Mongabay.co.id

Ancaman Kehidupan Orangutan Tapanuli di Habitatnya Selalu Ada

 

 

Satu individu orangutan tapanuli [Pongo tapanuliensis] muncul dekat kebun warga di Desa Aeknabara, Kecamatan Simarancar, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Tim Rescue dari BBKSDA Sumatera Utara bersama mitra konservasi langsung mengevakuasi satwa tersebut.

Kondisinya malnutrisi dan diare, sehingga dibawa ke pusat rehabilitasi satwa Sumatran Rescue Alliance [SRA], di Kabupaten Langkat, dengan jarak tempuh 12 jam perjalanan dari lokasi kejadian.

Fifin Nopiansyah,  Kepala Bidang Teknis BBKSDA Sumatera Utara, mengatakan, saat ditemukan di luar ekosistem Batang Toru kondisi orangutan ini terlihat lemah. Pemberian asupan makanan dan pengobatan saat di pusat rehabilitasi dilakukan, namun karena kondisi fisiknya menurun, akhirnya mati.

“Sampel darah dan potongan tubuh sudah dibawa ke laboratorium untuk pemeriksaan sedangkan bangkai telah dikubur di lokasi kematian. Mencegah interaksi negatif, sosialisasi dan penyedartahuan kepada masyarakat untuk bisa hidup berdampingan dengan orangutan tapanuli akan terus kami tingkatkan,” ujarnya, akhir November 2023.

Perlindungan terhadap orangutan tapanuli akan terus dilakukan.

“Tujuannya, mencegah terjadinya penurunan populasi yang dapat berdampak buruk pada kepunahan,” ujarnya.

Baca: Berbagai Ancaman Dihadapi, Apakah Orangutan Tapanuli Mampu Bertahan?

 

Orangutan tapanuli dewasa dan anaknya terpantau di ekosistem Batang Toru. Foto: Andrew Walmsley.

 

Ian Singleton, Conservation Director, PanEco Foundation, saat komprensi pers usai acara “Conservation Initiatives for the Tapanuli Orangutan” di Kota Medan, Sumatera Utara, menjelaskan hal terpenting dari kejadian ini adalah menjaga populasi orangutan yang berada di seberang sungai dan seberang izin lingkungan PT. NSHE serta di Cagar Alam Dolok Sibual-buali dan kawasan hutan sebelumnya.

Ian menyatakan, sekitar 40 orangutan tapanuli ada di sana. Apabila mereka tidak ada kontak genetic, maka tidak akan bisa breeding dengan orangutan tapanuli di blog barat ekosistem Batang Toru.

“Sehingga penting sekali untuk membuat koridor dari proyek PLTA Batang Toru ke seberang sungai,” jelasnya.

Ahli konservasi orangutan Serge A Wich saat berada di Medan menjelaskan, kerapatan sarang orangutan lebih banyak ditemukan di hutan dataran rendah yang berlokasi dekat sumber air dan sumber pakan orangutan.

Orangutan merupakan spesies kunci yang penting dalam suatu habitat. Orangutan membantu penyebaran biji ukuran besar dan dapat menyimpan karbon dalam jumlah lebih besar.

“Selama 20 tahun melakukan penelitian orangutan di Sumatera dan Kalimantan, orangutan berperan penting dalam penyebaran biji-biji tumbuhan besar yang menyimpan lebih banyak karbon,” ujar Wich.

Baca: Orangutan Tapanuli Makin Sering Muncul di Kebun Warga

 

Ekosistem Batang Toru. Peta: Batangtoru.org

 

Kasus sebelumnya

Kejadian orangutan tapanuli terluka atau berkonflik dengan manusia sudah pernah sebelumnya. Paya sempat menjalani perawatan medis di Pusat Rehabilitasi Orangutan Sumatera (PKOS) Batu Mbelin, Sibolangit, Sumatera Utara, Senin, [9/12/19], akhirnya sembuh dari sejumlah luka. Dia telah dilepasliarkan ke habitatnya di Batang Toru.

Pada 13 Januari 2020, satu individu orangutan tapanuli terlihat di pinggir jalan lintas Sibolga, tepatnya di Desa Dolok Nauli, Kecamatan Adiankoting, dan dievakuasi pada 15 Januari 2020.

Lalu, 28 September 2022, satu anak orangutan tapanuli usia hampir 3 tahun yang terlepas dari induknya, berada di sekitar kebun warga di Aek Sorminan, Kecamatan Pahe Jae, Kabupaten Tapanuli Utara.

Berikutnya, Maret 2023 satu individu orangutan harus diselamatkan dan dimasukkan ke pusat rehabilitasi SRA karena kondisinya malnutrisi dan diare.

Baca juga: Kisah Paya, Potret Konflik Manusia dan Orangutan Tapanuli

 


 

Menurut penjelasan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi [SRAK] Orangutan Pemerintah Indonesia 2019-2029, populasi orangutan tapanuli yang tersisa diperkirakan hanya berjumlah 577-760 individu di habitat seluas 1.051,32 km persegi yang tersebar pada dua metapopulasi.

Orangutan tapanuli hanya ditemukan di hutan Tapanuli yang termasuk ke dalam tiga kabupaten [Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Tapanuli Timur]. Habitat orangutan tapanuli yang tersisa sudah terfragmentasi oleh jalan lintas kabupaten menjadi dua bagian besar, yaitu Blok Batang Toru Barat dan Batang Toru Timur, serta terdapat beberapa populasi kecil yang ditemukan di Cagar Alam (CA) Sipirok, Lubuk Raya dan Sibualbuali [Utami-Atmoko dkk 2017].

Populasi orangutan tapanuli di wilayah Batang Toru Barat saat ini berjumlah sekitar 400-600 individu [termasuk CA Lubuk Raya dan CA Sibualbuali yang terpisah dari wilayah Blok Barat, diperkirakan populasinya kurang dari 50 individu], sedangkan Batang Toru Timur berjumlah sekitar 150-160 individu.

Fragmentasi akibat konversi hutan pada habitat orangutan tapanuli dan perburuan menjadi ancaman utama bagi kelestarian spesies ini.

 

Exit mobile version