Mongabay.co.id

Adu Cepat Burung Merpati Makin Diminati Para Penghobi

 

lomba balap merpati ini menurutnya tidak menjadi masalah, karena merpati merupakan jenis satwa domestikasi atau pengrumahan, yaitu pengadopsian hewan dari kehidupan liar ke dalam lingkungan kehidupan sehari-hari manusia. Intinya, sudah lama dijinakkan dan melimpah

Dua orang berdiri di atas ban mobil bekas yang dijadikan alas untuk mengepak-ngepakkan pasangan burung merpati. Sembari menunggu burung merpati jantan datang, dua orang ini tampak berkomunikasi di atas ring arena dari ban bekas itu saat ajang Lomba Merpati Balap Sprint di Dusun Mencorek, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Dengan menggunakan telepon genggam dan HT (Handy Talky) dua orang yang bertugas sebagai joki ini tampak berkomunikasi dengan seorang pelawat atau tim yang berperan untuk melepaskan burung merpati jantan. Jarak pelepasannya antara 500 meter sampai dengan 1000 meter dari ring arena lomba.

Di belakang joki ada tim yang memberikan dukungan, sesekali ada yang menunjuk-nunjuk ke arah depan mengisyaratkan jika burung dengan nama latin Columbidae ini sudah terlihat di depan mata.

Sementara itu, suasana bertambah riuh tatkala dua merpati itu melaju cepat ke arah joki yang mengepak-ngepakkan merpati betinanya.

baca : Merpati Batu, Burung Dara yang Mendunia

 

Joki saat mengepak-ngepakkan pasangan burung merpati di atas arena ring dari ban bekas itu dalam ajang Lomba Merpati Balap Sprint di Dusun Mencorek, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

“Merpati balap sprint ini sistem penilaiannya sederhana, siapa yang cepat menangkap dan tidak terjatuh dari ring, itulah yang menang. Meskipun dia cepat, tapi tidak tepat menangkap, dia kalah,” ucap Sukar Juli, salah satu joki merpati balap sprint, pada Jumat (14/11/2019).

Pria kelahiran 1945 ini mengaku menekuni hobi ini sejak tahun 2001. Baginya, hobi ini menyenangkan, karena selain bisa memenuhi kepuasan batin, dia juga bisa mendapatkan ilmu dan menambah jaringan teman.

Bagi para penghobi, merpati bukanlah hal baru, burung ini merupakan salah satu jenis burung yang sudah lama dipelihara dan dibudidayakan oleh para penggemar burung. Pada pekan terakhir Juni 2019, masyarakat Indonesia bahkan pernah dihebohkan dengan keberanian seorang penghobi merpati yang membeli merpati senilai Rp1 miliar.

 

Dua burung merpati melaju cepat di atas permukaan tanah. Burung merpati mampu terbang hingga sekitar 65-80 km/jam, dan dalam satu hari mampu terbang sejauh sekitar 965 km. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Banyak Digemari

Merpati merupakan salah satu jenis burung yang cukup pintar, memiliki daya ingat yang kuat, kemampuan navigasi, dan memiliki naluri alamiah yang bisa kembali ke sarang meskipun sudah terbang tinggi dengan jarak yang jauh dan waktu yang lama.

Untuk itu, burung ini digemari banyak orang baik itu kalangan muda maupun tua. Wazir Wahab (29), penghobi lain menceritakan, untuk membentuk merpati yang siap bekerja (lomba) itu tidak mudah. Sebelumnya, harus melalui proses perawatan dan pelatihan yang ketat.

Dimulai dari proses menjodohkan saat merpati berumur 4 bulan, kemudian dilatih terbang. Ada masa istirahat dimana pada saat betina merpati tersebut mulai bertelur, telur itu kemudian dibuang. Sampai 9 kali buangan telur, merpati baru siap dilombakan. Untuk masa bertelurnya yaitu seminggu sekali. Jika telur tidak dibuang merpati ini dipercayai tidak memiliki kekuatan saat diikutkan lomba.

“Untuk menjadi merpati unggulan, merpati harus dilatih oleh pelatih khusus. Pelatihan baru dapat dilakukan untuk merpati yang berusia tujuh bulan,” tutur Wahab, panggilan akrabnya.

Selain itu, karakter merpati juga sangat diperhitungkan, dari postur tubuh yang harus bagus, sayap dan tubuhnya harus memiliki karakter yang keras. Adapun pola perawatannya mesti teratur, setiap malam hari dikasih asupan jamu.

baca juga : Perburuan Burung Berkicau di Alam Memang Tinggi

 

Dua joki menangkap burung merpati yang di lepas seorang pelawat, atau tim yang bertugas melepaskan burung merpati jantan. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Pemeliharaan merpati, bagi penggemar hanyalah sebagai hewan klangenan atau hobi. Meskipun tidak sedikit pula yang memanfaatkan untuk bisnis. Merpati ini semakin berkembang dengan adanya lomba balap merpati.

Dengan begitu, potensi burung merpati yang mendapat perhatian saat ini adalah ketangkasan terbangnya. Jika merpati semakin sering menang harganya pun semakin mahal “Saya pernah jual Rp900 ribu itu baru naik atau mau kerja, umurnya belum ada satu tahun. Kalau punya bos saya harganya ada yang sampai Rp40-50 juta,” kata Juli menambahkan.

