Mongabay.co.id

Destinasi Wisata Karst Bokimoruru Diusulkan Jadi Situs Geodiversity  

 

Kawasan Karst di Desa Sagea/Kiya, Kecamatan Weda Utara, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara diusulkan kepada Kementerian Energi Sumberdaya Mineral (ESDM) menjadi salah satu situs karst. Rencana yang telah lama disuarakan berbagai kalangan di Halmahera Tengah itu telah disepakati Pemerintah Provinsi Maluku Utara

Kawasan karst ini memiliki arti penting  karena dikepung beberapa izin usaha pertambangan (IUP), misalnya IUP PT First Pasific Mining dengan luas konsesi  2.080  hektar, PT Karunia Sagea Mineral seluas 1.225 hektar, dan PT Gamping Mining Indonesia seluas  2.538 hektar.

Pemprov Malut melalui Plt. Gubernur Maluku Utara Al Yasin Ali telah menandatangani surat bernomor 500.10.2/4247/G tanggal 27 Desember 2023 tentang Penyampaian Usulan Penetapan Warisan Geologi Kabupaten Halmahera Tengah, yang disampaikan ke Menteri ESDM.

Keputusan Gubernur ini berdasarkan surat Pemerintah Kabupaten Halmahera Tengah bernomor 556/0998 pada 11 Oktober 2023 perihal permohonan surat pengantar pengusulan kawasan warisan geologi menuju geopark setelah dilaksanakan inventarisasi kekayaan geologi dengan didukung berbagai data.

”Atas usulan ini kami menyampaikan kepada Bapak Menteri Energi Sumberdaya Mineral (ESDM) agar geodiversity yang ada, dapat ditetapkan menjadi warisan geologi menuju geopark Halteng,” demikian isi surat Pemprov Malut tersebut.

Surat itu juga merujuk pada Peraturan Menteri ESDM No.1/21 Januari 2020 tentang Pedoman Penetapan Warisan Deologi atau Geoheritage pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan bahwa Gubernur mengajukan usulan penetapan geoheritage kepada Menteri ESDM.

baca : Karst Sagea Halmahera: Antara Megahnya Gua Bokimoruru dan Ancaman Rusaknya Ekosistem

 

Muara sungai dan Kampung Sagea, airnya jernih sebelum ada dugaan cemaran kerukan tambang beberapa waktu lalu. Foto: Komunitas Save Sagea/Adlun Fikri

 

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Halmahera Tengah Salmun Saha dikonfirmasi Senin (26/2/2024) mengaku  terkait usulan ini Pemkab Halmahera Tengah  telah menyiapkan dokumennya untuk disampaikan ke Jakarta. Dalam waktu dekat Pemkab Halmahera Tengah akan ke Jakarta menyampaikan ke Kementerian ESDM. Dokumen ini sebelumnya  telah  dikaji dan disiapkan Dinas Pariwisata bersama Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) bersama akademisi dari Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.

“Kawasan ini akan disetujui menjadi kawasan warisan geologi nasional.  Jika  dokumen ini sudah diajukan ke ESDM selanjutnya menunggu tim  turun untuk  survei dan menetapkan sebagai warisan geologi,” jelas  Salmun.

Dia  bilang kawasan karst Bokimaruru di Sagea, Halmahera Tengah, adalah  satu-satunya destinasi wisata unggulan yang mampu menarik wisatawan mengunjungi daerah ini. Selain itu, semangat mempertahankan berbagai situs  di kawasan Bokimaruru tetap dijaga dan dilestarikan sebagai salah satu daya tarik bagi pengunjung yang datang ke Kabupaten Halmahera Tengah. Tidak hanya destinasi wisata sungai, di Bokimaruru juga  ada kawasan karst dan gua.

 

Sungai Bawah Tanah Terpanjang

Gua Bokimaruru memiliki keindahan luar biasa dengan keunikan geologi yang panjangnya mencapai 7,6 kilometer serta lorong yang memiliki riwayat banjir karena adanya sungai bawah tanah. Goa Bokimaruru  merupakan destinasi favorit masyarakat, terkenal dengan air sungai jernih dan keanekaragaman hayatinya.

Laporan Ekspedisi Speleologi Prancis tahun 1988 menyebutkan Gua Bokimaruru  adalah salah satu sistem gua sungai bawah tanah terpanjang di Indonesia. Masyarakat Speleologi Indonesia (MSI) menyatakan Bokimaruru adalah gua dengan karakteristik lorong horizontal bertingkat yang terbentuk oleh batu gamping masif secara geologi. Gua ini memiliki aliran sungai bawah tanah yang besar dan mengalir keluar membentuk aliran sungai permukaan yang dikenal sebagai Sungai Sagea atau Sageyen

Di depan mulut gua,  ada endapan pasir serta bebatuan. Warga setempat menyebutnya Buleu yang memiliki air sungai berwarna biru tosque. Lokasi itu juga menjadi tempat kemah bagi wisatwan yang mau bermalam.

Kawasan ini juga masih punya hutan tropis lebat. Tidak itu saja ada banyak keanekaragaman hayati di dalamnya. Terutama jenis burung endemik Halmahera dan Maluku Utara.

baca juga : Warga Resah Kawasan Industri Ancam Kebun dan Karst Boki Maruru

 

Hutan dan kawasan karst Sagea yang diusulkan selain memiilki sungai juga punya danau air pasang surut yang diberi nama Danau Legay Lol Foto : Mahmud Ichi/Mongabay Indonesia

 

Pada Oktober 2023 lalu, Dinas Kebudayaan dan Parawisata (Dibudpar) Halmahera Tengah menggelar diskusi  dengan Masyarakat Geowisata Indonesia (MAGI)  dihadiri ketuanya  Heryadi Rahmat. Kesempatan itu, dia menyampaikan,  konsep pengelolaan kawasan di mana di dalamnya punya warisan geologi terkait geodiversity, biodiversity dan  cultural diversity.

