Mongabay.co.id

Sedih, Seekor Paus Sperma Terdampar Mati di Pantai Sindeas Tapanuli Tengah

 

Seekor paus sperma (Physeter macrocephalus) dengan panjang sekitar 16,5 meter terdampar di pesisir Pantai Sindeas, Kecamatan Manduamas, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara (Sumut), Senin (25/12/2023).

Proses evakuasi dilakukan sepanjang Selasa sore (26/12/2023) hingga Rabu dini hari (27/12/2023). Peristiwa ini membuat masyarakat setempat berbondong-bondong ke bibir pantai untuk melihat peristiwa langka tersebut.

Sekitar 30 orang lelaki mencoba mendorong satwa dilindungi berstatus konservasi rentan itu ke tengah laut. Namun karena tubuhnya yang begitu besar dan berat maka upaya penyelamatan gagal dilakukan.

Warga lalu menghubungi pihak Kecamatan, TNI, Polri, Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut) dan Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang untuk melakukan penyelamatan.

Namun setelah 2 jam sejak pertama kali ditemukan oleh warga sekitar, mamalia laut ini tidak mampu bertahan dan petugas gabungan yang mencoba melakukan penyelamatan menyatakan paus sperma itu mati.

Kepala BBKSDA Sumut, Rudianto Saragih Napitu, dihubungi Mongabay, Rabu (27/12/2023) menjelaskan, begitu mendapatkan informasi seekor paus terdampar, dirinya langsung membentuk tim dan menuju lokasi untuk bertindak cepat.

baca : Dalam Sepekan, Dua Hiu Paus Terdampar di Pesisir Selatan Sumatera Barat. Apa Penyebabnya?

 

Seekor paus sperma terdampar di pesisir Pantai Sindeas, Kecamatan Manduamas, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara (Sumut), Senin (25/12/2023). Foto : istimewa

 

Ketika sedang menuju lokasi kejadian, mereka dihubungi pihak Kecamatan bahwa paus itu sudah mati. Begitu tiba di lokasi, tim gabungan langsung melakukan clear area dan meminta kepada masyarakat untuk menjauh dari bangkai paus sperma tersebut.

Karena sudah semakin membusuk, maka diputuskan bangkainya dikuburkan dengan menggunakan dua alat berat excavator. Namun tim gabungan sempat kerepotan menarik bangkai paus ke tempat yang ditentukan, sehingga diputuskan dikubur dengan dibuatkan kanal yang panjang dan dalam kemudian ditutup dengan pasir dan tanah.

Sebelum dikubur, petugas melakukan identifikasi dan pengukuran dengan hasil paus berjenis paus sperma berkelamin jantan dengan panjang 16,5 meter, dan berat sekitar 25 ton. Karena keterbatasan petugas ahli, tim gabungan hanya mengambil sampel tulang tengkuk dan daging untuk bahan nekropsi.

“Kita sudah melakukan pengambilan sampel potongan bagian tubuh paus sperma ini nanti akan diperiksa ke laboratorium untuk mengetahui penyebab pasti kematiannya. Karena perayaan natal kita terkendala dengan tim dokter hewan. Bangkai paus sperma sudah dikubur di sekitar lokasi kemudian kita minta ada penjagaan yang ketat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” jelas Rudianto.

baca juga : Dalam Sebulan, Seekor Hiu Paus dan Paus Sperma yang Mati Dagingnya Dikonsumsi Warga

 

Proses penguburan paus sperma yang terdampar mati di pesisir Pantai Sindeas,Tapanuli Tengah, Sumatera Utara (Sumut), pada Selasa (25/12/2023). Foto : istimewa

 

Penyebab Terdampar

Kepala BPSPL Padang, Fajar Kurniawan yang dihubungi Mongabay Indonesia, Rabu sore (27/12/2023) mengatakan pihaknya belum bisa memastikan penyebab terdamparnya paus sperma itu karena belum dilakukan nekropsi.

