalan konservasi dan pemulihan kepik. Mereka menuliskannya dalam jurnal Conservation Biology, 2022, berjudul “A roadmap for ladybird conservation and recovery”. Mereka berasal dari Portugal, Belgia, Inggris, Finlandia, Amerika, Chile, Jerman, Slovakia, Czech, India, dan Prancis.

Para peneliti berpendapat, ancaman terhadap populasi kepik terutama karena faktor iklim, komposisi lanskap, dan invasi biologi. Menurut beberapa hasil penelitian yang mereka kumpulkan, kehidupan kepik ternyata sangat bergantung suhu lingkungan. Perubahan iklim akan mengubah demografi populasi kepik.

“Untuk bertahan dan berkembang biak dalam suhu yang semakin panas, kepik membutuhkan lebih banyak energi demi memenuhi kebutuhan metabolisme, yang berarti membutuhkan lebih banyak  mangsa. Sementara kutu daun juga sensitif terhadap suhu dan tidak tumbuh subur di cuaca panas,” tulis Antonio O Soares, dalam laporannya.

Sementara intensifikasi pertanian telah menyebabkan penyederhanaan bentang alam dan penurunan keanekaragaman hayati fauna. Habitat alami kepik menghilang dengan cepat dan perubahan peruntukan lahan membuat gerak kepik makin terbatas.

Baca juga: Serangga Air Raksasa Ini punya Kebiasaan Unik Merawat Telur

 

Kehidupan kepik juga dipengaruhi perubahan iklim. Semakin meningkan suhu semakin banyak energi yang dibutuhkan tubuhnya untuk metabolisme. Foto: Pixabay/Myriams-Fotos/Public Domain

 

Kepik juga menghadapi ancaman dari kepik itu sendiri. Di Eropa, 12 spesies kepik dari luar sengaja dilepas sebagai agen biokontrol. Namun pelepasan itu berakibat spesies kepik asli di Chile turun setelah kedatangan Harmonia axyridis [kepik harlequin]. Sehingga, introduksi spesies dari luar harus disikapi hati-hati.

Para peneliti itu mengajukan beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk melindungi keberadaan makhluk ini. Dalam jangka pendek, bisa dengan penyadaran lewat pendidikan, perlindungan untuk pemulihan habitat dan ancaman dari spesies pengganggu, serta pemulihan kawasan alami dan  keragaman lanskap.

Dalam jangka menengah, meliputi analisis data populasi, memahami peran dan fungsi kepik beserta habitatnya, juga mengukur populasi serta keragamannya. Untuk jangka panjang, diperlukan program pemantauan di seluruh dunia, meningkatkan pengetahuan masyarakat, dan dukungan kerja sama global.

 

Exit mobile version