“Halmahera Tengah sendiri punya potensi sangat lengkap sesuai disyaratkan. Karena itu  saya yakin Gua Bokimaruru  memenuhi  syarat,  sehingga tinggal dipetakan saja,” katanya.

Soal ini Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) juga sepakat   kawasan Gua Bokimoruru potensial dijadikan geowisata.

Ketua IAGI Maluku Utara Abdul Kadir Arif mengatakan  berdasarkan surat Gubernur itu, IAGI  diminta mengkonfirmasi terkait kondisi terkini kawasan Sagea. Dia bersyukur  Pemprov Malut sudah mengajukan surat dan dia berharap bisa terlaksana tahun ini. Terutama  pemetaaan dan identifikasi karst dengan skema Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK).

“Warisan geologi itu bisa  selain karst, tergantung tingkat keunikan geo atau batuan, mineral, tektonik, vulkanik, karst, bentang alam, fosil   dan lain lain.  Usulan warisan geologi ini sebagai bagian dari tahapan pengusulan geopark nasional,” jelasnya.

Karena itu IAGI mengapresiasi pemerintah Kabupaten Halmahera Tengh dan Pemerintah Provinsi Maluku Utara yang telah mendorong kawasan ini untuk dilindungi. “Ini langkah yang baik dan tepat sebagai bagian dari membangun, menata dan mengelola kawasan yang berkelanjutan,” ujarnya.

Untuk tahapan usulan  ini yang harus dilakukan adalah menyerahkan dokumen keragaman geologi sebagai usulan warisan geologi ke Kementerian ESDM melalui Badan Geologi. ⁠Penilaian  dan Penetapan Warisan Geologi ini akan dilakukan oleh Badan Geologi melalui Pusat Survei Geologi.

“Proses dan tahapannya sangat panjang. Kawasan gua terlebih dahulu diajukan sebagai KBAK.  Setelah  itu  dikeluarkan surat keputusan pembentukan tim percepatan yang bekerja untuk pengusulan kawasan Bokimaruru sebagai kandidat geopark nasional,” jelasnya.

baca juga : Ketika Sungai Sagea yang Jernih jadi Keruh

 

Galeri batu putih salah satu bagian lorong gua Bokimoruru yang dipenuhi ornamen-ornamen besar dan putih

 

Review Izin Tambang

Jurubicara Komunitas Save Sagea Adlun Fikri juga memapresiasi persetujuan pemerintah mendorong kawasan karst Bokimoruru untuk dilindungi.

Dia bilang  perjuangan mendorong kawasan karst Sagea dan sekitarnya untuk dilindungi sudah dimulai dari 2019 yang diinisiatori dinas pariwisata, organisasi profesi, komunitas dan masyarakat.

“Setelah Gubernur menandatangani  surat  usulan ini, kami  berharap  segera dikirim ke Badan Geologi (ESDM) untuk dikaji. Kami belum meng-up date apakah usulan itu sudah diterima ESDM atau belum,” katanya.

Adlun lalu meminta selain dilindungi kawasan karst, pemerintah juga harus melakukan evaluasi izin tambang di dalam dan sekitar kawasan karena selama ini aktivitas yang mendegradasi lingkungan adalah aktivitas tambang.

“Kami warga Sagea berharap kebijakan perlindungan juga terhadap daerah aliran sungai. Karena kawasan karst Sagea ini banyak alirannya  dari kawasan non karst. Sementara di sisi lain sudah ada aktivitas pertambangan. Jika hanya sebagian dilindungi, sama saja akan rusak karena di ada dalam satu ekosistem. Rusak di bagian lain akan memengaruhi bagian lainnya,” katanya.

Di kawasan ini juga ada Sungai Sagea yang sejak dulu jadi sumber kehidupan masyarakat Desa Sagea dan Desa Kiya. Sungai ini terhubung dengan Goa Karst Bokimaruru sebagai salah satu destinasi wisata di Halmahera Tengah. Sungai ini airnya sempat keruh selama hampir dua bulan  yakni pada Agustus  hingga Oktober 2023 lalu.

 

Muara Sungai Sagea yang keruh karena tercemar aktivitas pertambangan pada Agustus 2023. Foto: Adlun Fikri/Save Sagea

 

Forum Daerah Aliran Sungai (Fordas) Moloku Kie Raha sempat meneliti ke lapangan dan mengeluarkan pernyataan saat keruhnya sungai Sagea Agustus 2023 lalu, yakni faktor antropogenik.

“Interpretasi citra satelit memperlihatkan adanya bukaan lahan pada bagian DAS menjadi pit tambang dan hauling road,” demikian salah satu poin yang dirilis Fordas.

Temuan Forum DAS diperkuat investigasi langsung ke hulu DAS Sagea oleh Forest Watch Indonesia. Dalam laporannya, FWI menemukan di wilayah DAS telah terjadi deforestasi akibat pembukaan jalan hauling tambang dan pembuatan camp  eksplorasi perusahaan. (***)

 

 

Was-was Industri Nikel Hancurkan Alam dan Kehidupan di Sagea

 

Exit mobile version