Mongabay.co.id

Misteri Perubahan Perilaku Paus Orca Mengancam Keberlangsungan Hidup

 

Karena populasi dan kehadiran manusia di seluruh dunia terus meningkat secara eksponensial, ragam spesies hewan harus menyesuaikan perilaku mereka untuk bertahan hidup. Termasuk paus orca atau paus pembunuh (Orcinus orca) sang penguasa samudra.

Baru-baru ini terjadi fenomena yang makin tidak biasa. Menurut laporan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) Amerika Serikat, rekor jumlah paus orca mati tahun 2023 meningkat setelah memakan ikan yang diangkut oleh pukat komersial di Alaska, namun kemudian terjerat alat tangkap.

Para peneliti mengaitkan peningkatan kematian ini dengan “perilaku baru”. Dimana orca-yang juga dikenal sebagai paus pembunuh mencari mangsa di dekat jaring yang secara bersamaan ditarik oleh para nelayan ke permukaan.

Pada tahun 2023, para kapten kapal melaporkan adanya peningkatan jumlah paus pembunuh yang berada di dekat kapal. Groundfish Forum, sebuah asosiasi perdagangan perikanan yang berbasis di Seattle, Washington, Amerika Serikat, mengawasi aktivitas 19 kapal pukat di perairan Pasifik Utara.

Orca diketahui berbondong-bondong masuk ke lokasi penangkapan ikan untuk menikmati hasil tangkapan dari nelayan. Tetapi para ilmuwan mamalia laut tidak yakin mengapa perubahan ini terjadi. Mereka heran menyoal kebiasan baru Orca ini.

Alasannya, Orca adalah mamalia laut yang sangat cerdas dan inovatif. Mereka dapat meniru dan belajar dari satu sama lain melalui proses yang disebut pembelajaran sosial.

Berdasarkan laporan Perikanan NOAA tahun 2022, Orca diketahui mengeksploitasi perikanan manusia. Perikanan rawai, yang menebar kail berumpan untuk menangkap berbagai spesies ikan, sangat menarik bagi mereka. Karena orca dapat dengan mudah mengambil makanan itu.

baca : Orca, Penguasa Laut Sesungguhnya

 

Paus pembunuh atau orca (Orcinus orca) merupakan lumba-lumba besar yang masuk dalam famili Delphinidae. Foto : Pexels/Holger Wulschlaeger

 

Ketergantungan pada manusia untuk mendapatkan makanan mungkin adalah yang paling umum: ada yang diberi makan oleh manusia secara langsung, ada juga yang bergantung pada sisa makanan, dan ada juga yang oportunis yang melangkah lebih jauh dan mencuri dari manusia.

Penelitian telah menunjukkan bahwa perburuan liar dari perikanan adalah perilaku yang dapat menyebar ke seluruh populasi orca melalui pembelajaran sosial. Mereka telah menemukan bahwa Orca saling mengajari satu sama lain berupa cara mencuri ikan yang ditangkap manusia.

Sebagai anggota terbesar dari keluarga lumba-lumba, Orca dikenal mampu mengkoordinasikan taktik berburu, dan mampu mengajarkan keterampilan baru itu kepada kerabatnya.

Dan bagi orang-orang yang bekerja di bidang perikanan di dekat habitat paus pembunuh, pemandangan kelompok Orca yang berenang ke daerah potensi tangkap ikan berlimpah untuk mencuri ikan dari jaring ikan dan berpesta dengan sisa-sisa ikan yang dibuang telah menjadi hal yang biasa.

Untuk lebih memahami tren perilaku paus pembunuh ini, para peneliti mengamati lebih dekat kebiasaan makan paus yang hidup di lepas pantai Kepulauan Crozet di Samudra Hindia bagian selatan. Mereka memantau dua populasi paus pembunuh sub Antartika selama 16 tahun, antara 2003-2018.

Untuk memperjelas, insiden perilaku seperti depresi ini, paus memakan ikan yang terperangkap dalam jaring dan kail-semakin sering terjadi di lokasi penelitian. Faktanya, paus pembunuh telah menjadi spesies pemangsa yang paling sering dilaporkan di antara semua predator laut teratas di perikanan di seluruh dunia.

baca juga : Hebatnya Paus Orca, Bisa Meniru Suara Manusia

 

Kawanan besar paus orca baru-baru ini terlihat di lepas pantai Newfoundland. Kawanan paus ini merupakan salah satu yang terbesar yang pernah tercatat di dekat provinsi tersebut. Foto : Kim Kyung-Hoon/Reuters

 

Namun, masih belum jelas apakah hal ini disebabkan oleh populasi Orca yang menyerbu perikanan di lokasi penelitian untuk mencuri ikan. Atau apakah Orca yang sama telah berhasil mempelajari cara melakukan penyerbuan dari populasi lain.

