Mongabay.co.id

Pentingnya Pohon Bagi Kehidupan Manusia

 

 

Sore itu, rasa lelah menyusuri aliran air berbatu di tengah hutan terbayar sudah. Sebuah pohon besar terlihat, akarnya kokoh menopang batangnya yang menjulang tinggi.

“Ini pohon remujung. Sekian lama menyusuri hutan, ini adalah pohon paling besar yang saya temui di sekitar sini, dan mungkin yang tersisa di Gunung Cundong, atau bahkan di sekitar hutan Mapur,” kata Abok Gedoi [54], Ketua Adat Suku Mapur di Dusun Air Abik, Desa Gunung Muda, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung, Sabtu [16/9/2023].

Saat berdiri di sekitar pohon tersebut, kita akan merasa sangat kecil. Jauh beda dengan akarnya yang bergitu lebar, mungkin sekitar delapan pelukan orang dewasa. Sedangkan ukuran batangnya sekitar empat hingga lima pelukan orang dewasa.

Baca: Riset: Tumbuhan Menjerit Ketika Stres, tapi Manusia Tidak Mendengarnya

 

Abok Gedoi, berdiri dekat pohon besar yang tersisa di hutan larangan Gunung Cundong. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Pohon berusia ratusan tahun tersebut tumbuh di sekitar lereng hutan Gunung Cundong [300-an mdpl], salah satu wilayah larangan Suku Mapur yang luasnya mencapai 320 hektar. Di bawah pohon tersebut, mengalir Air Celengge, salah satu tumbek [mata air] besar yang mengalir hingga Sungai Pejem yang bermuara ke laut, di Utara Pulau Bangka.

“Dulu, pohon-pohon besar banyak tumbuh di sepanjang lereng atau aliran air di hutan Gunung Cundong. Mungkin karena itu juga, air di sini tidak pernah kering saat kemarau panjang,” lanjut Abok Gedoi.

Namun, menurut Atok Kasmin [78], Suku Mapur murni yang turun-temurun berkebun di sekitar hutan Gunung Cundong, sebagian besar pohon besar di Gunung Cundong sudah banyak di tebang secara ilegal oleh orang luar.

“Dulu ada banyak pohon besar, sekarang hanya ini yang tersisa. Tapi sejak 2019, seiiring dibentuknya Lembaga Adat Mapor, masyarakat yang berkebun di sekitar Gunung Cundong ikut menjaga hutan ini. Jika dibiarkan, mungkin tidak tersisa lagi pohon sebesar ini,” lanjutnya.

Mapur merupakan salah satu Suku Melayu tertua di Pulau Bangka yang terkenal dengan berbagai kearifan terkait alam. Bagi mereka, alam adalah napas kehidupan.

“Kalau hutan dan pohon habis, hidup akan sulit. Mencari tumbuhan obat susah, banyak penyakit, padi banyak hama, dan sebagainya. Karenanya, kami percaya kalau hutan, pohon dan alam seluruhnya merupakan bagian dari kehidupan, napas kita untuk hidup di bumi,” kata Abok Gedoi.

Baca: Pisang Raksasa Papua, Bisa Setinggi Pohon Kelapa

 

Atok Kasmin, berdiri dekat pohon besar yang tersisa di hutan larangan Gunung Cundong. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Peran penting pohon

Falsafah hidup “alam sebagai napas kehidupan” yang dipegang teguh oleh Suku Mapur mungkin sejalan dengan peran penting pohon bagi makhluk hidup, terutama manusia. Ketika manusia menghirup oksigen [O2] dan mengeluarkan karbondioksida [CO2], pohon melakukan sebaliknya dan menyediakan berton oksigen untuk kita hirup setiap hari.

Pepohonan dan hutan hujan tropis setidaknya menyediakan sekitar 28 persen kebutuhan oksigen di bumi. Dikutip dari situs sciencefocus.com, pohon melepaskan oksigen ketika mereka menggunakan energi dari sinar matahari untuk membuat glukosa dari karbon dioksida dan air. Ini disebut sebagai fotosintesis.

“Dengan memperhitungkan berat molekul relatif oksigen dan karbon, maka satu pohon dapat menghasilkan sekitar 100 kilogram oksigen per tahun,” kata Luis Villazon, penulis artikel tersebut.

