Mongabay.co.id

Sistem Rantai Dingin untuk Nelayan Kecil Kini Ada di Muara Baru

 

Nelayan tradisional dan pelaku usaha kecil menjadi alasan utama dibangun ruang berpendingin atau cold storage dengan kapasitas 1.000 ton di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman, Jakarta. Selama ini, hasil tangkapan yang didapat mereka, selalu terkendala dengan kualitas, karena tidak bisa disimpan dalam suhu dingin.

Padahal, keberadaan nelayan tradisional dan pelaku usaha kecil sampai saat ini masih dibutuhkan untuk menopang industri perikanan tangkap nasional. Untuk itu, cold storage 1.000 ton diharapkan bisa menjadi fasilitas penyimpanan yang memadai dan mampu menjawa kebutuhan pasar yang ada sekarang.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti melakukan peresmian pada pekan lalu, mengatakan bahwa fasilitas cold storage 1.000 ton juga akan dimanfaatkan oleh pelaku usaha lain yang tidak bisa membeli cold storage sendiri ataupun menyewa ke pihak swasta. Dengan demikian, semua pelaku usaha bisa memanfaatkannya selama mengikuti prosedur yang ada.

Cold storage akan digunakan untuk menampung ikan yang berasal dari sentra-sentra produksi,” ucapnya.

baca : Ternyata, Kebutuhan Cold Storage di Jakarta Capai 200 Ribu Ton

 

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meresmikan fasilitas cold storage berkapasitas 1.000 ton di di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman, Jakarta. Foto : Humas KKP/Mongabay Indonesia

 

Mengingat sudah ada fasilitas tersebut, dia berharap di masa mendatang tidak akan ada lagi ikan yang terbuang ataupun nelayan menerima harga yang jatuh saat musim ikan berlangsung. Semua itu, akan berganti menjadi situasi yang menyenangkan bagi masyarakat dan nelayan, karena ikan bisa tersedia sepanjang tahun dengan harga yang stabil dan terkendali.

Tentang pemilihan PPS Nizam Zachman sebagai lokasi untuk cold storage 1.000 ton, Susi mengatakan bahwa itu didasarkan pada pertimbangan bahwa pelabuhan tersebut hingga saat ini menjadi pusat produksi ikan dan sekaligus tujuan pendaratan ikan dari sentra-sentra produksi ikan di wilayah Indonesia, khususnya dari Indonesia bagian Timur.

Selain faktor di atas, PPS Nizam Zachman dipilih, juga karena sampai saat ini pelabuhan tersebut masih menjadi pusat distribusi ikan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri dan konsumsi dalam negeri. Dengan dua pertimbangan tersebut, maka dipastikan kalau Nizam Zachman akan membutuhkan fasilitas penyimpanan yang memadai untuk menjawab kebutuhan pasar.

Secara keseluruhan, Susi menilai bahwa pembangunan cold storage 1.000 ton menjadi langkah strategis karena bisa mengimbangi peningkatan produksi perikanan Indonesia yang saat ini sedang terjadi sebagai dampak dari beragam kebijakan pengelolaan perikanan nasional. Contohnya, pada 2018 produksi perikanan nasional naik hingga 1,41 persen menjadi 24,49 juta ton dari sebelumnya mencapai 24,15 juta ton pada 2017.

“Hal ini merupakan dampak dari peningkatan sektor tangkap maupun budidaya yang masing-masing berkontribusi 1,64 persen dan 1,53 persen,” tuturnya.

baca juga : Pasar Ikan Modern Muara Baru, Simbol Kemajuan Perikanan Nasional?

 

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meresmikan dan mengunjungi fasilitas cold storage berkapasitas 1.000 ton di di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman, Jakarta. Foto : Humas KKP/Mongabay Indonesia

 

Nelayan Kecil

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan Agus Suherman menjelaskan, pembangunan fasilitas ruangan berpendingin tersebut memang salah satunya diperuntukkan bagi nelayan kecil yang tidak memiliki akses mendapatkan cold storage untuk menyimpan produk perikanan hasil tangkapan mereka.

Dengan tujuan tersebut, maka biaya sewa juga tidak dibebankan dengan harga yang mahal. Namun, justru sebaliknya, nelayan kecil mendapatkan kemudahan untuk menggunakan fasilitas cold storage 1.000 ton, karena diberikan biaya sewa sebesar Rp25/kilogram/hari. Dengan biaya yang murah, diharapkan akan semakin banyak produk hasil tangkap yang memiliki kualitas yang baik.

“Dengan biaya sewa yang murah, diharapkan nelayan tidak lagi terkendala dengan tempat penyimpanan ikan berpendingin, sehingga menjamin kualitas secara jangka panjang,” katanya.

