Mongabay.co.id

Seekor Paus Sperma Terdampar di Perairan Timor. Kenapa Sering Terjadi?

 

Seekor mamalia laut terdampar di Pantai Amatasi, Dusun 2 Maubesi, Desa Nonatbatan, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT). Mamalia laut tersebut pertama kali ditemukan oleh nelayan pada Minggu (25/4/2021).

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang melakukan respon cepat atas laporan dari warga terkait adanya kejadian tersebut.

Dalam rilis yang diterima Mongabay Indonesia, Kamis (29/4/2021) disebutkan dari hasil identifikasi dan pengukuran morfometrik diketahui bahwa mamalia laut yang terdampar merupakan jenis Paus Sperma .

Paus Sperma atau Paus Kepala Kotak (Physeter macrocephalus) ini memiliki panjang tubuh sekitar 9,9 meter dan berjenis kelamin betina. Saat ditemukan kondisi perut bangkai juga sudah terkoyak dan diduga karena telah dimakan oleh buaya yang ada disekitar pantai.

baca : Paus Sperma Seberat 20 Ton Terdampar di Pantai Bungko Cirebon. Bagaimana Selanjutnya?

 

Paus Sperma atau Paus Kepala Kotak (Physeter macrocephalus) yang terdampar di Pantai Amatasi, Dusun 2 Maubesi, Desa Nonatbatan, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT). Foto : BKKPN Kupang

 

Penguburan Secara Manual

Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP, Tb Haeru Rahayu menjelaskan, perairan utara Pulau Timor merupakan salah satu habitat dan koridor migrasi dari mamalia laut.

Tebe katakan dari hasil survey penyebaran dan kemunculan mamalia laut yang dilakukan oleh BKKPN Kupang, diketahui bahwa penyebaran paus di utara Pulau Timor tergolong dalam kategori koridor tinggi karena frekuensi kemunculan dan keragamannya cukup tinggi.

“Oleh karena itu tidak heran jika di wilayah ini sering terjadi fenomena mamalia laut terdampar seperti Paus Sperma ini,” ungkapnya.

Lebih lanjut Tebe mengatakan Paus Sperma ketika ditemukan sudah memasuki kode 3 yang artinya mamalia laut ini mulai mengalami pembusukan sehingga perlu penanganan segera. Ini dilakukan agar tidak menyebarkan penyakit dan menimbulkan bau yang tidak sedap ke warga sekitar.

Ia menambahkan, setelah dilakukan observasi lokasi dan koordinasi dengan kepala dusun setempat, disepakati bahwa akan dilakukan penanganan bangkai paus dengan cara dikubur.

“Namun karena alat berat sulit untuk mengakses lokasi maka proses penguburan dilakukan secara manual.Warga bergotong royong membantu proses penguburan bangkai paus ini,” terangnya.

baca juga : Paus Sperma Kembali Ditemukan Terdampar di Kepulauan Aru. Bagaimana Akhirnya?

 

Paus Sperma atau Paus Kepala Kotak (Physeter macrocephalus) yang terdampar di Pantai Amatasi, Dusun 2 Maubesi, Desa Nonatbatan, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT). Foto : BKKPN Kupang

 

Kepala BKKPN Kupang Imam Fauzi sangat mengapresiasi tindakan warga sekitar yang kooperatif dalam melakukan penanganan Paus Sperma yang terdampar ini.

Imam katakan sebagai upaya penyadartahuan, disela-sela proses penguburan bangkai paus, Tim Respon Cepat BKKPN Kupang juga melakukan sosialisasi terkait jenis-jenis biota laut yang dilindungi kepada warga sekitar.

“Hal ini dilakukan agar warga teredukasi dan memiliki kesadaran untuk bersama-sama menjaga biota laut yang dilindungi ini,” jelas Imam.

