Mongabay.co.id

Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan di Aceh Masih Tinggi

 

 

Kemarau datang, potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan harus diwaspadai.

Kepala Pusat Pengendalian Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana [BNPB] Bambang Surya Putra mengatakan, jumlah kasus kebakaran hutan dan lahan [karhutla] di Indonesia dari Januari hingga Juni 2023, mencapai 211 kasus. Sementara kasus karhutla sepanjang 2022 sebanyak 252 kasus.

“Aceh merupakan provinsi paling banyak terjadi karhutla periode ini, sebanyak 53 kasus. Disusul Kalimantan Tengah [35 kasus] dan Kalimantan Barat [17 kasus],” jelasnya, Kamis [20/7/2023].

BNPB menjelaskan, dampak El Nino yang terjadi di Samudra Pasifik karena pemanasan suhu muka laut [SML] adalah terjadinya kekeringan di sejumlah daerah di Indonesia. Fenomena ini mengurangi curah hujan.

“Saat beberapa daerah terancam kekeringan, sejumlah daerah lain dapat terjadi curah hujan tinggi, sehingga berpotensi terjadi banjir genangan atau banjir bandang serta tanah longsor,” jelasnya.

Baca: Kemarau Datang, Fokus Kegiatan Jangan Hanya Mengatasi Kebakaran Hutan dan Lahan

 

Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Aceh, periode Januari-Juni 2023, merupakan yang tertinggi di Indonesia. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika [BMKG] Kelas I Sultan Iskandar Muda Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar mengingatkan, secara umum Aceh sudah memasuki puncak musim kemarau. Masyarakat diminta waspadai potensi karhutla.

“Udara cukup kering dan sinar ultraviolet sangat tinggi, sementara curah hujan sangat rendah,” ujar Prakirawan BMKG Sultan Iskandar Muda Aceh Besar, Nuria, pada Kamis [27/7/2023].

Foto: Hutan Pinus di Aceh Tengah Terbakar

 

Sebanyak 53 kasus karhutla terjadi di Aceh periode Januari-Juni 2023. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Harus diselesaikan

Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia [Walhi] Aceh, Ahmad Shalihin mengatakan, kebakaran hutan dan lahan di Aceh merupakan masalah yang harus segera diatasi.

“Sebelumnya Aceh tidak pernah menduduki peringkat pertama. Ini kelalaian semua pihak,” ujarnya, Jumat [28/7/2023].

Shalihin mengatakan, data Sipongi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan [KLHK] menunjukkan, luas kebakaran hutan dan lahan di Aceh hingga Juni 2023 mencapai 491,8 hektar.

“Kabupaten Aceh Jaya merupakan daerah yang paling tinggi terbakar [117,7 hektar], disusul Aceh Tengah [78,5 hektar], Subulussalam [75,5 hektar], dan beberapa daerah lain,” sebutnya.

Afiudin, Manager Advokasi dan Kampanye Walhi Aceh mengatakan, karhutla di Aceh sudah menjadi masalah serius.

“Penegak hukum harus turun tangan, bukan hanya ikut memadamkan api tapi juga memeriksa pelaku. Terhadap pelaku yang membersihkan lahan dengan cara membakar harus diminta pertanggungjawabannya,” ungkapnya, Sabtu [29/7/2023].

Baca juga: Aceh Kehilangan Tutupan Hutan, HAkA: Sehari 41 Hektar

 

Kebakaran hutan dan lahan di Aceh merupakan masalah yang harus diselesaikan. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Operasi karhutla

Sejak 28 Juli 2023 hingga 16 Agustus 2023, personil Polda Aceh menggelar Operasi Kebakaran Hutan dan Lahan Seulawah 2023. Operasi dilakukan di tiga kabupaten yaitu, Aceh Tengah, Aceh Barat, dan Nagan Raya.

Di Kabupaten Aceh Barat, pada Sabtu [29/7/2023], tim dari sejumlah instansi pemerintah berusaha memadamkan api yang membakar hutan gambut di Kecamatan Johan Pahlawan.

“Diperkirakan, luasan yang terbakar sekitar 14 hektar,” kata Suryaman, warga Desa Suak Raya, Kecamatan Johan Pahlawan.

Akibat kebakaran itu, Kota Meulaboh, Ibu Kota Kabupaten Aceh Barat dan jalan nasional yang menghubungkan Kota Banda Aceh dengan Kota Meulaboh tertutup kabut asap.

“Kondisi ini mengganggu pengguna jalan tentunya.”

 

Titik panas di Aceh yang terpantau melalui Sipongi. Sumber: KLHK

 

Kapolres Aceh Barat telah mengimbau masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar, karena melanggar hukum.

“Jika terjadi kebakaran terancam pidana 10 tahun penjara,” jelas Kapolres Aceh Barat AKBP Andi Kirana.

 

Exit mobile version