Mongabay.co.id

Rahasia Hidup Penyu di Tengah Ancaman Mundurnya Garis Pantai

 

Air sangat penting bagi kehidupan, tetapi 96% dari seluruh air di Bumi ditemukan di lautan. Bahkan sebagian besar air tersebut tidak dapat diminum oleh banyak spesies yang hidup di dalamnya. Namun, kehidupan tetap menemukan jalannya.

Dikutip dari buku baru The Blue Machine: Bagaimana Lautan Bekerja, penulis dan ahli kelautan Helen Czerski menjelaskan cara cerdik penyu belimbing (Dermochelys coriacea) menghadapi rasa asin yang ekstrem di lingkungannya.

Penyu belimbing berukuran 2 meter, berbentuk oval berwarna abu-abu solid dan berbintik-bintik dengan sirip besar dan hidung pesek muncul perlahan di tepi pantai. Dia telah menempuh perjalanan hampir 2.500 mil atau setara 4.000 kilometer dari tempat berkembang biak di Karibia.

Sepertiga tubuhnya terdiri dari air laut. Meski begitu ginjalnya tidak dapat menghasilkan urin yang memiliki konsentrasi garam lebih tinggi dari darahnya. Tubuhnya adalah paket rapi kehidupan dengan kadar garam rendah, dan sel-selnya akan rusak jika bagian dalamnya mendekati kadar garam air. Kulitnya yang kasar adalah benteng yang mencegah garam masuk.

Hanya sedikit vertebrata laut minum. Tetapi semuanya menghadapi tantangan untuk menjaga agar air tetap masuk dan garam tetap keluar. Dan penyu belimbing adalah ahli dalam hal ini.

baca : Belasan Tahun Menghilang, Penyu Belimbing Muncul Kembali di Pantai Paloh

 

Seorang penyelam dengan penyu. Foto : shutterstock

 

Buku tersebut memberikan analogi tentang bagaimana penyu belimbing mendapatkan air. Pada air laut berwarna biru kehijauan yang menjadi tempat berenangnya merupakan rumah bagi ubur-ubur, yang menjadi santapan penyu ini. Ubur-ubur sebenarnya hanyalah seember kecil air laut yang menyamar sebagai kehidupan. Tubuh ubur-ubur terdiri dari 96% air, dan sebagian besar dari 4% lainnya adalah garam. Sehingga ubur-ubur sama asinnya dengan lautan.

“Solusinya sangat cerdik sekaligus (bagi kami) memilukan: raksasa yang lembut ini menangis saat makan. Sebagian besar kepalanya dipenuhi oleh kelenjar garam, organ yang mengeluarkan garam dan mendorongnya keluar dari saluran air matanya. Air mata penyu belimbing sangat kental dan kental dan hampir dua kali lebih asin dari air laut,” tulis Czerski.

Untuk tetap makan tanpa membunuh dirinya sendiri dengan garam, penyu harus mengeluarkan air mata sebanyak 8 liter atau 2 galon setiap jamnya. Tapi ini adalah harga yang harus dibayar untuk hidup di air laut.

Cara unik penyu yang belum diketahui adalah dia mampu memudarkan virus. Untuk itu penyu belimbing selalu memilah-milah lautan. Tujuannya untuk menyaring dan menyimpan nutrisi dalam tubuhnya.

Kendati punya keunikan yang belum banyak diketahui, hidup penyu belimbing berada di ujung tubir kepunahan. Sejak 1984, total populasi penyu tersebut turun sekitar 5,9 persen setiap tahun.

baca juga : Penelitian: Sarang Penyu Belimbing di Papua Barat Musnah 78% Dalam Tiga Dekade

 

Setelah belasan tahun menghilang, seekor penyu belimbing (Dermochelys coriacea) mendarat di Pantai Sungai Belacan, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas Kalimantan Barat, pada 15 September 2021. Foto : BPSPL Pontianak

 

Ancaman kehilangan telur

Sebagai perenang ulung di Samudera, nyatanya berbagai spesies penyu menghadapi ancaman serius akibat kenaikan permukaan laut. Alasannya, pengaruh pemasanan iklim ini berpengaruh terhadap hanyutnya tempat bertelur penyu karena garis pantai yang terus mundur.