Yang jelas, perilaku makan yang oportunistik ini terkadang menyebabkan terjerat, cedera, dan dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, kematian. Setidaknya lima paus Orca terperangkap dan mati dalam alat tangkap dalam periode 2016 hingga 2020.

Agaknya, hal itu kembali terjadi sejak Januari. Jumlah paus Orca yang mati terjerat jaring di lepas pantai Alaska telah meningkat.

Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada 21 September, NOAA Fisheries mengatakan bahwa kapal pukat yang beroperasi di Laut Bering dan di lepas pantai Kepulauan Aleutian di Pasifik Utara secara tidak sengaja telah menjebak 10 paus dalam alat tangkap sepanjang tahun ini. Hanya satu ekor yang berhasil dilepaskan dalam keadaan hidup. Sisanya mati.

Untuk sembilan paus orca lainnya, “NOAA Fisheries menganalisis data yang terkumpul untuk menentukan penyebab cedera atau kematian dan menentukan stok paus ini melalui tinjauan informasi genetik,” kata pernyataan itu.

NOAA juga meninjau informasi mengenai satu individu Orca yang secara tidak sengaja tertangkap selama survei rawai tahunan oleh Alaska Fisheries Science Center pada musim panas ini. Ada pula kematian individu Orca yang ditemukan terjerat di alat tangkap di lereng Laut Bering Tengah pada 7 Juni lalu.

Para ilmuwan berharap temuan ini akan menjelaskan lonjakan cedera dan kematian Orca yang terjadi tahun ini dan membantu mereka mengembangkan pedoman untuk melindungi hewan-hewan tersebut.

Sebagai informasi, Orca berumur panjang dan berkembang biak dengan lambat. Sehingga Orca yang tidak sengaja terperangkap oleh perikanan dapat membahayakan populasinya di alam.

baca juga : Hati-hati dengan Paus Orca, si Pemakan Hati Hiu

 

Paus pembunuh atau orca (Orcinus orca) merupakan lumba-lumba besar yang masuk dalam famili Delphinidae. Sumber: Wikipedia

 

Orca Dilindungi

Di Selat Bering, Orca dilindungi di bawah Undang-Undang Perlindungan Mamalia Laut tahun 1972. Aturan itu mewajibkan pemilik dan operator kapal untuk melaporkan kepada NOAA setiap operasi penangkapan ikan atau survei.

“Kami mengubah cara beroperasi kapal-kapal kami untuk mencoba menghindari paus, termasuk memindahkan kapal kami ketika paus ditemui dan secara sukarela menghentikan operasi penangkapan ikan tahun ini di wilayah perikanan di mana kematian paus pembunuh terjadi,” sebut laporan Groundfish Forum, yang kapalnya terlibat dalam beberapa pertemuan fatal dengan paus tahun ini.

Sebelumnya, para peneliti sudah sempat mempelajari foto-foto paus yang diambil oleh nelayan, ilmuwan, dan turis lokal di beberapa titik pertemuannya. Mereka dengan mudah membedakan satu Orca dengan Orca lainnya, karena makhluk hitam-putih ini memiliki pola warna yang unik pada tubuh mereka.

Setelah diamati lebih dekat, dokumentasi tersebut tidak menunjukkan adanya bukti kelompok Orca baru yang menginvasi daerah tersebut untuk mencari makanan. Sebaliknya, foto-foto itu menunjukkan kelompok paus yang sama berulang kali mendekati perahu pencari ikan. Hanya saja jumlah mereka meningkat, kemungkinan besar akibat Orca sudah mengamati dan belajar dari satu sama lain.

Selama periode penelitian hingga tahun 2020, para peneliti melihat jumlah Orca yang merusak meningkat dari 34 menjadi 94 pada satu populasi paus dan 17 menjadi 43 pada populasi paus lainnya.

Temuan ini menyoroti bagaimana perubahan ketersediaan mangsa yang disebabkan oleh aktivitas manusia dapat menyebabkan inovasi yang cepat dan progresif di antara paus pembunuh itu. Bahkan membawa perubahan yang tak terduga dan belum pernah terjadi sebelumnya pada peran ekologis pemangsa utama ini.

 

Sumber : livescience.com dan weather.com

 

 

Exit mobile version