Mongabay.co.id

Memprihatinkan.. Ini Hasil Lomba Artikel isu Lingkungan untuk Caleg di NTT

Seekor komodo di Pulau Komodo dalam kawasan TN Komodo. Foto : indonesia.travel/Mongabay Indonesia

 

Lomba calon legislatif (caleg) menulis artikel yang diselenggarakan oleh WALHI NTT sejak 3 Maret 2019 telah berakhir pada 16 Maret 2019. Lomba menulis itu bertema “Politik Lingkungan Hidup dan Perlindungan Wilayah Kelola Rakyat dalam Ruang Legislatif”.

Dalam rentang waktu itu, WALHI NTT menerima 10 artikel dari 9.964 caleg yang terdaftar di KPU. 10 artikel itu berasal dari 2 orang caleg DPRD provinsi dan 8 orang caleg DPRD kabupaten dan kota.

10 artikel itu berarti mewakili 0% dari 180 caleg DPR RI, 0% dari 36 caleg DPD, 0,21% dari 932 caleg DPRD provinsi dan 0,9% dari 8816 caleg DPRD Kabupaten/Kota.

“Artikel itu kemudian melalui proses penilaian oleh tiga orang dewan juri yang berasal dari unsur akademisi ilmu politik, komunikasi dan jurnalis media. Artikel dinilai dalam hal kesesuaian tema dan atau subtema, kesesuaian tugas dan fungsi parlemen, gagasan dan tata cara penulisan,” jelas Dominikus Karangora, Divisi Media dan  Komunikasi WALHI NTT  kepada Mongabay Indonesia, Minggu (24/3/2019).

baca :  Walhi NTT Gelar Lomba Menulis Politik Lingkungan bagi Para Caleg, Bagaimana Responnya?

 

Lomba menulis artikel mengenai lingkungan hidup yang diselenggarakan WALHI NTT bagi para Caleg dari Daerah Pemilihan di NTT baik kabupaten,kota, provinsi maupun DPR RI. Sumber : WALHI NTT/Mongabay Indonesia.

 

Dari 8 artikel untuk kategori caleg DPRD kabupaten/kota, jelasnya, telah dipilih 3 artikel terbaik sebagai  pemenang.

Juara pertama jatuh kepada artikel berjudul “Investasi Tebu di Ekologi Sabana, Berkat atau Bencana di Masa Depan?” karya Stepanus Makambombu, caleg DPRD Kabupaten Sumba Timur dari Partai Nasdem.

Juara kedua berjudul “Pentingnya Peraturan Daerah tentang Hutan Adat di Kabupaten Malaka” karya Fransiskus Xaverius Taolin, caleg DPRD Kabupaten Malaka dari Partai Gerinda.

Dan artikel berjudul “Pengelolaan Hutan di Kabupaten TTS” karya Thimatius Benu, caleg DPRD Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS) dari partai PKPI pada posisi ketiga.

Untuk kategori  caleg DPRD provinsi, sebut Dominikus, 2 artikel yang dikirimkan secara otomatis menempati juara 1 dan 2 dalam kategori ini.

Artikel berjudul “Awololong, Antara Budaya, Spiritual dan Pariwisata” oleh Vinsensius Bellawa Making, caleg DPRD Provinsi NTT Dapil 6 (Flotim-Lembata-Alor) dari Partai PSI menempati juara pertama.

Sedangkan juara kedua ditempati caleg DPRD Provinsi NTT Dapil 7 (TTU-Belu-Malaka) asal Partai Demokrat, Anselmus Tallo, dengan artikel berjudul “Pembangunan Tanpa Perencanaan”.

“WALHI NTT memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada 10 orang caleg yang telah berpartisipasi dalam lomba ini dan proficiat kepada 5 caleg yang artikelnya telah terpilih sebagai pemenang lomba ini,” tutur Dominikus.

Selain itu, apresiasi juga diberikan kepada tiga orang dewan juri yakni Didimus Dedi Dhosa,S.Fil,MA., akademisi ilmu sosial politik Universitas Widya Mandira Kupang, Maria Via Dolorosa Pabba Swan,S.Sos,M.Med.Kom, akademisi ilmu komunikasi Universitas Nusa Cendana Kupang dan Irvan Kurniawan, Pemimpin Redaksi  VoxNTT.com.

baca juga : Caleg Berkomitmen Lingkungan Minim, Berintegritas Rendah Tinggi

 

Aksi masyarakat menolak tambang di lokasi tambang emas Batu Gosok Labuan Bajo, kabupaten Manggarai Barat, NTT, tahun 2009. Foto: Gerakan Masyarakat Tolak Tambang (GERAM) /Mongabay Indonesia.

 

Pilih Caleg Peduli Lingkungan

Sebelumnya, Dominikus pada Senin (18/2/2019) menjelaskan ada dua alasan dilaksanakan lomba menulis artikel yaitu untuk mengetahui rekam jejak para caleg yang kurang diketahui karena masyarakat lebih terfokus melihat pasangan calon presiden dalam pilpres yang dilaksanakan serentak dengan pemilu legislatif.

