Mongabay.co.id

Eksotisnya Kupu-kupu, Si Penjaga Keseimbangan Alam

 

Warna sayapnya beragam, menjadi organ penting yang digunakan untuk terbang. Keberadaanya aktif dikala siang hari (diurnal). Geraknya lambat berpindah dari bunga satu ke bunga lain sembari menghisap nektar atau sari bunga untuk di bawa ke sarangnya.

Dia lah kupu-kupu, dikenal sebagai serangga penyerbuk tanaman. Kehadiranya dapat membantu bunga-bunga berkembang menjadi buah. Sehingga, bagi petani, dan orang pada umumnya, serangga dengan nama latin Rhopalocera ini sangat bermanfaat untuk membantu jalannya penyerbukan pada sari bunga di berbagai macam tanaman.

Kupu-kupu mempunyai dua antena yang ada di kepala. Ujung antena kupu-kupu sedikit membulat yang disebut dengan antenna club. Berfungsi sebagai indra pencium bau nektar bunga dan keseimbangan.

Sehingga kupu-kupu berperannya ekologis sangat penting dalam melestarikan tanaman dan menjaga kelangsungan ekosistem. Sisi lain, ketika dalam fase ulat yang tergolong ke dalam ordo Lepidoptera ini kehadiranya banyak diketahui sebagai hama yang rakus memakan tanaman.

Tidak hanya tanaman semusim yang dimakan, namun juga daun-daun pohon buah-buahan dan pohon pada umumnya bisa habis dimakan dalam waktu singkat oleh ulat, terutama pada jenis-jenis ngengat yang menjadi hama pertanian yang akut.

baca : Nama Ani Yudhoyono Abadi Bersama Kupu-kupu

 

Salah satu jenis kupu-kupu saat hinggap di rerumputan di kawasan pertanian di Dusun Mencorek, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Proses Perkembangan

Umumnya, orang banyak yang merasa jijik dengan ulat. Namun sebaliknya, banyak orang yang menyukai kupu-kupu. Keduanya merupakan makhluk yang sama, berasal dari telur kemudian menetas menjadi ulat. Setelah itu berubah menjadi kepompong. Kemudian seiring berjalannya waktu kepompong terus tumbuh sampai siap mengeluarkan sayap, lalu akhirnya bermetamorfosis menjadi kupu-kupu.

Imti Yazil Wafa, peneliti dan pengamat kupu-kupu dari Sahabat Alam Indonesia, menjelaskan saat proses bertelur, kupu-kupu akan meletakkan telurnya secara periodik sampai telurnya habis. Kemudian telurnya akan menetas dalam 3-5 hari, tergantung spesiesnya. Dan kecendrungannya semakin besar ukuran maka akan semakin lama.

Sementara itu, pada fase ulat membutuhkan waktu antara 1 – 1,5 bulan. Sedangkan fase pupa atau kepompong durasinya antara 1-2 minggu, lama fase ini juga tergantung pada spesies kupu-kupunya.

baca juga : Hidup Berwarna Edo Prayoga Sejak Terpikat Kupu-kupu

 

Serangga yang memiliki nama latin Rhopalocera ini kehadiranya dapat membantu bunga-bunga berkembang menjadi buah. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Yazil melanjutkan ketika masa kawin terdapat perbedaan antara jantan dan betina. Jantan membutuhkan waktu sekitar 3 hari untuk siap mengawini atau membuahi betina. Hal ini dikarenakan kupu-kupu jantan perlu waktu untuk mematangkan spermanya terlebih dahulu. Sementara, kupu-kupu betina setelah keluar dari kepompong langsung siap dibuahi.

“Kupu-kupu di Indonesia bisa berproduksi, setiap tahun. Hanya ada beberapa jenis kupu-kupu yang populasinya mengalami kenaikan sepanjang tahun. Berbeda dengan daerah yang mempunyai empat musim,” katanya saat dihubungi Mongabay Indonesia, Senin (01/06/2020).

Pria alumni Biologi Universitas Negri Malang ini melanjutkan kupu-kupu memiliki banyak peran di alam, selain sebagai penyerbuk bunga, juga bertugas sebagai penyedia makanan bagi predator dan tumbuh-tumbuhan.

