Mongabay.co.id

Desa Wisata, Strategi Trenggalek Optimalkan Potensi Alam Tanpa Merusak

 

 

Pariwisata berbasis alam menjadi pilihan utama Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, dalam upaya menggerakkan roda perekonomian masyarakat di masa pandemi. Trenggalek menargetkan 100 desa wisata hingga 2024, dan telah meluncurkan 35 desa wisata pada 2021.

Kepala Bidang Peningkatan Daya Tarik dan Destinasi Pariwisata, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Trenggalek, Tony Widanto, mengatakan Trenggalek memiliki potensi pariwisata beragam, mulai pantai, hutan, gunung atau perbukitan, hingga sungai.

“Bila mencari lebih dari satu tempat wisata di satu lokasi yang tidak berjauhan, ada di Kecamatan Watulimo. Sebut saja Goa Lowo, goa Ngerit stone karst, panjat tebing, hutan kota gunung Jaas, Tebing Lingga, serta banyak pantai seperti Prigi, Pasir Putih Karanggongso, dan Mutiara,” ujarnya.

Desa wisata menurut Tony, merupakan konsep paling relevan karena tidak berorientasi pada kuantitas tetapi kualitas. Dalam desa wisata terdapat aspek pariwisata berkelanjutan, masyarakat diajak melestarikan lingkungan dan mengangkat kearifan lokal.

“Sesuai jargonnya Pak Bupati, Trenggalek Meroket, “et”-nya itu ekosistemnya terjaga,” terangnya, pertengahan Februari 2022.

Baca: Ripto, Durian Khas Trenggalek Bakal Terancam Kalau Ada Tambang Emas

 

Sungai Watulawang yang bersih di Desa Wisata Duren Sari, Sawahan, Trenggalek, menjadi potensi wisata air andalan. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Desa Wisata Duren Sari, di wilayah Desa Sawahan, adalah contoh nyata yang mengoptimalkan potensi alam. Terlihat dari suasananya yang asri, budaya dan tradisi yang dipertahankan, alam dan sungai yang alami, hingga potensi durian yang ditonjolkan.

“Pengunjung akan mendapat edukasi cara menghasilkan bibit unggul durian dan petualangan,” terang Unik, Ketua Kelompok Sadar Wisata [Pokdarwi] Desa Wisata Duren Sari.

Menurut dia, pelestarian lingkungan di Duren Sari, awalnya difokuskan pada sungai.

“Dulunya, sampah dibuang ke sungai, sekarang tidak lagi. Sungainya bersih. Dapat dijadikan wisata bermain di sungai, seperti river tubing, voli air, dan tarik tambang air,” tuturnya.

Rata-rata, wisatawan yang datang setiap hari sekitar 200 pengunjung. Sebelum pandemi, jumlahnya mencapai 800 hingga 1.000 orang.

“Bila musim durian, bisa sampai 1.000 orang lebih. Di sini ada hutan durian yang pohonnya berusia puluhan bahkan ada yang ratusan tahun,” imbuhnya.

Baca: Kala Bupati Beberkan Alasan Tegas Tolak Tambang Emas Trenggalek

 

Pantai Mutiara di wilayah Kecamatan Watulimo, Trenggalek, yang dikelola warga menjadi objek wisata desa. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Alam harus dijaga

Adipura Desa, merupakan produk kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Kabupaten Trenggalek. Tujuannya, menjadikan desa mampu mengelola sampah dan limbah, menjaga lingkungan terutama air dan vegetasi di sekitarnya, sehingga mampu beradaptasi dengan perubahan iklim.

Melalui Adipura Desa, Pemerintah Kabupaten Trenggalek memberikan pendanaan kepada desa, untuk  mewujudkan program tersebut.

“Kategori desa dibagi kecil, sedang, dan besar. Dananya bervariasi mulai 100, 200, 300, dan 400 juta Rupiah,” ujar Mochamad Nur Arifin, Bupati Trenggalek, kepada Mongabay, pertengahan Februari 2022.

Dana tidak langsung diberikan, tapi menunggu ide yang diusulkan. Desa harus mampu menjaga alam dan lingkungannya mejadi bersih, hingga ditetapkan sebagai desa wisata. Harapannya, segala potensi yang ada, juga UMKM, hingga budaya dan kearifan lokal, menjadi faktor utama desa wisata.

“Desa harus datang dengan ide, baru diberi uangnya,” ujar Arifin.

Baca juga: Bupati Trenggalek Siap Pasang Badan Tolak Tambang Emas

 

Pelabuhan ikan nusantara di Prigi, Trenggalek, potensi perikanan sekaligus wisata yang masih bisa dikembangkan. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Nur Arifin menuturkan, dari semua potensi ekonomi yang dimiliki Kabupaten Trenggalek, pendapatan terbesar di sektor primer didapatkan dari alam. Mulai kehutanan, pertanian, perkebunan, perikanan dan kelautan, hingga keindahan alam yang merupakan potensi wisata terbesar.

“Alam yang pertama dijaga dan dipertahankan, bila ingin Trenggalek bertahan dan berkelanjutan.”

Langkah penting yang dilakukan, menurut Nur Arifin, adalah alih pengetahuan di masyarakat dan memaksimalkan potensi serta peluang ekonomi.

Masyarakat harus berorientasi pada produk yang dihasilkan, disertai narasi menarik agar produknya terjual. Produk ini tidak hanya alam sebagai destinasi wisata, tapi juga potensi lain yang berkaitan dengan tempat wisata itu.

“Seperti durian di desa wisata Duren Sari, yang berasal dari pohon varietas unggul usia 100 tahun. Juga sungai, tentang manfaat yang didapat dan budaya melestarikannya,” papar Arifin.

 

Suasana Desa Wisata Duren Sari, Sawahan yang bersih dan asri. Foto: Dok. Desa Wisata Duren Sari

 

Trenggalek yang dikenal memiliki kekayaan alam berupa tambang emas serta marmer, berpotensi kehilangan keindahan alamnya bila pada akhirnya habis ditambang. Nur Arifin menegaskan, tidak akan membiarkan potensi alam rusak akibat ditambang. Masa depan Trenggalek harus dipastikan menjadi ekonomi berkelanjutan, berbasis ekologi.

“Yang sudah telanjur di masa lalu, kita batasi jangan sampai menimbulkan kerusakan atau bertambah. Reklamasi dan revitalisasi harus diutamakan. Kita tahan dan minimalisir sebisa mungkin, agar alam Trenggalek tidak ditambang lagi,” paparnya.

Bupati menegaskan, potensi alam yang mengandung bahan tambang tidak harus ditambang sebagai  pemasukan kas daerah.

“Meski Trenggalek memiliki tambang, daya dukung alam yang menjadi tempat hidup masyarakat luas beserta ekosistmenya tidak boleh terganggu,” tandasnya.

 

 

Exit mobile version