Mongabay.co.id

Mengecap Lezatnya Hidangan Ikan di Hari Raya Idulfitri

 

Perayaan hari Idulfitri selalu menjadi momen istimewa bagi seluruh masyarakat beragama Islam di Indonesia. Setiap tahunnya, berbagai hal istimewa akan dihadirkan sebagai bentuk perayaan, salah satunya melalui kekayaan kuliner khas Nusantara.

Tak terkecuali pada perayaan tahun ini, diperkirakan beragam jenis kuliner akan tersaji di setiap rumah. Dari semua kuliner tersebut, sajian olahan ikan juga diperkirakan akan menjadi favorit masyarakat. Tidak hanya di kawasan Indonesia Timur, ikan juga akan menjadi favorit di wilayah barat seperti pulau Sumatera dan Jawa.

Salah satu daerah yang diperkirakan akan memuliakan ikan sebagai sajian kuliner utama saat Lebaran, adalah Sumatera Selatan. Provinsi yang menjadi perwakilan “wong kito galo” tersebut, setiap tahunnya selalu menjadi penyaji hidangan berbahan dasar ikan tenggiri (Scomberomorus), yakni Pempek.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (PDSPKP KKP) Artati Widiarti mengatakan, saat momen perayaan Lebaran, biasanya permintaan terhadap Tenggiri akan meningkat dengan tajam di Sumsel.

Permintan yang tinggi terhadap ikan yang masih menjadi kerabat dekat tuna, tongkol, madidihang, makerel, dan kembung itu, bisa terjadi karena masyarakat di Sumsel terbiasa menyajikan beragam jenis makanan dari olahan dasar Tenggiri.

“Biasanya mereka membuat Pempek ya. Makanya Tenggiri banyak dicari saat menjelang Lebaran Idulfitri,” ucap dia belum lama ini di Jakarta.

baca : Memetakan Potensi Sumber daya Ikan untuk Kelestarian Jangka Panjang

 

Seorang nelayan memperoleh ikan tenggiri saat perjalanan menuju Pulau Gelasa. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Akan tetapi, meski populer sebagai kuliner khas Sumsel, namun Pempek juga banyak disukai masyarakat di luar Sumsel. Sebut saja, Jambi dan Bengkulu yang geografisnya menempel ke Sumsel. Dua provinsi tersebut selama ini dikenal sebagai daerah penghasil pempek yang lezat.

Fakta tersebut semakin mempertegas kalau konsumsi Tenggiri akan semakin meningkat saat perayaan Idulftri mendatang. Berdasarkan grafik yang disajikan oleh KKP, permintaan Tenggiri selalu meningkat sejak pekan kedua Ramadan hingga menjelang Lebaran.

Saat Lebaran, permintaan akan turun dan akan meningkat lagi pada hari ketiga setelah Lebaran (H+3). Permintaan terhadap Tenggiri kemudian akan semakin meningkat pada H+4 sampai H+10. Peningkatan tersebut bisa terjadi, karena konsumsi Tenggiri bukan hanya untuk masyarakat luas saja.

Menurut Artati Widiarti, permintaan meningkat tajam, karena industri pariwisata seperti hotel dan restoran juga akan menggunakan Tenggiri sebagai bahan dasar untuk mengolah beragam jenis kuliner khas. Hal itu terjadi, karena tamu hotel dan restoran juga akan didominasi warga asli Sumsel, Jambi, dan Bengkulu yang berasal dari perantauan.

Permintaan terhadap Tenggiri diperkirakan pada Idulfitri 2022 diperkirakan akan jauh lebih banyak dibandingkan dengan perayaan serupa pada dua tahun sebelumnya, saat larangan mudik diberlakukan karena pandemi COVID-19.

Mengingat permintaan akan meningkat, harga juga diperkirakan akan mengalami kenaikan. Meskipun, kenaikannya diperkirakan masih jauh dari rerata kenaikan harga daging putih dan daging merah. Selain itu, pasokan juga dipastikan akan tetap aman, walau lonjakan permintaan terjadi.

baca juga : Benarkah Kampung Budi daya Perikanan Bisa Dorong Produksi?

