Mongabay.co.id

Sayang.. Pari Raksasa Air Tawar Langka ini Dipotong-potong Warga

 

Seekor ikan pari raksasa air tawar, tertangkap nelayan di Desa Melintang, Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur pada Jumat (18/01/2019) lalu. Pari tersebut diyakini warga setempat merupakan penghuni Danau Melintang.

Sempat heboh dan viral di media sosial di Kaltim, ikan pari malang itu akhirnya dipotong-potong oleh warga.

Peneliti Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI), Danielle Kreb, mengatakan, jenis pari raksasa tersebut merupakan spesies dilindungi dengan jumlah yang kian menipis pertahun. Ikan pari air tawar bernama latin Urogymnus polylepis, perlindungan pari tersebut diatur dalam Permen KLHK No.20/2018. Bahkan status pari raksasa ini sudah terancam punah (endangered) oleh badan konservasi internasional IUCN.

“Dalam daftar merah IUCN, jelas status pari ini terancam punah karena itu dia dilindungi. Sangat disayangkan, ketika didapat malah dipotong-potong. Semoga apabila ikan ini tertangkap lagi, tidak langsung dipotong-potong. Namun dijadikan obyek penelitian mengenai hidup mereka di danau tersebut,” jelas Danielle kepada Mongabay-Indonesia, Jumat (1/2/2019).

baca :  Dilindungi Penuh, Nasib Pari Manta Semakin Terancam

 

Seekor ikan pari raksasa air tawar, tertangkap nelayan di Desa Melintang, Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur pada Jumat (18/01/2019). Foto : info kukar/Mongabay Indonesia

 

Selama ini, lanjut Danielle, penelitian-penelitian ikan pari masih dirasa minim di Kaltim. Sehingga, ketika ikan pari tersebut muncul ke permukaan, adalah kesempatan bagus untuk melakukan pengecekkan dan penelitian secara mendalam. “Seharusnya ini kesempatan bagus untuk mengadakan penelitian. Misalnya dengan memasang satelit tag di bagian tubuh ikan pari. Karena selama ini masih sangat minim informasi tentang kehidupannya. Ini memang masih menjadi misteri kenapa dia bisa tertangkap oleh warga,” sebutnya.

Danielle menyebut, kehidupan pari raksasa itu sudah di ada bumi jutaan tahun silam. Sebagai spesies purba, tentu ada alasan, mengapa tiba-tiba dia bisa naik ke permukaan. Apalagi, Daniella mengatakan jika dalam bulan Januari ini, pari raksasa sudah muncul dua kali di kawasan yang sama.

“Kemunculannya di bulan Januari ternyata sudah dua kali, yang pertama tertangkap nelayan dan dipotong-potong. Sedangkan yang kedua, muncul tidak lama setelah yang pertama. Ini menjadi pertanyaan besar, apakah memang Danau Melintang merupakan habitat mereka, atau ada fenomena bawah air yang mengharuskan dia naik ke permukaan. Karena kehidupan ikan pari raksasa ini di dasar air, tidak tahu apakah dia terjaring atau memang sengaja naik ke permukaan,” katanya.

Sangat tidak disarankan menangkap ikan pari raksasa itu, sebab menurut Danielle, ekor pari itu sangat bahaya dan beracun. “Ekornya sangat berbahaya, jika terkena racun tentu akan berakibat fatal untuk manusia. Sebaiknya, tidak dengan sengaja menangkap,” sebutnya.

baca juga :  Indonesia Bongkar Sindikat Perdagangan Pari Manta

 

Seekor ikan pari raksasa air tawar, tertangkap nelayan di Desa Melintang, Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur pada Jumat (18/01/2019). Foto : info kukar/Mongabay Indonesia

 

Limbah dan Polusi Air

Dalam catatan Danielle, pari air tawar ini tidak memiliki musuh yang besar. Faktor ukuran tubuh yang besar dan kemampuannya berkamuflase di dasar air, membuat pari tersebut aman dari serangan hewan besar atau ikan besar lain. Umumnya dia memiliki kehidupan yang aman. Namun, ancaman utama bagi kelangsungan hidup pari ini, adalah limbah dan polusi air. Konflik dengan manusia juga menjadi faktor utama saat ini, sehingga Danielle menyarankan ada sosialisasi tentang perlindungan pari raksasa tersebut.

“Masalah yang mengancam kehidupan pari raksasa air tawar adalah masalah lingkungan yang dibuat oleh manusia. Limbah yang mengotori perairan tempatnya hidup, tentu tidak akan membuatnya bisa bertahan. Selain itu, pari ini juga bisa ditangkap oleh manusia. Dikhawatirkan ada orang yang tertarik menjadikannya sebagai hewan peliharaan, atau dijadikan bahan makanan,” jelasnya.

Untuk itu, Danielle berharap, melalui Dinas Lingkungan Hidup atau BKSDA Kaltim, bisa segera mengupayakan adanya sosialisasi kepada masyarakat sekitar terkait isu-isu kehidupan pari tersebut. Dimulai dari terjun ke masyarakat, atau dengan menggandeng LSM lingkungan dan para peneliti.

“Sosialisasi harus segera dilakukan, mengingat kemunculan pari raksasa ini tidak hanya sekali dalam sebulan. Masyarakat perlu diberi arahan dan pengetahuan terkait kehidupan pari tersebut, apalagi memang sudah dilindungi karena statusnya terancam punah,” ujarnya.

baca juga :  Uniknya Pari Manta, Ikan Raksasa tapi Jinak

 

ikan pari manta. Foto : WCS/Mongabay Indonesia

 

Pakan Berkurang

Peneliti ikan dari Fakultas Perikanan Universitas Mulawarman, Iwan Suyatna, menyebut, ikan pari termasuk ikan demersal yang merupakan pemakan hewan kecil atau bentos seperti udang, kepiting atau larva ikan dasar. Populasinya sangat sedikit, jika makanan di dasar perairan kurang, maka bukan tidak mungkin pari akan naik ke permukaan.

