Mongabay.co.id

Amed-Seraya, Duo Keunikan Pesisir di Ujung Timur Pulau Bali

 

Jika Pulau Bali sekilas berbentuk seperti seekor ayam, maka kawasan Amed sampai Seraya adalah ekornya. Desa yang berada di pesisir ujung timur Pulau Bali ini menarik dijelajahi di darat dan lautnya.

Lokasi snorkeling di Amed yang paling mudah diakses adalah Jemeluk, sebuah teluk di Kabupaten Karangasem. Kendaraan langsung parkir di titik penyewaan alat, lalu jalan kaki dua menit ke pantai. Satu set alat snorkeling, fin-kacamata-jaket pelampung bisa disewa hanya Rp70 ribu. Para perempuan penjaga konter dengan cekatan menunjukkan cara menggunakan dan mencarikan ukuran yang sesuai.

Jika membutuhkan kamera bawah air dan pemandu juga bisa. Biayanya sekitar Rp150-200 ribu untuk kamera termasuk transfer foto ke ponsel dan pemandu sekitar Rp200 ribu per orang. Pemandu biasanya menunjukkan titik menarik seperti tugu kotak pos di bawah laut, hamparan terumbu karang, dan mengingatkan arah arus laut. Jika sudah pernah snorkeling di sini, pemandu mungkin tidak diperlukan lagi. Namun, buddy atau rekan snorkeling harus tetap ada.

Habitat ikan hias dan terumbu karang hanya 5-10 meter dari titik pasang surut pantai. Terumbu karang terhampar di area sangat dangkal. Bahkan, saat snorkeling, harus sepenuhnya mengapung agar kaki atau tangan tak mengenai terumbu karang yang rapuh.

baca : Desa Jemeluk, Surga di Timur Bali

 

Panorama udara laguna dan pantai Jemeluk, Karangasem, Bali. Foto : shutterstock

 

Karena sebagian sangat dangkal, kurang dari satu meter, tak sedikit terumbu karang yang sudah patah karena bekas injakan. Peringatan bagi yang berenang atau snorkeling agar tidak menyentuh karang sangat diperlukan di kawasan ini.

Amed juga menjadi salah satu lokasi menyelam bagi pemula karena tidak perlu menggunakan kapal atau jukung untuk menuju titik selam yang menarik. Cara cepat membangun kesadaran perlindungan laut adalah belajar menyelam (scuba dive) atau berenang mengggunakan snorkel (snorkeling). Syaratnya, carilah pelatih yang memiliki sudut pandang konservasi, tak hanya rekreasi.

Marthen Welly, seorang instruktur menyelam mengingatkan untuk tidak menggunakan sabun atau semprotan dengan kandungan bahan kimia saat membersihkan kacamata google. “Bersihkan pakai air laut atau pake ludah sedikit tidak apa,” ujarnya. Busa di permukaan kacamata mencegah pengembunan. Jika semua penyelam atau yang berenang menggunakan pembersih dengan kandungan kimia, maka mencemari isi laut.

Ini juga berlaku ketika orang terbiasa menggunakan tabir surya dengan kandungan kimia. Tabir surya melindungi kulit agar tidak terbakar, tapi malah merusak kehidupan laut yang menjadi tujuan snorkeling atau diving.

Perusakan alam karena aktivitas manusia inilah yang menjadi bagian dari aktivitas antroposentris, manusia sebagai pusat semesata, dan salah satu penyebab menurunnya kualitas alam. Hal-hal sederhana dan kecil kadang tidak kita sadari, namun akumulasinya berdampak besar merusak ekosistem.

baca juga : Cerita Surga Bawah Laut Buton dan Sustainable Diving Green Fins

 

Seorang penyelam snorkeling pemula di perairan Jemeluk, Amed, Karangasem, Bali. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Salah satu syarat untuk lulus kursus menyelam tingkat dasar atau open water adalah kemampuan mengapung (buoyancy) di kolom air agar tidak tenggelam dan merusak terumbu karang di bawah kita saat turun dari permukaan. Demikian juga saat snorkeling, tidak menginjak karang di perairan dangkal.

Konservasi atau pengetahuan untuk mencegah merusak ekosistem laut seharusnya jadi hal mendasar dan bagian penting dari kursus menyelam. Aspek lingkungan menjadi salah satu tema selain aspek skin (alat selam), fisika, dan medis.

Untuk aspek lingkungan, materi bahasannya terkonsentrasi ke keamanan seperti mengenal cuaca, arus, gelombang, kejernihan air, suhu, titik masuk dan keluar, tipe perairan, dan lainnya.

Tutupan karang di Amed didominasi jenis acropora, ini jenis karang yang mudah tumbuh. Misalnya berbentuk meja atau tabular yang sangat mudah dikenali. Lalu acropora branching yang seperti tanduk rusa dan agitate yang mirip jari.

Mengitari hamparan terumbu karang yang seluas lapangan bulu tangkis ini bisa berjam-jam. Karena jenis ikan yang hidup cukup beragam dan permukaan karang mudah dilihat jika permukaan laut, Arus cukup tenang dan matahari memberi pencahayaan alami dengan bias sinarnya yang atraktif di bawah laut.

