Mongabay.co.id

Ketambe, Desa yang Bersahabat dengan Orangutan Sumatera

 

 

Bagi masyarakat Desa Ketambe, Kecamatan Ketambe, Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh, hidup bersahabat dengan orangutan sumatera [Pongo abelii] adalah bagian dari kehidupan mereka. Warga tidak mempermasalahkan, bila ada orangutan yang masuk kebun mereka, di pinggir Taman Nasional Gunung Leuser [TNGL].

Desa Ketambe yang berada di pinggir Sungai Alas – Singkil memiliki luas sekitar 888 hektare. Masyoritas, masyarakatnya berkebun, namun ada juga yang mengelola ekowisata sebagai  pemilik penginapan atau pendamping wisatawan.

Dikarenakan sebagian wilayah Desa Ketambe masuk TNGL, maka orangutan cukup mudah ditemukan di sini. Misalnya di Lawe Gurah. Di hutan ini, orangutan dengan nyamannya bermain di pepohonan tanpa terganggu kehadiran manusia.

Di Ketambe juga terdapat Stasiun Penelitian Ketambe. Stasiun ini didirikan pada 1971 dan sering dipakai sebagai tempat penelitian orangutan sumatera alami.

Baca: Mencermati Masa Depan Orangutan Sumatera

 

Kegiatan penelitian dilakukan sejumlah mahasiswa di hutan Ketambe. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

“Masyarakat Ketambe tidak melukai terlebih membunuh orangutan, meskipun satwa ini masuk ladang,” ungkap Arwin, warga Desa Ketambe, pada Jumat [24/11/2023].

Arwin yang pernah menjabat Kepala Desa Ketambe tahun 2007 mengatakan, jika pun ada orangutan yang terjebak di kebun, masyarakat akan melaporkan ke pihak terkait agar dipindahkan ke taman nasional.

Misalnya pada 19 Desember 2022 lalu. BKSDA Aceh, Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser [BBTNGL] bersama YOSL-OIC dan WCS-IP melakukan evakuasi satu individu orangutan yang terisolir di kebun masyarakat, di Dusun Maju Jaya, Desa Ketambe.

Setelah diperiksa dokter hewan, orangutan itu sehat dan tidak ditemukan luka di badannya, lalu dilepaskan ke TNGL.

“Jika ada orangutan masuk kebun, masyarakat hanya mengusirnya menggunakan bunyi-bunyian. Tidak menembak dengan senapan angin atau melukai dengan cara lain,” terang Arwin.

Foto: Orangutan Sumatera yang Nyaman di Stasiun Riset Ketambe

 

Pohon sebesar ini masih ditemukan di hutan Ketambe. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Masyarakat Ketambe melindungi orangutan berdasarkan pengetahuan dan pemahaman bahwa orangutan merupakan satwa dilindungi yang statusnya terancam punah.

“Keberadaan orangutan sangat penting bagi daerah yang mengembangkan ekowisata seperti Ketambe,” jelasnya.

Baca: Berbagi Ruang Hidup dengan Orangutan di Stasiun Penelitian Ketambe

 

Kegiatan arung jeram yang dilakukan di Sungai Alas-Singkil. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Romi, warga Ketambe yang sering mendampingi wisatawan asing ke TNGL, mengatakan selain selain hutan di desa ini juga dikembangkan arung jeram di Sungai Alas – Singkil.

“Melihat orangutan sumatera adalah tujuan utama turis asing dan juga wisatawan lokal datang ke Ketambe.”

Banyak manfaat yang kami dapatkan dengan menjaga hutan dan kelestarian orangutan.

“Ayah saya termasuk orang yang paling marah, jika ada yang merambah hutan tidak dicegah. Kami hidup dari hutan ini,” tuturnya.

Foto: Jangan Ada Lagi Sawit Ilegal di Aliran Sungai Alas-Singkil

 

Induk orangutan bersama anaknya terpantau di hutan Ketambe. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Menjaga hutan dan orangutan

Misdi S.Hut, M.Si, Dosen Kehutanan PSDKU Universitas Syiah Kuala, Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Aceh, mengatakan ekowisata dapat menjadi cara untuk menyelamatkan hutan dan satwa, termasuk orangutan.

Wisatawan yang ingin menjelajahi hutan Leuser pasti membutuhkan pendamping lokal dan umumnya pendamping lokal itu warga Desa Ketambe. Hal ini telah membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat.

“Adanya ekowisata, lapangan pekerjaan untuk masyarakat terbuka, dengan sendirinya masyarakat akan bergantung dari hutan dan satwa di sekitar mereka. Dengan begitu, secara tidak langsung masyarakat akan menjaganya,” ujarnya, Senin [6/11/2023].

Foto: Sisi Lain Leuser dari Sungai Alas-Singkil

 

Orangutan sumatera hidup nyaman di hutan Ketambe. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Di Ketambe, selain bekerja di ekowisata, sebagian masyarakat juga terlibat dalam penelitian, seperti menjadi asisten peneliti untuk riset di hutan Leuser juga penelitian orangutan.

“Secara bertahap, pengetahuan mereka tentang hutan dan orangutan bertambah. Mereka semakin sadar untuk menjaga hutan dan satwa yang dilindungi,” terang Misdi.

 

Desa Ketambe yang letaknya tidak jauh dari TNGL. Foto drone: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version