“Bisa dikatakan adanya perubahan kondisi dasar perairan yang tadinya normal, berubah tidak normal. Menurut kebutuhan hidup mereka, jika kurang bukan tidak mungkin ikan tersebut berusaha mnghindar. Karena tidak ada pilihan lain kecuali menghindarnya naik ke atas permukaan air,” katanya.

Iwan menjelaskan, sebagai desa nelayan, di permukaan air Danau Melintang , banyak ditancapi alat tangkap ikan. Sehingga, mungkin saja penangkapan pari raksasa itu tidak sengaja terjaring. Umumnya kondisi perairan menjadi faktor utama kehidupan pari air tawar.

Namun, bila sumber makanannya kurang, maka ikan pari itu harus berpindah. Apalagi, mereka memerlukan makanan yang banyak, sehubungan dengan ukuran badannya yang besar. “Pari ikan raksasa, maka memerlukan asupan makanan yang banyak juga. Mereka harus mencari makanan di tempat lain, diantaranya di dekat permukaan,” jelasnya.

Diketahui, untuk seekor pari raksasa ini, panjang tubuhnya bisa mencapai 5 meter dengan lebar mencapai 2,4 meter. Berat bahkan bisa mencapai 600 kg. Dia dilengkapi senjata mematikan, yakni ekor yang berbentuk panjang seperti pecut dengan sebilah duri di dekat pangkal ekornya. Panjang duri tersebut bisa mencapai 40 cm.

Bentuk tubuhnya yang pipih dan berwarna cokelat, membuat spesies ini mampu menyamarkan diri di dasar air yang keruh. Namun matanya tidak bisa bekerja secara jelas di air keruh, sehingga, dia mengetahui keberadaan hewan-hewan di dekatnya dengan cara mendeteksi perubahan gelombang listrik.

menarik dibaca :  Miris.. Video Pari Manta Makan Sampah Plastik Ini Viral

 

Seekor pari manta di perairan yang penuh sampah plastik di lepas pantai Nusa Lembongan, Bali. Foto : thecoraltriangle.com

 

Riset dan Pendataan

Dharmadi, Peneliti Utama di Pusat Riset Perikanan Badan Riset dan SDM Kelautan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyayangkan ditangkap dan dipotong-potongnya pari air tawar raksasa itu, karena bisa menjadi obyek penelitian dan pendataan spesies.

Penelitian dan pendataan tentang ikan pari air tawar, lanjutnya, masih sangat sedikit, bahkan bisa dikatakan belum ada.

“Tidak ada catatan dan tidak ada datanya (tentang pari air tawar) karena belum ada riset khusus tentang pari tawar. Jenis-jenis hiu saja tidak terdata dengan baik. Apalagi sawfish (pari gergaji/freshwater sawfish/Pristis pristis).  Sawfish  itu spesies yang dilindungi, tapi kita tidak ada datanya,” jelas Dharmadi yang dihubungi Mongabay-Indonesia, Jumat (8/02/2019).

menarik dibaca : Mengenal Pari Gergaji: Dari Lima Jenisnya di Dunia, Empat ada di Indonesia

 

Pari gergaji, Pristis pristis dahulu Pristis microdon. Sumber: Wikimedia Commons

 

Oleh karena itu dia mengharapkan dinas kelautan dan perikanan baik di tingkat provinsi maupun kabupaten mempunyai data-data perikanan, terutama spesies satwa laut yang dilindungi.

Dia mengharapkan adanya kegiatan rutin pendataan spesies, terutama spesies yang dilindungi dan mempunyai status konservasi, yang bisa dikumpulkan menjadi data nasional satwa laut dilindungi.

“Data satwa laut nasional ada di Ditjen Perikanan Tangkap (DJPT) KKP, tapi kalau endangered species datanya ada di Ditjen Pengelolaan Ruang Laut KKP. Itu (data satwa laut berstatus endangered species) merupakan salah satu kelemahan kita. Kita harus mulai konsen terhadap endangered species, spesies yang sudah langka,” tegasnya.

“Ada beberapa spesies (satwa laut) yang sudah masuk Apendix I (daftar satwa dilindungi) IUCN. Status konservasinya sudah langka, seperti jenis pari manta Himantura oxirinca, pari gergaji, hiu air tawar, dan kita tidak punya datanya,” lanjutnya.

Ikan pari manta sendiri telah dilindungi melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP)  No.4/2014 tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Pari Manta. “Tapi untuk  pari air tawar yang tertangkap tersebut belum ada Kepmen KP (untuk status perlindungannya),” kata Dharmadi.

KKP sendiri, katanya, bersama dengan pihak terkait seperti KLHK, LIPI, LSM lingkungan sedang menyiapkan white paper endangered spesies satwa laut menjelang konferensi para pihak (COP) ke-18 IUCN di Srilanka pada Mei 2019.

Pada konferensi tiga tahunan IUCN tersebut, tambah Dharmadi, biasanya diusulkan beberapa spesies satwa laut untuk dijadikan spesies yang dilindungi berstatus konservasi seperti endangered species.

baca juga :  Kala Pari Gergaji Tertangkap Nelayan di Riau

 

Pari gergaji yang tertangkap nelayan di Tebing Tinggi Barat, Riau, Jumat (19/1/18). Foto :  BPSPL Padang/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version