Sebagai fasilitas yang baru diresmikan, untuk tiga bulan ke depan pengelolaan akan dilakukan langsung oleh KKP dan setelah itu baru akan dilimpahkan kepada lembaga atau perusahaan badan usaha milik Negara (BUMN) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Di sisi lain, kebutuhan cold storage di Jakarta saat ini dinilai masih sangat tinggi, sementara fasilitas yang sudah ada dinilai masih belum memenuhi kebutuhan. Penilaian itu pernah diungkapkan Perum Perindo, salah satu BUMN yang fokus dalam mengelola usaha perikanan di Indonesia. Menurut Perindo, idealnya di Jakarta kapasitas cold storage minimal 200 ribu ton.

Diketahui, pembangunan cold storage berkapasitas 1.000 ton mulai dibangun pada Agustus 2018 di lahan seluas 8.885 meter persegi milik KKP. Kapasitas yang dibangun tersebut, untuk melengkapi cold storage 2.000 ton yang dibangun pada 2013 dan sudah dioperasikan. Penambahan kapasitas tersebut, harus dilakukan karena daya dukung yang sudah dinilai sudah sangat terbatas kemampuannya.

Adapun, bangunan cold storage kapasitas 1.000 ton memiliki 2 lantai, yang terdiri dari receiving room, anteroom dan loading room, packing room, dry storage, ABF, ruang panel, ruang mesin, dan freezer room berkapasitas 300 ton. Semua fasilitas tersebut dibangun di lantai 1, sementara di lantai 2 ada fasilitas anteroom dan freezer room berkapasitas 700 ton.

Cold storage yang dibangun di PPS Nizam Zachman sendiri diakui KKP menjadi bagian dari sistem rantai dingin dan mendukung program sistem logistik ikan nasional (SLIN). Dengan tugas dan fungsi tersebut, maka cold storage akan menjadi salah satu prasarana penyimpanan dan penyangga hasil produksi perikanan (buffer stock).

perlu dibaca : Pasar Ikan Segar Muara Baru untuk Tingkatkan Konsumsi Makan Ikan?

 

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meresmikan dan mengunjungi fasilitas cold storage berkapasitas 1.000 ton di di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman, Jakarta. Foto : Humas KKP/Mongabay Indonesia

 

Rantai Pasokan

Dengan demikian, maka keberadaan cold storage di PPZ Nizam Zachman akan bertugas untuk memastikan penyimpanan produk hasil perikanan tetap terjaga dan sekaligus ketersediaan kebutuhan bahan baku industri dan bahan pangan konsumsi untuk masyarakat juga tetap terpenuhi.

Bersamaan dengan peresmian cold storage berkapasitas 1.000 ton, Pemerintah Indonesia juga meresmikan 15 pembangunan kelautan dan perikanan lain, yang mencakup enam sentra kelautan dan perikanan terpadu (SKPT) di Sebatik (Kalimantan Utara), Merauke, Biak, dan Mimika (Papua), Morotai (Maluku Utara), serta Talaud (Sulawesi Utara).

Kemudian, ada juga pasar ikan modern (PIM) Bandung, Embung Pakan, dan Pabrik Pakan Kabupaten Pangandaran (Jawa Barat), Politeknik Kelautan dan Perikanan (Poltek KP) di Bone (Sulawesi Selatan), Kupang (Nusa Tenggara Timur), dan Jembrana (Bali), Akademi Komunitas Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Kantor Karantina Wilayah Kerja Sebatik.

Sementara, Direktur Utama Perum Perindo Farida Mokodompit disaat yang sama menjelaskan bahwa di kawasan PPS Nizam Zachman juga sudah hadir Pasar Ikan Terintegrasi (PIT) berdampingan dengan PIM. Kehadiran PIT di Muara Baru berperan untuk optimalisasi pengembangan perikanan di kawasan tersebut dan sekitarnya.

“Pasar Ikan Terintegrasi berfungsi sebagai tempat pelelangan ikan, tempat perdagangan retail perikanan untuk fasilitas para pemilik kapal maupun pelaku usaha di Muara Baru,” ungkapnya.

Menurut Farida, dengan adanya PIT, kapal ikan yang bersandar dan bongkar di PPS Nizam Zachman bisa langsung melaksanakan pelelangan yang dipandu oleh pemilik kapal langsung. Dengan demikian, meski fasilitas PIT bisa dipakai oleh kapal, namun proses lelang mewajibkan pemilik kapal untuk hadir saat itu juga.

Tetapi, berbeda dengan PIM yang beroperasi dari pukul 18.00 WIB sampai dini hari, operasional PIT dilakukan mulai sejak pagi, tepatnya pukul 09.00 WIB hingga 18.00 WIB. Dengan demikian, Farida memastikan potensi pendapatan terkait perdagangan ikan dapat dimaksimalkan, dan melakukan kolaborasi dengan para pelaku usaha perikanan.

Diketahui, PIT mulai dibangun pada 2016 dan bertujuan untuk menjadi pasar ikan terbaik di sekitar Muara Baru dengan menghadirkan pelayanan penuh seperti pelelangan ikan, perdagangan ritel, dan juga fasilitas cold storage milik Perum Perindo.

 

Exit mobile version