Namun dia mengungkapkan kemungkinan berbagai faktor penyebab terdamparnya megafauna laut, antara lain kondisi alam seperti gempa bawah laut dan cuaca ekstrem, aktivitas manusia yang menyebabkan kebisingan laut sehingga pendengaran megafauna laut terganggu atau aktivitas perikanan seperti terjerat jaring atau tertabrak kapal.

Faktor lainnya adalah kondisi air surut sehingga mamalia tersebut terjebak dan tidak bisa kembali sehingga kandas dan terjadi kelelahan. Atau faktor adanya penyakit dari satwa laut tersebut.

Pencemaran air laut seperti faktor kimia dan biologi dan limbah plastik juga bisa menjadi faktor terdamparnya megafauna laut.

“Untuk perubahan iklim, salah satu wujud adalah cuaca ekstrem bisa menyebabkan disorientasi mamalia laut, namun hal itu tidak bisa dipastikan 100% seperti badai dan perubahan cuaca bisa menjadi faktor lainnya juga,” ungkap Fajar

Dia memaparkan, paus sperma adalah migratory spesies dengan jalur perjalanan jelajah panjang antar samudera, termasuk di lokasi tempat terdamparnya paus sperma di pesisir Pantai Sindeas, Sumut yang lautnya masuk wilayah Samudra Hindia. Paus bermigrasi untuk mencari makan dan pada situasi tertentu melewati arus dan pergerakan makanannya sehingga bermigrasi ke suhu lebih hangat.

Di Indonesia Timur perlintasannya lebih banyak lagi seperti di perairan Lawu sehingga  ditetapkan wilayah konservasi karena status konservasi paus sperma yang rentan.

baca juga : Mengerikan, Paus Sperma Mati dengan 100 kg Sampah Plastik Diperutnya

 

Seekor paus sperma. Foto : flickr/Szecska

 

Untuk mencegah kepunahan megafauna laut dilindungi termasuk paus, Fajar mengatakan pemerintah melakukan berbagai langkah konservasi, seperti program cinta laut yang mengajak nelayan mengurangi sampah plastik di laut.

Selanjutnya perlindungan dan pengawasan wilayah pulau-pulau kecil, sebab paus makan klorofil dan ikan-ikan kecil sehingga habitatnya harus dijaga dengan baik.

Pemanfaatan ruang laut yang sifatnya merusak akan dikendalikan salah satunya dengan penegakan hukum dengan membuat tata rencana ruang laut termasuk pengendalian perizinan.

Kemudian juga memperluas kawasan konservasi di habitat-habitat penting dan area-area yang gampang rusak harus dilindungi untuk kemudian dijadikan kawasan konservasi, memperluas kawasan berfungsi untuk melindungi area-area penting bagi habitat laut agar ada keseimbangan dan tak kalah pentingnya adalah melakukan sosialisasi serta penyadartahuan kepada masyarakat pesisir.

Untuk mempercepat kawasan konservasi maka dilakukan pendampingan terhadap pemerintah daerah setempat, kemudian melestarikan dan menjaga terumbu karang serta mangrove dari kerusakan.

Di Kepulauan Riau pertumbuhan dan pembangunan masih terjadi di sana, kemudian di Selat Malaka ada juga terjadi tumpahan minyak dan sebagainya sehingga sosialisasi pemanfaatan ruang laut akan terus dilakukan di wilayah kerjanya mulai dari Aceh sampai Kepulauan Riau.

Untuk penegakan hukum terhadap para pelaku  perburuan mamalia laut di wilayah kerjanya sampai dengan saat ini belum ditemukan. “Di Mentawai ada mamalia laut yang dipotong-potong oleh masyarakat namun hal itu karena ketidaktahuan mereka sehingga masih dilakukan sosialisasi dan penyadartahuan,” pungkasnya. (***)

 

Exit mobile version