Burung merpati merupakan tipe burung yang mudah dirawat. Untuk mendapatkan bibitnya sangatlah mudah ditemui, karena merpati ini banyak dijual di pasar burung di Indonesia. Selain itu, merpati merupakan salah satu hewan yang dekat dengan manusia. Namun, untuk membudidayakan burung merpati, diperlukan pengetahuan mengenai karakteristik dan perilaku pejantan dan indukan supaya menghasilkan keturunan unggul.

Jenis unggas dari ordo Columbiformers tersebut mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis burung lainnya, yaitu burung merpati mampu terbang hingga sekitar 65-80 km/jam, dan dalam satu hari mampu terbang sejauh sekitar 965 km.

Merpati tinggi mampu terbang mencapai 150 meter di atas permukaan tanah berbeda dengan merpati merpati balap yang hanya mampu terbang mencapai 5 meter di atas permukaan tanah.

menarik dibaca : 7 Karya Mengagumkan yang “Lahir” karena Burung

 

Pelawat saat akan melepaskan burung merpati. Untuk jaraknya, antara 500 meter sampai dengan 1000 meter. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Kualifikasi

Ada dua kualifikasi yang dilatih ketangkasan terbangnya, yaitu burung merpati terbang datar (balap datar) dan terbang tinggi (balap tinggi). Ketangkapan balap datar adalah kecepatan terbang datar dan ketepatan hinggap pada pasangannya yang berada di tangan joki bagi merpati balap setelah diterbangkan dari jarak tertentu.

Adapun untuk ketangkasan balap tinggi bagi merpati pembalap adalah turun dengan kecepatan tinggi dari udara dan masuk tepat pada lingkaran terbatas yaitu tempat joki dengan betina pasanganya menunggu kedatangannya.

Untuk sistem lomba balap datar, Habib Fadeli (27) penghobi yang sama menjelaskan, sistemnya dimulai dengan pendaftaran peserta. Setelah itu dilakukan pengundian, kemudian dikategorikan berdasarkan daerah asal merpati.

Masing-masing dari peserta ini ada yang membawa sampai 6 pasangan merpati. Adapun untuk peserta yang ikut setidaknya paling sedikit 50 orang, hingga bisa mencapai ratusan peserta. Tergantung besar kecil jumlah hadiah lomba.

Data populasi merpati di Indonesia dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian menyebutkan untuk tahun 2018 populasinya mencapai 2.643.941, untuk tahun 2019 populasi merpati dengan angka sementara yaitu 2.624.054.

menarik dibaca : Mengenal Mambruk, Burung Endemik asal Papua

 

Burung dengan nama latin Columbidae merupakan salah satu jenis burung yang cukup pintar, memiliki daya ingat yang kuat, kemampuan navigasi. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Kesejahteraan Hewan

Swiss Winnasis Bagus Prabowo, pemerhati burung dari Birdpacker yang dihubungi Kamis (21/11/2019) mengatakan, untuk lomba balap merpati ini menurutnya tidak menjadi masalah, karena merpati merupakan jenis satwa domestikasi atau pengrumahan, yaitu pengadopsian hewan dari kehidupan liar ke dalam lingkungan kehidupan sehari-hari manusia. Intinya, sudah lama dijinakkan dan melimpah.

Domestikasi melibatkan populasi, seperti seleksi, perbaikan keturunan, dan juga perubahan perilaku atau sifat dari organisme yang menjadi objeknya. Sama seperti ayam, kuda maupun sapi. Bahkan di beberapa daerah, hewan-hewan itu juga banyak digunakan sebagai objek perlombaan.

Hanya yang perlu diperhatikan adalah soal kesejahteraan hewan (animal welfare). Sejauh ini di Indonesia, kesejahteraan hewan belum diperhatikan atau dianggap tidak penting. Jadi masih banyak yang mengabaikan.

Berbicara soal animal welfare, kata Swiss, banyak hal yang perlu diperhatikan. Pertama soal kesehatan satwa, harus memastikan bahwa satwa itu tidak sakit ketika dilombakan, atau dia tidak mengidap penyakit yang kemungkinan bisa menular ke manusia dan sebagainya.

“Apalagi kalau sudah lomba itu kan kerumunan manusia. Artinya kalau ada bakteri atau virus dan sebagainya di tengah-tengah kerumunan manusia itu kan membahayakan,” ujar mantan Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Taman Nasional Baluran, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Selama ini, lanjutnya, kesehatan satwa juga tidak pernah diperhatikan. Sebenarnya masih banyak yang menganggap biasa-biasa saja, karena sifatnya memang tidak langsung menular atau memberikan efek langsung sakit ke manusia. Meskipun begitu, pria penggagas aplikasi Burungnesia ini menyarankan agar para pelaku penghobi jenis satwa domestitikasi ini harus benar-benar memperhatikan kesehateraan hewan.

Secara hukum, burung merpati ini statusnya tidak dilindungi. Secara konservasi, dia juga bukan termasuk spesies yang terancam punah. Karena secara individu dia termasuk domestikasi, jumlahnya banyak. Terlepas dari varian genetisnya saat ini sudah bermacam-macam, artinya bukan gen alami atau asli dari burung merpati batu.

 

Betina burung merpati saat mengerami telur. Telur itu kemudian dibuang. Sampai 9 kali buangan telur, merpati baru siap dilombakan. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version