Kemudian dari sisi seni, biasanya juga bisa dijadikan sumber inspirasi manusia untuk membuat lukisan, buku-buku, pantun dan juga lagu. Dari sisi psikologi, lanjutnya, manusia bisa merasa tenang dan senang melihat keindahan sayap kupu-kupu. “Secara pribadi saya menyukainya karena setiap fasenya sangat menarik untuk diteliti, masih banyak rahasia,” ujarnya.

menarik dibaca : Laboratorium Ini Miliki Koleksi Lebih 72.000 Kupu-kupu Papua

 

Bagi petani, kupu-kupu sangat bermanfaat untuk membantu jalannya penyerbukan pada sari bunga di berbagai macam tanaman. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Jenis kupu-kupu di Indonesia, menurut Yazil, sangat banyak mencapai 2500 jenis, dan jumlah ini hanya kalah dari Brazil dan Peru. Sehingga masih banyak kesempatan untuk mempelajari keragamannya.

Namun demikian, lanjutnya, jika dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand, di Indonesia pengetahuan tentang kupu-kupu masih belum banyak terungkap.

“Sekarang ini sudah mulai banyak yang mengamati. Perkembangannya mulai bagus. Di Jawa sendiri kita memiliki 600 spesies,” katanya. Tapi sejauh ini, berdasarkan data yang dikumpulkan dari kawan-kawannya baru sekitar 400-an jenis yang terindentifikasi. Hal ini dikarenakan ada kupu-kupu yang keberadaannya sampai sekarang sulit ditemukan.

baca juga : Mengintip Kupu-kupu Raja dari Sibolangit

 

Keberadaan serangga dengan nama latin Rhopalocera dalam melestarikan tanaman dan menjaga kelangsungan ekosistem. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Ancaman Populasi

Keanekaragaman jenis kupu-kupu di Indonesia pada saat ini mengalami ancaman kepunahan. Ancaman itu menurut Tonny Soehartono dan Ani Mardiastuti, (2003) dalam Pelaksanaan konvensi CITES di Indonesia disebabkan oleh alih fungsi lahan, diantaranya menjadi kawasan pertanian.

Hal itu menyebabkan keanekaragaman jenis tumbuhan mengalami penurunan yang berdampak pada penurunan keanekaragaman jenis kupu-kupu. Di habibat yang belum terdegradasi terutama di area konservasi umumnya akan lebih tinggi daripada habitat yang berubah fungsi.

Tidak hanya itu, selain kehilangan habitat, menurut Yazil, ancaman lain yang menyebabkan kupu-kupu berkurang yaitu adanya perburuan yang masih marak. Penggunaan pestisida yang berlebihan juga sangat mempengaruhi keberadaanya semakin menurun.

“Karena faktor yang paling penting dari kupu-kupu ini adalah tumbuhan inangnya, atau tumbuhan dari pakan ulatnya. Dan ini tidak sembarangan tumbuhan,” katanya. Jadi, lanjutnya, spesies kupu-kupu ini spesifik terhadap tumbuhannya. Sedangkan tumbuhan ini bagi manusia kebanyakan masih belum banyak dimanfaatkan. Sehingga banyak yang dibabat.

baca juga : Mengagumi Kupu-kupu Barong, Raksasa Cantik Endemik Bali

 

Saat proses bertelur, umumnya, kupu-kupu membutuhkan waktu tiga sampai lima hari. tergantung ukuran besar-kecilnya. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Untuk itu, agar populasi kupu-kupu tidak terus menurun dia menyarankan agar setiap orang menghadirkan kembali kupu-kupu di sekitar rumah. Caranya dengan menanam tumbuhan yang merupakan inangnya. Juga mengurangi penggunaan pestisida. Dan kampanye konservasi hutan.

Selain itu, kupu-kupu langka juga perlu dilindungi, karena ada kolektor kupu-kupu terutama dari luar negeri yang berani membeli dengan harga mahal. “Pengetahuan masyarakat tentang kupu-kupu yang dilindungi masih kurang. Untuk itu warga perlu diingatkan untuk memelihara kelestariannya demi keseimbangan dan keanekaragaman alam,” tutupnya.

 

Ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan populasi kupu-kupu, diantaranya seperti alih fungsi lahan, perburuan, dan penggunaan pestisida secara berlebihan. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version