Mongabay.co.id

10 Satwa Paling Terancam Punah di Dunia Saat Ini

 

 

Planet Bumi kita adalah rumah bagi lebih 30 juta spesies hewan yang mendiami seluruh benua yang ada. Namun, ada sejumlah spesies tersebut berada dalam risiko kepunahan yang sebagian besar adalah akibat campur tangan manusia. Spesies-spesies terancam punah dapat ditemukan di seluruh dunia.

Menurut IUCN, ada lebih 41.000 spesies terancam saat ini. Temuan mengenai populasi satwa liar ini berdasarkan Data Living Planet Index [LPI] 2022 yang dikeluarkan Zoological Society of London [ZSL]. Data itu menunjukkan bahwa populasi mamalia, burung, amfibi, reptil, dan ikan telah mengalami penurunan rata-rata 69 persen sejak 1970, lebih cepat dari prediksi sebelumnya.

Berikut ini adalah 10 satwa terancam punah menurut data yang dikumpulkan WWF.

 

Badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Foto: David Herman Jaya/Javan Rhino Expedition

 

  1. Badak Jawa

Badak jawa [Rhinoceros sondaicus] yang dulu tersebar di seluruh Asia Tenggara, kini menjadi salah satu yang paling terancam punah setelah mengalami penurunan populasi drastis akibat perburuan dan kehilangan habitat selama ratusan tahun.

Populasi liar tersisa sekitar 80 individu, yang hanya dapat ditemukan di ujung barat Pulau Jawa, yakni Taman Nasional Ujung Kulon, sebuah Situs Warisan Dunia, disebut sebagai tempat perlindungan terakhirnya.

Namun, area tersebut juga menghadapi ancaman berupa invasi tanaman palem arenga, yang membuat tumbuhan makanan utama badak menjadi terdesak dan mengganggu habitat alaminya. Populasi kecil badak jawa juga sangat rentan terhadap kepunahan akibat bencana alam, penyakit, dan kemungkinan perkawinan sedarah.

 

 

Harimau siberia atau dikenal juga dengan nama harimau amur yang masih hidup di alam liar. Foto: Wikimedia commonw/Appaloosa/free to share

 

  1. Harimau Siberia

Harimau siberia [Panthera tigris altaica] adalah jenis kucing besar paling langka dan terancam punah di dunia, sekitar 100 individu tersisa di alam liar. Meskipun populasi liar mereka kini stabil dan berpotensi meningkat, namun subspesies harimau ini masih terancam punah sejak 1996.

Keberadaannya hanya dapat ditemukan di wilayah kecil timur jauh Rusia dan timur laut China. Ancamannya tetap ada, termasuk kehilangan dan fragmentasi habitat, kelangkaan mangsa, serta pembangunan infrastruktur.

 

 

Harimau sumatera, satwa liar dilindungi yang habitatnya di hutan Pulau Sumatera. Foto: Shutterstock

 

  1. Harimau Sumatera

Harimau sumatera [Panthera tigris sumatrae] adalah subspesies harimau terkecil di dunia, dengan populasi hanya sekitar 400 individu yang tersisa di alam liar. Mereka hanya ditemukan di Pulau Sumatera, Indonesia.

Penurunan habitat berdampak signifikan pada penurunan jumlah harimau. Ekspansi permukiman manusia dan deforestasi telah menyusutkan habitat mereka dan memisahkan populasinya.

Upaya konservasi dengan cepat dan cermat sangat diperlukan untuk melindungi individu yang ada. Upaya ini termasuk melindungi habitat, meningkatkan populasi mangsa, memerangi perburuan liar, dan meningkatkan kesadaran masyarakat.

 

 

Gorilla pegunungan yang hidupnya juga terancam. Foto: Wikimedia Commons/Charles J. Sharp/CC BY-SA 4.0

 

  1. Gorilla Pegunungan

Gorila pegunungan [Gorilla beringei beringei] adalah subspesies gorila yang hidup di dua populasi terisolasi. Populasi ini tersebar di hutan pegunungan di Kongo, Rwanda, Uganda, dan Taman Nasional Bwindi di Uganda.

Meskipun terancam punah, populasinya mengalami pemulihan menjanjikan berkat upaya konservasi dan intervensi dari para aktivis lokal dan internasional. Seperti, melindungi habitat, memerangi perburuan liar, dan meningkatkan kesadaran masyarakat.

Saat ini, gorila pegunungan masih terdaftar sebagai spesies terancam punah, dengan populasi kurang lebih 1.000 individu di alam liar. Upaya konservasi berkelanjutan sangat penting untuk memastikan kelangsungan hidup spesies ini.

 

 

Orangutan tapanuli yang ditetapkan sebagai jenis baru pada 2017. Foto: Maxime Aliaga / WWF

 

  1. Orangutan Tapanuli

Orangutan tapanuli [Pongo tapanuliensis] adalah spesies orangutan yang baru diidentifikasi, yang dicatat sebagai spesies berbeda tahun 2017. Populasi tunggal dan terisolasi dari spesies ini hanya ditemukan di hutan tropis ekosistem Batang Toru di Sumatra Utara.

Kelangsungan hidupnya terancam akibat hilangnya habitat dikarenakan deforestasi untuk pertanian, pertambangan, dan pembangunan hidroelektrik, dan geoterma.

Diperkirakan, jumlahnya berkisar 577 hingga 760 individu, yang menjadikannya spesies kera besar paling terancam di dunia. Upaya konservasi terpadu dan berkelanjutan sangat diperlukan untuk melindungi habitat dan memastikan kelangsungan hidupnya.

