Mongabay.co.id

Katak Berteriak, Tapi Manusia Tak Mendengar

 

Hutan dikenali bukan hanya dari suara berbagai hewan seperti kicauan burung dan auman harimau, namun juga teriakan katak. Sayang, manusia tak bisa mendengarnya. Ini karena frekuensi suara katak yang dihasilkan melebihi ambang yang bisa didengarkan manusia.

Temuan bahwa katak mampu menghasilkan suara ultrasonik menambah panjang deretan binatang yang punya kemampuan serupa. Kelelawar, lumba-lumba, anjing dan tikus adalah beberapa contoh binatang yang lebih dulu diketahui bisa menghasilkan dan mendengar suara ultrasonik.

Namun baru-baru ini, sekelompok peneliti untuk pertama kalinya mengetahui bahwa ada jenis katak yang mengeluarkan suara ultrasonik untuk mempertahankan diri dari serangan predator. Katak serasah daun (Haddadus binotatus) yang tinggal di lantai hutan Brasil mengeluarkan suara ultrasonik saat terancam. Temuan itu dilaporkan dalam jurnal Acta Ethologica, Januari 2024 lalu.

Benar bahwa saat terancam, katak mengeluarkan suara yang bisa didengar manusia. Namun kemampuan produksi suara melebihi ambang dengar manusia ini membuktikan teriakan katak juga berguna untuk menghalangi predator yang lebih luas.

“Beberapa predator potensial amfibi seperti kelelawar, hewan pengerat, dan primata kecil, mampu mengeluarkan dan mendengar suara pada frekuensi ini, kemampuan yang tidak dimiliki manusia. Salah satu hipotesis kami adalah bahwa sinyal terancam ini bukan hanya ditujukan kepada hewan-hewan tersebut, bisa juga pita frekuensi luas bersifat generalis yang berarti untuk menakut-nakuti sebanyak mungkin pemangsa,” kata Ubirata Ferreira Souza, penulis pertama artikel tersebut.

Baca : Lebih 100 Tahun Hilang, Peneliti Indonesia Temukan Kembali Katak Pelangi di Gunung Nyiut

 

Seekor katak serasah daun (Haddadus binotatus) yang tinggal di lantai hutan Brasil mengeluarkan suara ultrasonik saat terancam dari predatornya. Foto : Felipe Gomes / Wikipedia CC BY-SA 2.5

 

Jauh sebelumnya diketahui bahwa katak dapat berkomunikasi melalui suara ultrasonik. Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Biology Letters pada 2007 menjelaskan bahwa katak Kalimantan bernama latin Huia cavitympanum berkomunikasi dalam modulasi ultrasonik yaitu di atas 20 kilohertz. Peneliti menduga katak Kalimantan melakukan hal itu untuk menghindari riuhnya suara air sungai.

Katak dari China bernama latin Odorrana tormota juga diketahui berkomunikasi menggunakan suara ultrasonik. Katak ini hidup di sungai deras dan air terjun di China tengah bagian timur.

Luis Felipe Toledo, salah satu anggota tim peneliti di hutan Amerika Selatan itu pada 2005 sudah menyangka bahwa katak serasah daun mengeluarkan suara ultrasonik. Hanya saja dia belum bisa membuktikannya karena keterbatasan alat pada waktu itu. Kini alat sudah tersedia, dan penelitian bioakustik menjadi sangat berkembang.

Dengan alat khusus, para peneliti mengetahui katak serasah daun menghasilkan suara dengan rentang frekuensi 7 kilohertz hingga 44 kilohertz. Sementara manusia hanya bisa mendengar suara dalam rentang frekuensi 20 hertz hingga 20 kilohertz.

Saat mengeluarkan teriakan, katak serasah daun membuat gerakan khas untuk bertahan melawan predator. Bagian depan tubuhnya diangkat, dua kaki depannya direntangkan, mulutnya membuka secara ekstem, dan menyentakkan kepalanya ke belakang. Ia lalu menutup sebagian mulutnya dan mengeluarkan suara dari yang bisa didengar manusia (7 kilohertz sampai 20 kilohertz) hingga suara yang tidak bisa didengar (20 kilohertz sampai 44 kilohertz).

Baca juga : Katak Terkecil di Dunia yang Ditemukan di Sulawesi, Ternyata Bersarang di Daun

 

Katak Odorrana graminea yang hidup di sungai berarus deras di daerah pegunungan tinggi di Tiongkok Selatan dan Indochina Utara. Katak jantannya terkenal karena karakteristik panggilan ultrasoniknya dan merupakan salah satu dari tiga spesies katak yang mampu mendeteksi frekuensi ultrasonik (>20 kHz), kemungkinan berevolusi untuk memfasilitasi komunikasi di tengah aliran sungai dan air terjun yang bising. Foto : Kogia/Wikipedia CC BY-SA 2.5

 

Rupanya strategi ini juga digunakan oleh katak jenis lain yaitu spesies Ischnocnema henselii. Salah satu anggota tim peneliti lainnya, Mariana Retuci Pontes pada 2023 sempat melihat katak tersebut di atas batu, di sebuah taman wisata di Sao Paolo, Brasil.

Saat dia memegangi kaki katak tersebut untuk diambil gambarnya, dia terkejut mengetahui bahwa katak ini membuat gerakan defensif dan menghasilkan suara seperti Haddadus binotatus. Seekor ular berbisa bernama ilmiah Bothrops jararaca terlihat hanya beberapa meter dari sana. Tampaknya perilaku tersebut membenarkan hipotesis bahwa gerakan dan suara yang dihasilkan semacam itu merupakan respon terhadap predator.

Usai temuan itu, tim peneliti menggali beberapa kemungkinan lain. Hewan apa saja yang bisa mengenali teriakan katak serasah daun ini? Bagaimana respon mereka terhadap suara tersebut? Apakah tujuan Haddadus binotatus berteriak hanya untuk menakut-nakuti atau ada maksud lain, misalnya memanggil predator pengancam?

Menarik dibaca : Terpecahkan, Rahasia Tubuh Katak Kaca yang Transparan

 

Katak Ischnocnema henselii yang hidup di hutan tropis dataran rendah di selatn Brazil dan utara Argentina ini menggunakan suara ultrasonik untuk bertahan dari predatornya. Foto : Raquel Rocha Santos/ Wikipedia CC BY-SA 2.5

 

Akan menjadi temuan menarik berikutnya jika teriakan katak serasah daun di tengah hutan itu ternyata juga untuk memanggil burung hantu, misalnya. Kita tahu, burung hantu juga memangsa ular sehingga teriakan itu bisa diartikan permintaan tolong dari sang katak kepada burung hantu untuk memangsa pemangsanya.

Katak serasah daun punya peran penting dalam ekosistem. Mereka terlibat dalam pengendalian populasi serangga dan menjadi makanan hewan yang lebih besar. Habitat khusus di lantai hutan yang lembab, membuatnya rentan terhadap perubahan lingkungan. (***)

 

 

Catatan Akhir Tahun: Katak Jenis Baru dan Dampak Nyata Perubahan Iklim

 

 

Exit mobile version