- Paula Pasto merupakan nama orangutan sumatera. Paula adalah sang induk dan Pasto anaknya.
- Keduanya sering mendatangi Stasiun Penelitian Soraya, di Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Provinsi Aceh.
- Di sekitar stasiun, Paula dan Pasto biasanya berpindah dari satu pohon ke pohon, sambil mencari daun atau buah untuk dimakan. Tidak jarang, mereka membangun sarang di sekitar stasiun.
- Stasiun Penelitian Soraya yang berada di pinggir Sungai Alas – Singkil ini, merupakan kawasan hutan lindung bekas wilayah izin hak pengusahaan hutan [HPH] Asdal Prima Lestari dan PT. Hargas Industries Indonesia. Pengelolaannya dilakukan Forum Konservasi Leuser [FKL], bekerja sama dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan [KPH] VI Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan [DLHK] Aceh.
Paula Pasto merupakan nama orangutan sumatera. Paula adalah sang induk dan Pasto anaknya. Keduanya sering mendatangi Stasiun Penelitian Soraya, di Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Provinsi Aceh.
Stasiun yang berada di pinggir Sungai Alas – Singkil ini, merupakan kawasan hutan lindung bekas wilayah izin hak pengusahaan hutan [HPH] PT. Asdal Prima Lestari dan PT. Hargas Industries Indonesia.
Pengelolaannya dilakukan Forum Konservasi Leuser [FKL], bekerja sama dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan [KPH] VI Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan [DLHK] Aceh.
Baca: Soraya, Stasiun Penelitian yang Penuh Tantangan
Di sekitar stasiun, Paula dan Pasto biasanya berpindah dari satu pohon ke pohon, sambil mencari daun atau buah untuk dimakan. Tidak jarang, mereka membangun sarang di sekitar stasiun.
Saya pertama kali melihat Paula dan Pasto saat peringatan Hari Orangutan Sedunia, Senin, 19 Agustus 2019 lalu.
Foto: Indahnya Hutan Leuser dari Sungai Alas-Singkil
Pertemuan tersebut tidak sengaja, saat sore hari mereka melintas di pepohonan sekitar dapur stasiun. Saat itu, Paula menggendong Pasto yang umurnya dua atau tiga tahun.
“Anak orangutan akan terus bersama induknya, meskipun saat makan,” ungkap Ibrahim, ahli tumbuhan dan satwa yang bertugas di Stasiun Penelitian Soraya, yang cukup lama terlibat penelitian orangutan sumatera.
Foto: Kedih, Primata Berjambul Khas Sumatera
Bertemu lagi
Awal Februari 2023, saya kembali bertemu Paula dan Pasto di tempat yang sama, Stasiun Penelitian Soraya. Kali ini, Pasto sudah besar dan tidak lagi digendong induknya.
Paula sering meninggalkan Pasto di belakang saat mencari makan. Sementara Pasto [jantan], mengikuti ibunya.
“Dia sudah besar namun masih dalam pengawasan induknya. Hanya sesekali Pasto digendong,” terang Manajer Stasiun Riset Soraya, Feri Sandria, beberapa waktu lalu.
Baca: Tidak Rela, Sungai Alas-Singkil Dibendung
Bagi Feri dan tim, keberadaan Paula dan Pasto di sekitar stasiun menjadi penyemangat bekerja.
“Kadang, saat kami istirahat setelah survei, mereka datang. Orangutan yang hidup di hutan ini merasa aman saat berjumpa dengan kami dan para peneliti.”
Baca: Panut Hadisiswoyo dan Misi Penyelamatan Orangutan Sumatera
Namun, tamu maupun peneliti tidak diperbolehkan memberi makan, seluruh satwa liar yang ada di hutan ini
“Di Stasiun Penelitian Soraya, dilarang memberi makan, mengganggu, maupun meniru suara satwa liar. Satwa di sini hidup alami, jangan sampai perilakunya berubah karena ulah kita,” katanya.
Baca juga: Kecintaan Hasballah pada Burung Liar di Hutan Leuser
Reza Munawir, jurnalis di Banda Aceh mengungkapkan, baru pertama kali dirinya melihat orangutan dari jarak sangat dekat, sekitar lima meter, saat mengunjungi Stasiun Penelitian Soraya.
“Ini pengalaman berharga saya,” paparnya.