 

Perairan Limalas Kampung Limalas Timur, Distrik Misool Timur, Raja Ampat, Papua Barat dikenal memiliki beragam hasil laut, seperti ikan tenggiri dan baubara, yang oleh kelompok Embun Pagi kemudian diolah menjadi abon ikan. Diharapkan dengan tingginya tingkat kebutuhan akan hasil laut yang baik, masyarakat bisa turut menjaga perairan sekitarnya. Foto : Wahyu Chandra

 

Walau naik, namun banyaknya jenis ikan di pasar akan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memilih ikan dengan harga yang sesuai. Ikan yang dijual di pasaran sangat beragam, karena ada yang harganya murah sampai mahal.

“Stok perikanan aman sampai Lebaran. Jadi enggak perlu ribut-ribut atau galau, karena kalau daging mahal kenapa enggak beralih ke ikan. Ikan cukup terjangkau harganya dan dari sisi gizi sangat baik sekali,” ungkap dia.

Untuk menjamin pasokan ikan aman untuk memenuhi kebutuhan Ramadan dan Lebaran, pihaknya bahkan telah melakukan pengecekan ke sejumlah gudang beku (cold storage) yang dikelola pemerintah maupun swasta.

Lebih detail, Artati Widiarti memaparkan bahwa rerata kebutuhan ikan menjelang Ramadan dan Idulfitri dalam empat tahun terakhir pada kurun 2019 hingga 2022 adalah sebanyak 1,24 juta ton. Sementara, rerata ketersediaan ikan jelang Ramadan dan Idulfitri dalam kurun waktu yang sama jumlahnya sebanak 1,35 juta ton.

Secara umum, kebutuhan ikan menjelang Idulfitri selama empat tahun terakhir rerata meningkat sebesar delapan persen jika dibandingkan dengan kebutuhan ikan saat Ramadan. Sementara, berdasarkan ketersediaan ikan, jelang Idulfitri dalam empat tahun ini meningkat hingga delapan persen dibandingkan saat Ramadan.

Total, kebutuhan ikan selama Ramadan dan Idulfitri 2022 jumlahnya bisa mencapai 2,64 juta ton. Angka tersebut dihitung berdasarkan kebutuhan konsumsi ikan pada April dan Mei yang diperkirakan meningkat sebesar 10 hingga 20 persen.

Adapun, untuk ketersediaan ikan selama April dan Mei 2022 diperkirakan jumlahnya bisa mencapai 2,99 juta ton. Hitungan tersebut didasarkan pada estimasi produksi tangkap dan budi daya dengan memperhatikan pola musim penangkapan dan pola produksi budidaya.

“Prognosa pasokan ikan diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan Ramadan dan Hari Raya Idulfitri,” tegas dia.

baca juga : Pesan Kearifan Lingkungan dalam Ketupat Lebaran

 

Sejumlah jibu-jibu (pedagang ikan) di Pasar Tradisional Mardika Kota Ambon, Maluku. Ikan-ikan ini diambil dari para nelayan dari berbagai lokasi di wilayah Kota Ambon. Foto: Nurdin Tubaka/ Mongabay Indonesia

 

Primadona Lebaran

Selain Tenggiri, permintaan ikan yang untuk perayaan Idulfitri juga ada di daerah lain. Di pulau Jawa, permintaan terhadap Bandeng (Chanos chanos) juga biasanya meningkat saat perayaan Lebaran Idulfitri. Permintaan paling banyak terjadi di Provinsi Banten dan Jawa Tengah.

Permintaan yang tinggi tersebut, terjadi karena Bandeng banyak digunakan oleh masyarakat sebagai sajian kuliner olahan berbahan dasar ikan. Bahkan, di sepanjang pesisir Utara Jawa Tengah, Bandeng sudah menjadi kuliner khas yang selalu ada saat perayaan Idulfitri.

Selain itu, Bandeng juga akan banyak dicari, karena pada momen yang sama banyak dijadikan sajian kuliner untuk oleh-oleh khas daerah setempat. Paling populer, tentu saja sajian bandeng presto yang dipelopori oleh Kota Semarang, ibu kota Jawa Tengah.

Artati Widiarti menyebutkan, ikan olahan menjadi sajian kuliner yang banyak dicari saat Ramadan dan Idulfitri, karena sifatnya yang mudah disimpan dan diolah. Karena itu, selain diolah dalam bentuk segar, ikan juga banyak diolah dalam bentuk makanan kaleng.