Imam menambahkan, warga sangat menyambut baik tindakan cepat dari BKKPN Kupang dalam menangani bangkai paus yang terdampar. Ia sebutkan warga juga berharap kedepannya ada pemasangan papan informasi yang berisi tentang jenis-jenis biota laut yang dilindungi beserta hukum yang mengaturnya

“Paus Sperma merupakan salah satu biota laut dilindungi penuh oleh negara berdasarkan PP No.7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa dan Kepmen KP No.79 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional Konservasi Mamalia Laut,” terangnya.

perlu dibaca : Dua Paus Sperma Mati Terdampar di Pesisir Bali Selatan

 

Petugas BKKPN Kupang dibantu warga melakukan pengukuran terhadap bangkai Paus Sperma atau Paus Kepala Kotak (Physeter macrocephalus) yang terdampar di Pantai Amatasi, Dusun 2 Maubesi, Desa Nonatbatan, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT). Foto : BKKPN Kupang

 

Jalur Ruaya Paus

Lektor Kepala Bidang Keahlian Pengelolaan  Sumberdaya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Univrsitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Dr. Chaterina Agusta Paulus, M.Si  kepada Mongabay Indonesia Kamis (29/4/2021) menyebutkan, wilayah perairan Laut Sawu khususnya TNP Laut Sawu mempunyai koridor-koridor penting perlintasan atau alur migrasi dari mamalia laut termasuk Paus.

Chaterina menjelaskan, ada beberapa penyebab paus terdampar di NTT. Pertama, massa arus. Ia menjelaskan, perairan Laut Sawu sangat dinamis dan merupakan pertemuan dua massa arus besar yakni massa air dari Samudera Hindia dan Laut Banda.

Dia katakan, secara oseanografi, kawasan ini termasuk diantaranya arus laut Indonesia yang terkenal kuat. Laut yang dalam, menjadikan Laut Sawu bagaikan kolam raksasa yang sangat dinamis akibat pergerakan massa air laut.

Fenomena upwelling atau pengadukan massa air laut dalam yang dingin dan air permukaan yang hangat menjadikan daerah ini merupakan daerah dengan produktifitas perairan yang sangat tinggi.

“Kedalaman perairan yang mencapai 4 ribu meter dan tebing tebing curam merupakan ciri dominan bentang laut di Laut Sawu,” jelasnya.

baca juga : Seekor Paus Sperma Kerdil Terdampar, Warga Malah Memotong Dagingnya

 

Petugas BKKPN Kupang dibantu warga melakukan pengukuran terhadap bangkai Paus Sperma atau Paus Kepala Kotak (Physeter macrocephalus) yang terdampar di Pantai Amatasi, Dusun 2 Maubesi, Desa Nonatbatan, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT). Foto : BKKPN Kupang

 

Chaterina menjelaskan Laut Sawu juga merupakan daerah upwelling rendah hingga sangat tinggi. Upwelling tertinggi merupakan laut yang dalam yang sesuai untuk jalur ruaya paus.

Ditambahkannya, daerah upwelling tinggi selain sebagai tempat paus mencari makan, juga karena kondisi kedalaman yang sedemikian rupa merupakan zona yang mendukung sekali paus untuk berkomunikasi satu sama lainnya melalui saluran SOFAR (Sonar Fixing and Ranging Channel).

Penyebab kedua paus terdampar papar Dosen pada Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan Universitas Nusa Cendana (Undana) ini, akibat kondisi paus sudah tua, sakit atau cedera (old or sick/injured).

Chaterina menyebutkan, seringkali hewan yang muncul di pantai menjadi kelelahan, kurang gizi atau belum makan karena mereka sakit. Paus yang sudah tua mungkin kesulitan mengikuti kelompoknya atau menahan gelombang besar atau arus darat.

“Akibat lemahnya kekuatan, hewan-hewan ini dapat terdampar. Umumnya mereka ditemukan dalam kesehatan yang buruk. Hewan ini bisa juga berada pada tahap akhir hidupnya dan mati di laut lalu berakhir dengan terdampar di pantai.” terangnya.

Chaterina paparkan saat kondisi sakit atau cedera kebanyakan terjadi saat hanya hewan tersebut terdampar sendirian tidak berkelompok. Masalahnya, pada sejumlah besar hewan, kemungkinan besar beberapa akan sakit atau cedera.

baca juga : Paus Sperma Kembali Terdampar Kepulauan Talaud, Bagaimana Nasibnya?