 

 

Porpoise tanpa sirip Yangtze yang merupakan lumba-lumba air tawar. Foto: Justin Jin / WWF-US

 

  1. Porpoise tanpa sirip Yangtze

Porpoise tanpa sirip Yangtze [Neophocaena asiaeorientalis asiaeorientalis] adalah satu-satunya lumba-lumba air tawar yang masih hidup di dunia. Populasi mereka masih terancam akibat degradasi lingkungan, penangkapan berlebihan, dan polusi air di Sungai Yangtze.

Upaya konservasi dilakukan untuk melindunginya, termasuk peningkatan status perlindungan menjadi ‘spesies yang dilindungi tingkat pertama’ di China tahun 2021. Pada 2018, populasi mereka masih sekitar 1.000 individu dan stabil di alam liar.

 

 

Populasi badak hitam yang juga terancam perburuan. Foto: Pixinio/Free to use

 

  1. Badak Hitam

Populasi badak hitam [Diceros bicornis] mengalami penurunan drastis antara 1960 dan 1995 akibat perburuan besar-besaran. Hanya 2% dari populasi yang berhasil bertahan.

Upaya konservasi intensif telah meningkatkan jumlah badak hitam lebih dari dua kali lipat di seluruh Afrika sejak 1990-an. Namun, IUCN masih mendaftarkannya sebagai spesies yang sangat terancam punah, dengan populasi sekitar 5.630 individu di alam liar.

Tiga subspesies badak hitam masih bertahan, namun pada 2011 badak hitam barat [Diceros bicornis longipes] dinyatakan punah pada 2011. Saat ini, 95% populasi badak hitam ditemukan di Kenya, Namibia, Afrika Selatan, dan Zimbabwe.

Ancaman terbesar bagi badak hitam adalah perburuan liar untuk cula mereka. Dalam 10 tahun terakhir, hampir 10.000 badak Afrika dibunuh untuk memenuhi perdagangan cula badak ilegal

 

 

Gajah hutan afrika. Foto: Wikimedia Commons/U.S. Fish and Wildlife Service Headquarters – Forest elephant group 1/Public Domain

 

  1. Gajah Hutan Afrika

Gajah hutan afrika [Loxodonta cyclotis] adalah gajah yang sebenarnya sulit dilacak karena hidup di pedalaman hutan-hutan lebat Afrika Barat dan Tengah. Jumlah pastinya tidak diketahui, namun diperkirakan populasinya menurun 86% dalam 31 tahun terakhir, menjadikannya spesies yang sangat terancam punah.

Perburuan liar yang masif, terutama di Afrika Tengah, adalah ancaman utamanya. Kehilangan habitat dan perubahan penggunaan lahan untuk pertanian juga menyebabkan fragmentasi habitat dan konflik manusia-gajah semakin meningkat.

Saat ini, gajah hutan afrika hanya menempati 25% dari jangkauan historis mereka, tersebar di 20 negara Afrika, dengan populasi terbesar di Gabon dan Republik Kongo.

 

 

Orangutan sumatera yang terdesak hidupnya akibat perburuan dan rusaknya habitat. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

  1. Orangutan Sumatera

Orangutan sumatera [Pongo abelii] adalah spesies kera besar yang hanya ditemukan di Pulau Sumatera, Indonesia. IUCN mendaftarkannya sebagai spesies yang sangat terancam punah.

Saat ini, populasinya diperkirakan berjumlah 13.710 individu, yang hidup di habitat seluas 20.532,76 km². Populasi terbesar terdapat di Bentang Alam Leuser, terbagi menjadi dua metapopulasi: Leuser Barat [5.920 individu] dan Leuser Timur [780 individu].

Ancaman utamanya meliputi:

Kehilangan habitat menjadi faktor utama penurunan populasi. Antara 1985 dan 2007, orangutan sumatera kehilangan 60% habitat hutan mereka.

 

 

Penyu sisik yang menghadapi sejumlah ancaman dalam hidupnya. Foto: Martin Harvey / WWF

 

  1. Penyu Sisik

Penyu sisik [Eretmochelys imbricata] adalah satu dari tujuh spesies penyu laut yang mendiami perairan tropis dan subtropis di Samudra Atlantik, Hindia, dan Pasifik. Populasinya diperkirakan antara 20.000 hingga 23.000 individu, namun sulit untuk dihitung secara pasti karena sifatnya yang nomaden.

Ancaman utama penyu sisik meliputi:

Ancaman lain seperti polusi plastik, perubahan iklim, dan kenaikan permukaan laut juga dapat membahayakan kelangsungan hidupnya di masa depan.

Akibat berbagai faktor tersebut, populasi penyu sisik telah menurun sekitar 80% dalam 30 tahun terakhir. Saat ini, penyu sisik terdaftar sebagai spesies yang sangat terancam punah.

Faktor utama yang mendorong kepunahannya adalah perburuan liar, hilangnya habitat, dan perubahan iklim. Upaya konservasi terpadu dan berkelanjutan, seperti patroli anti-perburuan, perlindungan habitat, program penangkaran, dan edukasi masyarakat, mutlak diperlukan untuk menyelamatkan spesies ini.

Masa depan keanekaragaman hayati Bumi bergantung pada aksi nyata semua pihak. Kita harus bersatu dan mengambil langkah proaktif untuk melindungi satwa liar dan habitatnya.

 

Kisah Sepasang Suami Istri di Togean Bersahabat dengan Babirusa

 

Exit mobile version