Alasan kedua, isu lingkungan hidup dan wilayah kelola rakyat mendapat ruang yang minim dalam pemilihan legislatif. WALHI NTT melihat narasi kampanye para caleg lebih didominasi oleh pecitraan personal, kedekatan kekeluargaan atau pertemanan hingga slogan abstrak soal keberpihakan pada rakyat, termasuk isu lingkungan.

Melihat hasil lomba menulis artikel itu, Direktur Eksekutif Daerah WALHI NTT, Umbu Wulang Tanamahu Paranggi meminta masyarakat NTT untuk memilih caleg yang peduli pada pelestarian lingkungan hidup dan perlindungan wilayah kelola rakyat.

“Rakyat NTT harus memastikan adanya kesepakatan dengan para caleg dalam mendukung agenda rakyat untuk kelestarian alam dan penghentian alih fungsi lahan di NTT. Lewat lomba menulis ini, rakyat bisa menilai bahwa perhatian para caleg pada isu lingkungan seperti apa,” tuturnya.

Hal tersebut penting mengingat NTT tengah mengalami krisis sosial ekologis mulai dari bencana lingkungan hingga penguasaan lahan yang begitu luas oleh korporasi. Ditambah krisis air dan krisis kehutanan yang terjadi bakal mengancam kehidupan warga NTT kedepannya.

Umbu juga menambahkan bahwa para pemilih di NTT diharapkan bisa memilih para caleg yang telah ikut lomba penulisan ini. Karena para caleg ini setidaknya sudah menunjukkan itikad baik dan menunjukkan keberpihakannnya pada urusan lingkungan hidup kepada publik.

“WALHI NTT akan mempublikasikan seluruh tulisan para calon legislatif yang telah mengirimkan tulisannya untuk dimuat di media massa. Harapannya publik bisa membaca dan tahu keberpihakan para caleg terhadap pelestarian lingkungan hidup di NTT,” tegasnya.

perlu dibaca : Gubernur NTT Moratorium Tambang, Apa Pendapat Pegiat Lingkungan?

  

Aktivitas pertambangan PT. SMR di TTS, Nusa Tenggara Timur. Foto: Yustinus Dharma, Walhi NTT

 

Isu Lingkungan Belum Prioritas

WALHI Eksekutif Nasional mengapresiasi positif lomba caleg NTT menulis artikel yang digekar oleh WALHI NTT.

Khalisah Khalid, Koordinator Isu Politik WALHI Eksekutif Nasional memandang bahwa lomba ini dapat menjadi ruang bagi publik untuk mengetahui sejauh mana komitmen, kapasitas dan integritas para caleg di dalam isu lingkungan.

“Publik pun, memiliki referensi untuk menentukan hak pilihnya terhadap caleg yang peduli dengan agenda penyelamatan lingkugan hidup dan sumber-sumber penghidupan,” sebutnya.

Akan tetapi, melihat jumlah pengirim yang sedikit, Khalisah menyayangkan bahwa caleg-caleg di NTT tidak cukup antusias untuk merespon isu lingkungan sebagai agenda pokok mereka.

Menurutnya ada beberapa poin yang bisa dilihat disini. Pertama, para caleg masih berjarak dengan isu lingkungan dan penyelamatan sumber-sumber penghidupan sehingga mungkin mereka tidak percaya diri untuk menyampaikan pandangannya dalam tulisan.

Kedua, isu lingkungan belum menjadi isu prioritas bagi para kontestan politik, bukan hanya di NTT, tetapi juga hampir di seluruh Indonesia.

“Jadi isu lingkungan hidup adalah isu yang masih sub-pinggiran. Demikian juga publik masih belum melihat bahwa isu lingkungan hidup bukanlah sebuah isu politik yang penting untuk dibahas dan diperdebatkan dalam momentum politik elektoral,” kata Khalisah.

Sedangkan Direktur WALHI Eksekutif Nasional, Nurhidayati berharap agar caleg yang sudah menjadi pemenang dalam lomba ini konsisten dalam memperjuangkan agenda politik keadilan ekologis dan memastikan kembalinya kedaulatan pada masyarakat untuk mengelola wilayahnya ketika terpilih.

“Kami berharap, caleg pemenang lomba menulis bisa konsisten memperjuangkan agenda politik keadilan ekologis serta ikut memastikan kembalinya wilayah kelola rakyat kepada komunitas masyarakat lokal dan adat di NTT, jika terpilih sebagai anggota DPRD,” harapnya.

perlu dibaca :  Gubernur NTT Wacanakan Penutupan TN Komodo, Ada Apa?

 

Kebakaran kawasan hutan lindung Egon Ilimedo di Kabupaten Sikka, NTT, pada Agustus 2017. Api mulai menyebar dari pinggir jalan di dalam kawasan hutan. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

***

Keterangan foto utama : Seekor komodo di Pulau Komodo dalam kawasan TN Komodo, Flores, NTT. Foto : indonesia.travel/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version