 

Paus Sperma yang memiliki panjang tubuh sekitar 9,9 meter dan berjenis kelamin betina dikuburkan tim BKKPN Kupang bersama warga Desa Nonatbatan, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT) secara manual. Foto : BKKPN Kupang

  

Kesalahan Navigasi

Chaterina menambahkan penyebab ketiga paus terdampar yakni kesalahan navigasi (navigational errors). Beberapa ahli mengatakan bahwa aspek-aspek tertentu dari garis pantai atau dasar laut dapat membingungkan paus, terutama jika hewan ini berkeliaran di luar habitat biasanya.

Ia membeberkan beberapa tempat seperti ujung Pulau Raijua adalah hotspot untuk terdampar. Adakalanya hal ini terjadi karena fitur geografis dari garis pantai.

Jika ada fitur seperti semenanjung atau tanjung maka hewan yang seharusnya berada di perairan yang lebih dalam, tiba-tiba bingung menemukan diri mereka berada di teluk yang dangkal.

“Perairan dangkal dapat menimbulkan risiko khususnya Paus Pilot karena cara mereka menavigasi dan berkomunikasi. Hewan-hewan ini mencari makan dan memberi makan sebagian besar dengan echolocation atau menentukan lokasi melalui pantulan suara,” jelasnya.

Chaerina katakan Paus Pilot menggunakan suara untuk navigasi dan berkomunikasi dan menemukan mangsa mereka. Saat menggunakan echolocation di perairan yang sangat dangkal dan berlumpur, mereka sangat sulit untuk mendapatkan posisi lokasi tepat dan terlihat jelas.

Kombinasi dari kondisi perairan dangkal dan echolocation yang membingungkan, kacau dan berbahaya ini, merupakan ancaman serius dan dapat menyebabkan keterdamparan massal.

“Paus Pilot bisa saja pada akhirnya datang ke daerah dangkal dan terdampar oleh gelombang surut, sehingga lay-of-the-land alamiah adalah faktor resiko yang nyata bagi hewan-hewan ini,” paparnya.

 

Paus Sperma yang memiliki panjang tubuh sekitar 9,9 meter dan berjenis kelamin betina dikuburkan tim BKKPN Kupang bersama warga Desa Nonatbatan, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT) secara manual. Foto : BKKPN Kupang

 

Chaterina tambahkan penyebab berikutnya paus terdampar karena mengikuti pemimpin kelompok (social bonding). Jika seekor paus terluka atau hilang, mengapa mereka akhirnya terdampar dalam jumlah yang sangat besar?

Dia katakan para ahli mengatakan jawabannya terletak pada perilaku mereka yang seperti kawanan. Pada kelompok hewan-hewan yang cenderung sosial, beberapa alasan yang belum jelas apakah mengikuti pemimpin yang sakit ataukah berakhir tersesat dalam kelompok tersebut.

“Paus Pilot merupakan spesies khusus yang sangat rentan terhadap perilaku kelompok ini. Artinya, jika satu Paus Pilot menemui masalah maka hal itu dapat berdampak pada seluruh kelompok,” ucapnya.

Chaterina mengatakan, salah satu pola paling umum dengan keterdamparan massal adalah bahwa satu atau dua paus awalnya akan terdampar.

Hewan-hewan ini akan mengirimkan sinyal kesusahan dan anggota dari kelompoknya mungkin berusaha membantu atau mengguling sedikit di lepas pantai.

“Pasang surut kemudian akan menangkap hewan-hewan ini dan segera seluruh kelompok akan terdampar,” jelasnya.

Penyebab terakhir paus terdampar sebut Chaterina yakni perairan hangat. Kemungkinan penyebab lain dari keterdamparan, beberapa ahli berpendapat, adalah suhu air yang lebih hangat.

Dia menuturkan kemungkinan ini berpengaruh terjadi saat arah mangsa bergerak dan sebagai akibatnya paus mengikuti arah mangsa bergerak seperti menuju perairan hangat atau bisa juga dekat dengan pantai.

 

Exit mobile version