Mongabay.co.id

Sophia Latjuba Ingin Lagi, Sherina Penasaran Ikut Pelepasliaran Orangutan

 

 

Apa jadinya kalau dua selebrita berinteraksi dengan orangutan? Inilah yang dialami oleh aktris Sophia Latjuba dan penyanyi Sherina Munaf. Keduanya mengamini pengalaman bertemu langsung dengan orangutan adalah sesuatu yang menakjubkan. Pengalaman luar biasa yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Sophia mengaku, dirinya adalah seorang yang menyukai alam dan tantangan. Begitu mendapatkan kesempatan melepasliarkan orangutan, hal itu tak disia-siakan. Meski harus melengkapi sejumlah persyaratan, menempuh berjam perjalanan jauh ke tengah hutan dengan perjalanan darat dan perahu kelotok, ia sangat menikmati perjalanan tersebut.

“Momen paling mengesankan saat buka kandang orangutan bernama Tari pada April 2018 lalu. Begitu dibuka, ia naik pohon di dekatnya. Tapi sebelum itu, dia sempat berhenti sebentar dan melihat sekeliling. Seperti mau bilang terima kasih,” ujarnya di sela diskusi yang diadakan Borneo Orangutan Survival Foundation [BOSF] di Plaza Indonesia, Jakarta, belum lama ini.

Baca: Konservasi Orangutan Masih Hadapi Kendala. Apa Saja?

 

Orangutan tempat hidupnya memang di hutan. Foto: BOSF 2018/Wiwik Astutik

 

Sophia mengaku, sempat agak gugup meski sudah diberi penjelasan dan pengarahan, ada jalur evakuasi, penjaga yang bersiaga. Tapi begitu saat membuka tiba, spontan dengan tangan kanan. “Jadi, mukaku nggak kelihatan difoto,” ujarnya sambil tertawa.

Ikatan antara dia dan Tari, diakuinya terbentuk selama perjalanan menuju tempat pelepasliaran. Selama di kelotok, dia sempat memberi makan Tari yang berada di kandang.

Meski berinteraksi tak cukup lama, Sophia merasakan ada kontak batin. Dari matanya, menurut dia, sepertinya tahu akan dilepasliarkan.

“Saya bukan baby sitter, atau gurunya. Baru bertemu saat itu, bagaimana mereka yang sehari-hari bersama dia? Itu sangat hebat dan tidak bosan untuk diulang,” ujarnya.

Baca: Kesejahteraan Satwa Masih Jauh dari Perhatian Kita

 

Seunik apapun, seimut apapun, hidup orangutan memang di hutan. Tampak Alba, orangutan albino yang kini hidup bebas di TNBBBR. Foto: BOSF

 

Sherina pun merasakan hal yang sama. “Harus siapkan mental, karena masuk hutan banyak pacet, tunjukkan kepedulian kita akan kehidupan primata ini,” terangnya.

Penyanyi ini mengatakan, perjumpaan awal dia dengan orangutan saat masih kecil bersama adiknya di Samboja Lestari, Kalimantan Timur. “Malah adikku yang punya perhatian lebih.”

Kesadaran Sherina untuk lebih menyayangi orangutan meningkat setelah ia berinteraksi dan berkunjung ke BOSF di Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah, akhir tahun lalu. Sherina juga mendapatkan pengalaman dari individu orangutan bernama Kopral, yang cacat dan sudah menjadi penghuni di kandang belasan tahun.

“Dari sana, kemudian aku lebih berempati dan tergerak menyuarakan advokasi untuk mereka,” ujarnya.

Baca juga: Keji! Ditembaki Senapan Angin, 74 Peluru Bersarang di Induk Orangutan ini, Bayinya Mati Kekurangan Gizi

 

Sophia Latjuba membuka kandang Tari yang dilepasliarakn di TNBBBR. Foto: BOSF

 

Enam individu orangutan

Rabu, 13 Maret 2019, BOSF kembali melepasliarkan enam individu orangutan dari Pusat Rehabilitasi Nyaru Menteng ke Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya [TNBBBR], Kalimantan Tengah. Enam individu ini terdiri atas tiga jantan dan tiga betina. Dari jumlah itu, terdapat sepasang ibu dan anak bernama Buntok dan Borneo, serta satu individu semi-liar yang dinamai Rosidin.

Pelepasliaran ini merupakan kegiatan yang ke-15 dilakukan BOSF, sejak pertama kali dilaksanakan pada Agustus 2016. Sejauh ini, sudah 120 individu yang dirilis di TNBBBR di wilayah Kabupaten Katingan tersebut.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Kalimantan Tengah, Adib Gunawan mengatakan, pihaknya akan terus bekerja sama dengan berbagai lembaga yang peduli pada pelestarian lingkungan. Sejak 2016, pengembalian orangutan ke habitatnya berjalan sesuai rencana. “Upaya baik ini diharapkan bisa dilakukan juga di daerah lain demi tercapainya lingkungan yang baik dan terjaganya ekosistem,” ujarnya.

 

 

Agung Nugroho, Kepala Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat menambahkan, melestarikan satwa liar sebagaimana orangutan di habitatnya merupakan upaya konservasi jangka panjang. “Diharapkan, seluruh orangutan yang telah dirilis ini dapat menghasilkan generasi baru, orangutan liar yang mandiri,” tuturnya.

Sementara Jamartin Sihite, CEO BOSF, mengungkapkan manusia merupakan peneriman manfaat utama dengan terciptanya keseimbangan lingkungan. Semua pihak, harus berkerja sama mencegah segala bentuk perusakan alam mulai dari pembukaan lahan, pembalakan, perburuan hingga perdagangan satwa liar.

“Rehabilitasi orangutan hingga tahap pelepasliaran butuh waktu dan biaya besar. Pelestarian orangutan akan berhasil jika kita semua saling mendukung,” terangnya dalam keterangan tertulis.

Total, hingga saat ini BOSF menampung lebih dari 500 individu orangutan di Pusat Rehabilitasi Nyaru Menteng dan Samboja Lestari.

 

 

Exit mobile version