Dari sumber yang sama, dalam setahun, seorang manusia membutuhkan sekitar 740 kilogram oksigen per tahun. Artinya, secara kasar, nilainya adalah tujuh atau delapan pohon.

Selain menghasilkan oksigen, pepohonan juga berperan mengurangi polusi udara, terutama di kota-kota besar.

“Mereka tidak menyerapnya, tetapi partikel polusi menempel di kulit kayu dan terperangkap di bulu daun. Sebuah studi tahun 2011 memperkirakan bahwa setiap tahun, pepohonan di London Raya menghilangkan 850 hingga 2.000 ton partikel polusi PM10, yang merupakan jenis partikel dianggap berbahaya bagi manusia,” lanjutnya.

Baca: Terancam Punah, 30 Persen Spesies Pohon di Bumi akibat Penebangan dan Perubahan Iklim

 

Melalui program pohon asuh, masyarakat dapat merasakan manfaat ekonomi serta ikut serta menjaga pohon di hutan mereka. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Pohon asuh

Sejauh ini, manfaat ekonomi hutan kerap diterjemahkan dengan menebang pohon, lalu dijual. Namun, pohon yang tegak dan tumbuh besar ternyata juga bisa memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat di Desa Long Lake, Kecamatan Malinau Selatan Hulu, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara.

Melalui program pohon asuh, masyarakat umum dapat ikut serta menjaga pohon di sebuah kawasan Hutan Desa dengan luas mencapai 9.646 hektar. Pohon Asuh merupakan program imbal jasa lingkungan, berupa pemberian reward atau dukungan dari publik luas untuk masyarakat yang telah mengelola hutannya dengan baik.

“Saat ini ada 371 pohon di hutan desa kami yang telah diasuh banyak orang dengan nilai yang kami terima sebanyak 51 juta Rupiah lebih. Saat ini masih ada 199 pohon lagi yang tersedia untuk diasuh publik luas.” kata Ujang Laing, Ketua Lembaga Pengelola Hutan Desa Long Lake, dalam rilis KKI Warsi, sebuah Lembaga non-profit yang melakukan kegiatan pendampingan masyarakat di dalam dan sekitar hutan.

Baca: Ulin, Pohon Penjaga Ekosistem Hutan Bukit Peramun

 

Melalui proses fotosintesis, pohon dapat menghasilkan oksigen bagi manusia. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Yul Qari, Manager Program KKI Warsi, menyebutkan program pohon asuh telah dikembangkan KKI Warsi sejak 2014 lalu. Kegiatan dimulai di Sumatera dan tahun 2022 dikembangkan di Kabupaten Malinau. Tepatnya, di Hutan Desa Long Lake.

“Di Long Lake sempat ada pertanyaan kalau pohon kita diasuh, nanti pohonnya dibawa, tanah warga diambil, bahkan ada yang berpikiran nanti udara Long Lake akan berganti dengan udara kotor karena pohonnya sudah diambil orang lain. Namun kami menjelaskan kepada masyarakat, hingga mereka paham bagaimana program ini membantu masyarakat penjaga hutan,” terangnya.

Sekarang masyarakat bersemangat untuk melakukan survei identifikasi pohon yang akan diunggah ke situs pohonasuh.org. “Semakin banyak pohon dalam aplikasi maka akan semakin membuka kesempatan publik untuk mengasuh pohon di Long Lake,” kata Yul Qari.

Baca juga: Pelawan, Pohon Unik Warna Merah di Bangka Belitung

 

Pohon remujung ini tumbuh besar menjulang tinggi dan dijaga masyarakat. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Sukmareni, Koordinator Divisi Komunikasi KKI Warsi, mengatakan program pohon asuh sudah dikembangkan di 18 lokasi. Kriteria pohonnya, diameter 40 centimeter donasinya 100 ribu Rupiah, 50 centimeter 150 ribu Rupiah, dan 60 centimeter 200 ribu Rupiah. Pohon yang dipilih adalah kayu yang kuat dan tegak lurus.

“Program ini tentu menghitung dampak ekologi dan ekonomi untuk masyarakat. Jika dilakukan menyeluruh, tentu akan sangat berdampak pada perubahan iklim. Kami berharap program ini juga bisa menjadi lokomotif gerakan bersama, membangun kepedulian bersama untuk hutan dan bumi kita,” tegasnya.

 

Exit mobile version