Di luar dua provinsi tersebut, Bandeng juga banyak dicari saat menjelang Lebaran Idulfitri di Provinsi Sulawesi Selatan. Di sana, ikan bertekstur lembut dan memiliki citasa gurih itu, disajikan hampir mirip dengan yang biasa dilakukan masyarakat di pulau Jawa.

Sementara di Provinsi Sumatera Utara, ikan yang paling banyak dicari menjelang perayaan Idulfitri, adalah Kembung (Rastrelliger). Selain disajikan dengan cara digoreng, dipanggang, dan dibakar, Kembung juga banyak diolah menjadi ikan asin.

Tentu saja, selain dikonsumsi masyarakat secara langsung, Kembung juga banyak dicari untuk memenuhi kebutuhan hotel dan restoran, serta pembuatan oleh-oleh. Kebutuhan tinggi tersebut, karena banyak pemudik yang berdatangan dari luar Sumatera Utara.

 

Selain ikan teri (Engraulidae), ikan seperti kembung (Rastrelliger), layur (Trichiurus lepturus) juga diangkut ke darat untuk dikeringkan di Cilincing, Jakarta Utara. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Tingginya kebutuhan ikan untuk perayaan Idulfitri, menjadi tantangan bagi Pemerintah Indonesia untuk bisa memenuhinya. Namun, dengan produksi perikanan yang terus meningkat sepanjang Ramadan 2022, kebutuhan ikan dijamin akan bisa tetap terpenuhi.

Selain produksi dari perikanan tangkap, pemenuhan kebutuhan ikan juga akan diambil dari produksi perikanan budi daya. Hal tersebut diungkapkan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap KKP Muhammad Zaini Hanafi belum lama ini di Jakarta.

Menurut dia volume produksi perikanan mengalami kenaikan karena penerbitan izin perikanan tangkap selama kurun waktu dari Januari hingga Maret 2022 cukup banyak. Penerbitan izin tersebut meningkat 70 persen dibanding periode serupa tahun sebelumnya, yakni dari 1.414 menjadi 2.383 izin.

“Tahun ini diperkirakan yang mudik lebih besar dari tahun sebelumnya,” terang dia.

Dengan banyaknya kapal yang aktif melaut saat ini, itu bisa menjelaskan bahwa produksi perikanan akan mengalami peningkatan. Peningkatan produksi tersebut akan menjadi antisipasi untuk memenuhi kebutuhan ikan pada perayaan Idulfitri 2022.

Dia menuturkan, prognosa kebutuhan ikan selama Ramadan dan Idulfitri 2022 mencapai 2,64 juta ton. Sedangkan perkirakan produksi perikanan mendekati 3 juta ton yang berasal dari perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

“Mengacu pada data kebutuhan ikan menjelang puasa dan lebaran tahun-tahun sebelumnya, stok ikan selalu mencukupi kebutuhan masyarakat bahkan surplus,” tambah dia.

 

Pembudidaya tambak mengumpulkan bandeng setelah panen di Pulau Mengare, Bungah, Gresik. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Selain perikanan tangkap, peningkatan produksi juga terjadi di subsektor perikanan budi daya. Berdasarkan perkiraan, panen ikan budi daya secara nasional dari Januari hingga April mencapai 1,5 juta ton yang berlangsung di pulau Sumatera, Jawa, Kalimatan, Bali – Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Pulau Maluku – Papua.

“Dengan hasil panen itu, tentunya akan menambah stok ikan nasional selain dari perikanan tangkap, untuk kebutuhan Ramadan dan Lebaran tahun ini,” ujar Direktur Jenderal Perikanan Budi daya KKP Tb Haeru Rahayu.

Berdasarkan data, komoditas perikanan budi daya memenuhi 30 sampai 50 persen kebutuhan ikan di tengah masyarakat. Contohnya, pembagian pemenuhan ikan budi daya di Sumatera mencapai 46,1 persen dengan komoditas utama lele, mas, nila, udang, vaname, dan patin.

Tingginya jumlah produksi selama Ramadan diprediksi menjadikan harga ikan di pasar cenderung stabil. Jika pun terjadi kenaikan harga, kisarannya di angka 5 sampai 10 persen. Hal itu menjamin harga tidak akan setinggi seperti komoditas daging.

 

Exit mobile version