Menurut Scientific Reports, abrasi bisa jadi biang dari penurunan populasi berbagai jenis penyu beberapa tahun terakhir ini. Para peneliti membuat skenario emisi gas rumah kaca sedang dan tinggi. Hasilnya, berdampak pada 2.835 lokasi sarang penyu di tujuh lokasi peneluran antara tahun 2010 hingga 2100.

Mereka menemukan bahwa dalam skenario emisi sedang, tempat berkembang biak yang terletak di pantai datar adalah yang paling rentan. Tempat itu berada di Pulau Raine, Australia, Pulau Saona, Republik Dominika, Pulau St George, Florida dan pantai Mondonguillo, Kosta Rika.

“Banjir di beberapa daerah tersebut diperkirakan akan terjadi pada tahun 2050,” kata kata Marga Rivas, seorang peneliti keanekaragaman hayati dan konservasi alam di University of Cadiz di Spanyol dan penulis studi tersebut, dikutip dari ABC News.

Rivaz mencontohkan, di Sint Eustatius, sebuah pulau Belanda di Karibia adalah tempat paling nyaman untuk penyu bertelur. Setidaknya, dipakai bersarang oleh 50% penyu belimbing, 18% penyu sisik, dan 13% penyu hijau.

Dia menerangkan, di tempat berbiak berbagai spesies penyu, sarang penyu belimbing sangat rentan terhadap banjir karena kecenderungannya untuk bersarang di area terbuka dekat garis pasang. Penyu sisik dan penyu hijau cenderung bersarang di tempat yang lebih tinggi, lebih dekat dengan bukit pasir dan tebing yang curam.

baca juga : Belajar dari Konservasi Penyu Belimbing di Papua Barat, Seperti Apa?

 

Seekor Penyu Tempayan (Caretta caretta) yang terdapat di perairan kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT. Foto : Herry Jeremias

 

Ketika penyu betina kembali bertelur di pantai yang sama dengan tempat mereka menetas, kenaikan permukaan air laut dapat menyebabkan banyak penyu bertelur di pantai yang tergenang air. Itu dapat berdampak negatif pada jumlah penyu yang menetas.

Ancaman sudah ada di depan mata. Buktinya garis pantai di tempat-tempat seperti Kosta Rika dan Amerika Selatan telah menyusut secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, kata Rivas.

Fakta bahwa sarang penyu kemungkinan akan menghilang dalam tingkat yang mengkhawatirkan di beberapa pulau yang sangat berjauhan satu sama lain membuktikan betapa luas dan berbahayanya ancaman tersebut. Belum lagi kenaikan permukaan laut menambah ancaman berat yang dihadapi penyu akibat penangkapan ikan berlebihan dan konsumsi plastik.

Rivas juga memperingatkan agar tidak memindahkan sarang penyu ke tempat yang lebih tinggi karena tanpa adanya kontrol suhu, tindakan yang bermaksud baik ini dapat menyebabkan rasio jenis kelamin yang tidak seimbang. Sehingga semua telur yang menetas adalah betina. Suhu telur yang sedang berkembang menentukan apakah anaknya akan menjadi jantan atau betina.

“Mereka menaruhnya di mana saja, dan mereka menghasilkan 100% betina di tempat tersebut,” ucap Rivas. “Kita perlu membantu melindungi populasi penyu bertelur karena tanpa itu, dengan tingginya angka kematian yang mereka alami, mustahil untuk mempertahankan spesies mereka di masa depan.”

Penyu belimbing terdaftar sebagai penyu yang kritis dalam Daftar Merah Spesies Terancam Punah IUCN (International Union for Conservation of Nature). Bagaimana bisa air yang menjadi habitat mereka justru menjadi ancam hidup paling nyata?

 

Sumber : abcnews.go.com dan livescience.com

 

Exit mobile version