Untuk menandai hamparan karang, warga menandai dengan mooring buoy bulat. Sekalian mengingatkan jukung dan kapal speedboat tidak membuang sauh seenaknya. Di sini memang salah satu titik keberangkatan wisatawan ke kawasan Pulau Gili di Lombok. Lebih dekat dibanding menyeberang dari Pelabuhan Padangbai.

baca juga : Inilah Garam Es Krim Dari Amed Bali

 

Pura batu di bawah perairan Desa Jemeluk, Amed, Karang asem, Bali. Foto : shutterstock

 

Juni adalah salah satu pengunjung yang baru belajar snorkeling di Amed. Ia beradaptasi di pinggir pantai sampai akhirnya berani menjelajahi terumbu karang. Snorkeling dinilai cara mudah untuk mengenali keranekaragaman hayati bawah laut yang sangat berdampak pada keseimbangan laut dan ketersediaan pangan.

Satwa laut terasa ramah menerima kehadiran manusia di bawah atau permukaan laut dengan tidak menggigit atau melukai, namun manusia kerap merespon dengan sebaliknya. Misalnya menginjak atau vandalisme, mencorat-coret karang. Ini pernah terdokumentasikan di perairan Nusa Penida. Ada turis yang merusak karang dengan mencoret-coret dengan menuliskan namanya.

Dua jam terasa sangat singkat snorkeling di Jemeluk. Matahari sudah berada di atas kepala dan perut mulai keroncongan. Salah satu warung yang bisa dicoba di Amed adalah Warung Sridana. Pemiliknya adalah perempuan penari dan guru bernama Sridana. Menu makanan bisa dipesan di luar daftar menu. Terutama jika hendak mencoba olahan berkah laut di sini seperti ikan tongkol dan mahi-mahi.

Hal unik lain di warung ini adalah beberapa mural yang mendukung petani garam laut tradisional di Amed. Ada sosok petani sedang panen garam di ladangnya, digambar seniman dengan nickname Peanut Dog, memenuhi tembok luar dapurnya. Di dekat toilet ada mural peri garam oleh seniman street art dari Perancis.

baca juga : Inilah Hukuman Berat yang Membuat Jera Perusak Terumbu Karang di Bali. Seperti Apa?

 

Terumbu karang buatan di bawah perairan Desa Jemeluk, Amed, Karang asem, Bali. Foto : shutterstock

 

Saatnya melanjutkan perjalanan menyusuri pesisir yang sama ke arah ekor Pulau Bali. Inilah kawasan Desa Seraya lalu berakhir di Banjar Ujung, Desa Tumbu yang termasyur dengan istana air Kerajaan Karangasem, Taman Sukasada Ujung.

Perjalanan dari Jemeluk sampai Ujung sekitar 30 menit, melalui jalan aspal yang menanjak dan berlekak-lekok di tebing-tebing dengan pemandangan laut. Kawasan yang memiliki pantai akan terlihat penuh dengan jukung-jukung tradisional nelayan.

Ada beberapa titik peristirahatan di jalur ini. Salah satunya adalah beberapa titik gazebo yang dibangun di atas tebing. Angin terasa sangat kencang menampar tubuh karena lokasinya paling menjorok ke laut. Anak-anak dan warga sekitar menjadikannya sebagai lokasi bersantai sepanjang hari.

Dari areal ini, terlihat perkampungan penduduk dengan barisan ratusan jukung yang sangat rapat. Seolah tak ada celah untuk bermain atau duduk di sepotong hamparan pasir putihnya. Saat musim hujan, bebukitan terlihat menghijau. Sebaliknya jika musim kemarau, pohon-pohon kecokelatan dan daunnya berguguran.

baca juga : Mengenal Wisata Bawah Laut Tulamben Melalui Perempuan Porter Tangki Selam

 

Terumbu karang yang ditemukan di perairan Jemeluk, Karangasem, Bali. Foto : shutterstock

 

Sejumlah titik pendaratan ikan mudah diidentifikasi dengan tumpukan kotak-kotak styrofoam bertuliskan nama atau inisial nelayannya. Saat musim panen, tangkapan dominan adalah ikan tongkol. Warga lokal menyebut be awan.

Jalur Amed-Seraya adalah jalan alternatif menuju ibukota Karangasem, Amlapura. Namun, wisatawan di Amed tak banyak melalui jalur ini karena dinilai lebih lama dibanding melewati jalan raya utama kabupaten.

Tapi, jika hendak menikmati lanskap pesisir dan bebukitan dibanding kendaraan, jalur ini sangat perlu dicoba. Apalagi bonus di ujung perjalanan sebelum sampai Kota Amlapura adalah istana air Taman Sukasada Ujung. Nah ini ini lanskap kolam air tawar yang mendominasi tempat raja rekreasi di masa lalu.

 

Mercusuar di ujung bukit Desa Seraya, Karangasem, Bali. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version