Mongabay.co.id

Kuskus Mata Biru Ternate Diburu untuk Konsumsi, Populasinya Terancam

 

Salah satu kekayaan sumberdaya hayati yang dimiliki  Pulau Ternate, Maluku Utara adalah satwa.

Pulau kecil dengan luas 111,81 kilometer sesuai data BPS Maluku ini, juga menyimpan kekayaan satwa endemik yang belakangan kondisinya terancam. Keterancamannya diduga akibat perburuan untuk  konsumsi dan  berkurangnya habitat akibat perluasan pemukiman.

Satwa dimaksud adalah  kuskus mata biru. Orang Ternate menyebutnya  kuso mata biru, atau  Phallanger matabiru. Kuskus jenis ini, meski sudah dilindungi sejak lama tetapi  setiap saat masih diburu  untuk dikonsumsi.

Beberapa jenis kuskus dikategorikan kritis, terancam punah dan menuju kepunahan.    Sekadar diketahui,  lebih dari 18 jenis kuskus di Indonesia berstatus  dilindungi. Internasional Union Conservation of Nature (IUCN) memasukan kuskus dalam redlist (buku merah) sebagai hewan vulnerable atau terancam   dan juga terdaftar dalam CITES Appendiks II. Dalam  daftar ini kuskus mata biru berpotensi terancam punah  apabila diperdagangkan tanpa pengaturan.

Di Indonesia kuskus telah dilindungi sejak tahun 1990 melalui Peraturan Perburuan Binatang Liar (PPBL) Nomor 226/1931, Undang-Undang Nomor 5/1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, Ada juga Undang-Undang Nomor 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Meskipun sudah dilindungi, karena diburu, keberadaanya di alam liar makin makin terancam.

Belum lama ini Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Konservasi Wilayah (KSW) Ternate terpaksa memeriksa sejumlah orang karena kedapatan menggunakan senapan angin menembak hewan ini.

Pihak BKSDA mendapatkan  laporan  dari warga bahwa ada yang menembak hewan dilindungi tersebut di daerah hutan lindung  danau Tolire atau yang lebih dikenal dengan kawasan ekowisata Pulo Tareba. Karena laporan  itu  BKSDA  menjemput empat warga dari  dan diperiksa intensif.

“Pada  23 Januari 2024 kami periksa mereka. Sebelumnya ada warga Takome tahan para pemburu kuso kemudian dilaporkan ke kami,” jelas Kepala Seksi BKSDA Ternate Abas Hurasan akhir Februari lalu.

baca : Kuskus Talaud, Satwa Berkantung dari Ujung Utara Sulawesi yang Berstatus Kritis

 

 

Seekor kuskus mara biru di kawasan ekowisata Pulo Tareba, Takome Ternate, Sabtu, 24-2-2024. Foto : Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

Dia bilang pihaknya  mendapatkan informasi  dari warga Takome  menahan   4 orang   yang  lakukan perburuan kuskus di wilayah itu. Setelah dijemput dan diperiksa  mereka akui kuskus itu diburu karena dikonsumsi. Mereka juga beralasan  tidak tahu  kuskus Ternate itu masuk jenis satwa dilindungi.

Pengakuan bahwa mereka tidak tahu kuskus itu sudah dilindungi maka kemudian dilepas dengan diberi peringatan keras  tidak lagi  menangkap hewan ini.

“Kami  berikan pembinaan sekaligus  membuat pernyataan. Sementara  senjata yang mereka gunakan kami tahan,” jelas Abas.

Perburuan kuso mata biru yang juga benar-benar masif.  Akibatnya hewan bermata unik ini semakin sulit ditemukan.

Pengakuan sejumlah warga di Pulau Ternate yang bertempat tinggal di kawasan barat  pulau, menjelaskan bahwa kuso  ini sudah jarang terlihat. Jaib Sadek warga Kelurahan Sulamadaha Kota Ternate mengaku,  15 tahun  lalu, hampir setiap saat kuso jenis ini ditemukan. Bahkan  mendatangi pohon  buah tak jauh dari pemukiman. Tetapi sekarang ini hewan tersebut sudah sangat jarang terlihat.

Dia curiga, karena ada sebagian orang menangkap dan mengkonsumsinya. “Sering kali ada yang bawa senapan angin dan menembaknya,” ujarnya. Dia sering melihat warga berburu kuso yang dilakukan terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.

Rusdy Djafar, warga Toboleu Kota Ternate bercerita bahwa 10 tahun lalu kuso ini kadang ditemukan di pepohonan tak jauh dari kampung. Apalagi malam hari  sering satwa ini mendatangi pohon pohon buah di sekitar kampung. Tapi sayang saat ini hewan ini seakan  hilang. “So jarang (sudah jarang) torang (kami) lihat lagi kuso ada di pohon dekat kampung. Mungkin juga karena  seringnya  ada yang tembak hewan ini,” katanya.

