Hujan deras mengguyur kaki Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, Minggu (15/4/2018) pagi. Melalui situs resminya, BMKG menjelaskan hujan akan turun hingga sore di sebagian besar wilayah Bogor dengan suhu rata-rata 23 hingga 27 derajat Celsius. Tak ayal, kondisi itu menimbulkan kabut dan udara dingin, yang bagi sebagian orang akan lebih memilih untuk tinggal dan berdiam diri di rumah. Terlebih di hari libur.
Namun, kondisi ini tidak berlaku bagi Edo Prayoga. Pukul tujuh pagi, derasnya hujan tak menyurutkan semangatnya. Bermodal jaket tebal, ayah dua anak itu menyusuri jalan berbatu, menuju laboratorium sederhana tempat ia menyalurkan kecintaannya pada bangsa serangga cantik dari Ordo Lepidoptera. Di Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang tak jauh dari rumahnya, Edo menangkar kupu-kupu.
“Sudah biasa, hujan bukan hambatan untuk saya. Yang terpenting saya bisa lihat kupu-kupu selalu,” ujar lelaki 36 tahun ini, tersenyum ringan.
Bunyi decitan mesin pendingin udara dan aroma amis yang menyeruak dari pupa (kepompong) langsung menyambut kehadiran Edo. Hal yang sudah biasa, tidak terpisahkan. Bertugas sebagai perawat, saban hari dia memeriksa, membersihkan, dan mendata semua kupu-kupu di penangkaran bernama Agrowisata Taman Kupu-kupu Sinar Wangi. Sang pemilik, Kartika Dewi, percaya penuh pada Edo untuk mengembangbiakkan kupu-kupu di taman wisata edukasi yang terbuka untuk umum ini.
Baca: Mengintip Kupu-kupu Raja dari Sibolangit
Di laboratorium, terdapat banyak bakal calon kupu-kupu dari berbagai jenis. Ada sekitar 300 telur, beserta larva kupu-kupu dan kepompong yang terdiri dari 9 jenis. Beberapa di antaranya bahkan masuk dalam kategori dilindungi seperti Troides helena, Pachliopta, dan Papilio paris.
Dengan tangan terampilnya, Edo perlahan memilah dan membersihkan cawan petri yang berisi telur dan ulat. Dia juga mengganti daun kering dengan daun baru yang merupakan makanan larva-larva mungil itu. Bagi dia, kupu-kupu sudah seperti ‘anak asuh’. Dirawat dengan lembut dan perhatian penuh.
“Menjaga kebersihan agar steril harus diperhatikan. Jika tidak, mereka tidak akan bertahan hidup lama. Mereka ini sensitif,” jelasnya.
Selain itu, suhu di laboratorium harus terjaga tingkat kelembabannya. “Harus pas dan stabil,” sambungnya. Jika panas atau terlalu dingin, juga tidak baik dan akan memengaruhi kondisi mereka.
“Nantinya kupu-kupu di laboratorium akan dipindahkan ke kandang jaring besar dan sebagian akan dilepas ke alam bebas.”
Baca: Laboratorium Ini Miliki Koleksi Lebih 72.000 Kupu-kupu Papua
Untuk mengembangbiakkan kupu-kupu, umumnya membutuhkan waktu 40 hingga 60 hari, terhitung sejak bentuk telur hingga menjadi kupu-kupu. Proses peneluran, katanya, hanya bisa satu sampai lima butir per hari. Meski terhitung cukup banyak, perkiraan keberhasilan menjadi ulat dan kupu-kupu menurutnya tak lebih dari 70 persen.
Sesungguhnya, Edo sama sekali tidak mengenyam pendidikan bangku perkuliahan, terlebih riset kupu-kupu. Sekolah terakhirnya hanya kelas dua Sekolah Teknik Menengah (STM) jurusan mesin. Meski begitu, dia khatam mengenai jenis kupu-kupu, khususnya yang ada di Jawa Barat.
Kepada Mongabay Indonesia Edo bercerita, kecintaannya pada kupu-kupu muncul awal 2000-an, ketika ia bekerja sebagai penata kebun dan taman perumahan di Jakarta, Bogor, dan Bandung. Saat itu, ia sering melihat aneka kupu-kupu cantik. Rasa penasaran itu yang membawanya mencintai kupu-kupu hingga kini.
Edo mengaku, Triodes helena sebagai kupu-kupu pertama yang membuatnya jatuh hati. Menurutnya, jenis yang memiliki perpaduan warna hitam-kuning pada sayap ini telah memikatnya untuk mempengenalnya lebih jauh.
Troides helena atau Kupu-kupu Raja tersebar di hampir sebagian besar wilayah Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Kalimantan hingga Sulawesi. Jenis ini masuk dalam kategori dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Di samping itu, kupu-kupu yang kian hilang keberadaannya itu juga tercantum dalam Lampiran Apendix II CITES. Artinya, kupu-kupu ini termasuk dalam spesies terancam punaha dan perdagangannya harus ketat diawasi.
Baca juga: PT. Pos Abadikan Kupu-kupu Temuan Wallace dalam Prangko Baru
Mengundang kupu-kupu
Menurut Edo, keberadaan kupu-kupu saat ini kurang begitu diperhatikan. Terlebih di beberapa daerah yang dahulu banyak ditemui. Degradasi habitat atau penurunan kualitas lingkungan yang cenderung mengarah pada kerusakan lingkungan adalah salah satu penyebabnya. Padahal, fungsinya penting di alam sebagai bioindikator dan membantu proses penyerbukan tumbuh-tumbuhan.
Keprihatinan ini juga yang sering dia ungkapkan kepada orang-orang yang dijumpainya, termasuk kepada pengunjung. Dengan harapan, banyak yang mau menghadirkan kembali kupu-kupu, minimal di sekitar rumah masing-masing.
Edo menjelaskan, untuk melakukan hal itu tidak begitu sulit. Salah satunya dengan menanam pohon yang disukai kupu-kupu. Tujuannya, agar dapat meletakkan telurnya di pohon tersebut sekaligus menjadi sumber pakan. Dengan sendirinya, kupu-kupu akan datang.
“Misal kupu-kupu jenis Troides helena, jenis ini menyukai bunga soka dan sirih hutan. Kita bisa tanam keduanya di sekitar rumah. Yang paling mudah adalah menanam pohon jeruk-jerukan yang dapat mengundang jenis Papilio memnon,” jelasnya.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan, populasi kupu-kupu di seluruh dunia, termasuk Indonesia ada kecenderungan menurun akibat berkurangnya kawasan hutan. Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) LIPI akan melakukan inventarisasi dan pendataan, sehingga bisa diketahui jenis apa yang telah langka dan perlu dilindungi. Lebih dari itu dapat diketahui pula jenis apa yang telah punah.
Di Indonesia, sejauh ini ada beberapa jenis yang dilindungi yaitu Ornithoptera (kupu-kupu sayap burung), Troides (kupu-kupu raja), Trogonoptera brookiana (kupu-kupu rajah brooke), serta Chetosiamyrina (kupu-kupu sayap renda Sulawesi).