Soal ini Abas Hurasan mengaku  pihaknya   sering berpatroli untuk pencegahan. Tetapi selalu saja ada yang memburu hewan ini  secara sembunyi-sembunyi. Terutama di bagian  barat pulau Ternate atau juga di bagian barat kota Ternate.

baca juga : Saat Kuskus Makin Sulit Dicari, Ritual Suku Nuaulu pun Bisa Hilang Lenyap

 

Hutan habitat kuskus mata biru di Ternate, Maluku Utara. Foto : Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Abas bilang meskipun  populasi hewan ini makin jarang ditemukan, mereka sampai saat ini belum memiliki data  populasinya. Karena itu mereka tidak bisa menghitung seberapa besar  keterancamannya.

Karena itu  untuk memastikan populasi hewan ini di Pulau Ternate dan Tidore tahun 2024 ini akan BKSDA akan lakukan kajian. ”Tahun ini rencananya di Pulau Tidore. Sementara di Pulau Ternate akan diusulkan tahun 2025.

“Rencana kegiatan surveynya dimulai dari Pulau Tidore  kemudian tahun berikutnya di Ternate. Kita berharap kantor BKSDA wilayah Maluku dan Malut  menyetujui usulan tersebut,” harapnya.

Terpisah Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pulau Ternate dan Tidore Ibrahim Tuhateru dihubungi Sabtu (24/2/2024)  lalu  mengakui  belakangan ini memang marak perburuan kuskus mata biru yang termasuk satwa  endemik Ternate itu.

KPH Ternate Tidore sendiri   dari 2023  lalu telah menyurat resmi ke seluruh kelurahan untuk melarang warganya  melakukan perburuan satwa.  Bukan hanya kus kus tapi juga satwa lain terutama yang endemik Maluku Utara. Sasarannya terutama untuk warga yang dekat dengan kawasan hutan dan perkebunan.

“Surat resmi kami sudah sampaikan ke lurah di tiap  kelurahan di kota Ternate agar melarang warga melakukan aksi penangkapan maupun membunuh satwa terutama yang endemic Malut. Termasuk menembak jenis kuskus dan hewan

lainya terutama  burung,” katanya.

Karena itu dia turut mengimbau, perlu ada upaya kolektif   mencegah adanya perburuan dan penangkapannya. “Para aktivis lingkungan dan berbagai pihak,  perlu  ikut mendorong. Semua pihak peduli pada hewan yang masuk langka dan terancam ini. Perlu ada  gerakan  bersama dari pecinta lingkungan, tentu diinisiasi oleh pemerintah,” harapnya.

Ancaman terhadap hewan endemik sebenarnya tidak hanya karena masifnya perburuan. Pembangunan dan semakin bertambahnya   pemukiman  juga menjadi alasan  hewan endemik ini makin terancam.

baca juga : Tak Tahu Jenis Dilindungi, Kuskus yang Baru Dibeli Akan Dijual Lagi lewat Facebook. Bagaimana Ceritanya?

 

Memotret satwa di malam hari di Pulo Tareba pada 9 Februari 2024 lalu. Foto : Mahmud Ichi

 

Menyaksikan Kuskus Matabiru

Salah satu kawasan yang jadi ‘rumah’ Kuskus mata biru adalah di hutan Kelurahan Takome, Kecamatan Ternate Barat yang memiliki ekowisata Pulo Tareba di kawasan Danau Tolire.

Pada Sabtu (9/2/2024) malam, Mongabay bersama komunitas Halmahera Wildlife Photograpy (HWP) dan komunitas anak muda pengelola kawasan wisata Pulo Tareba Danau Tolire Ternate menggelar wisata  malam menyaksikan satwa di kawasan wisata tersebut.

Kegiatan ini bertujuan mengamati beragam mahluk hidup yang keluar di malam hari di kawasan wisata ini sekaligus mengabadikanya melalui foto dan video. Beragam satwa berhasil ditemui, misalnya burung, reptil, kuskus mata biru hingga serangga.

Kawasan ini sebenarnya adalah salah satu habitat kuskus mata biru, sehingga bisa disaksikan satwa ini keluar mencari makan di malam hari. Saat  kegiatan  itu, ada dua ekor kuskus didapati pengunjung yang kemudian  diabadikan melalui foto dan video.

Kuskus mata biru merupakan  hewan omnivora pemakan serangga, daun, dan buah. Memiliki  kantung mata besar dan berwarna biru. Beda dengan kuskus daerah lain seperti  dari Sulawesi  yang bermata hitam.(***)

 

 

Mengapa Perdagangan Online Satwa Dilindungi Terus Marak?

 

Exit mobile version