Mongabay.co.id

Anggur Laut, Makanan Kaya Gizi yang Terabaikan Masyarakat Batam

 

Warga Batam, Kepulauan Riau (Kepri) seharusnya membudidayakan tumbuhan satu ini. Selain bisa menggantikan sayur, tumbuhan dari jenis rumput laut ini juga bernilai ekonomis jika dibudidayakan dengan baik untuk diekspor. Namun, tumbuhan itu yaitu anggur laut atau yang biasa disebut latoh oleh masyarakat pesisir Batam hanya dibiarkan tumbuh begitu saja.

“Seharusnya latoh bisa digunakan masyarakat Kota Batam mengantikan sayur darat, yang kadang sulit dan mahal didapatkan,” ujar Kepala Balai Perikanan dan Budidaya Laut (BPBL) Batam, Ikhsan Kamil kepada Mongabay Indonesia, akhir Juli 2022 lalu.

BPBL Batam sendiri telah membudidayakan latoh selain selain berbagai jenis ikan dan lobster di kawasan kantornya di Jembatan dua Barelang Kota Batam.

Orang melayu sering menyebut tumbuhan satu ini dengan kata latoh atau anggur laut. Jenis rumput laut itu berasal dari spesies Caulerpa sp. Sedangkan di beberapa daerah lain anggur laut disebut lawi-lawi (Sulawesi Selatan).

Bentuknya memang menyerupai buah anggur. Namun, latoh buahnya lebih kecil dari pada anggur. Selain itu warnanya bukan ungu, tetapi hijau mengkilat. Jika diperhatikan bentuknya seperti rumput laut, tetapi latoh memiliki buah bulat kecil-kecil yang bergelantung di batang-batang rumput.

baca : Inilah Lawi-lawi, Anggota Baru Kelompok Rumput Laut Andalan Indonesia  

 

Bentuk latoh atau anggur laut (Caulerpa sp)yang bisa menjadi pengganti sayur darat. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Tanaman latoh di BPBL Batam berada di dua bak berukuran kecil berbentuk bulat. Awalnya tumbuhan ini digunakan sebagai pakan ikan, namun belakangan dibudidayakan untuk diproduksi massal.

Hasil penelitian sementara budidaya, pertumbuhan latoh sangat cepat. Dalam 45 hari latoh bisa tumbuh tiga kali lipat. Proses budidaya hanya dimasukan dalam bak kecil berisi air. “Ini sangat mudah dibudidayakan, juga bisa dilakukan di KJA (keramba jaring apung),” ujarnya.

Dalam analisis Balai Budidaya Air Payau Takalar Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), latoh bisa tumbuh 10-13 kali dari bobot awal selama tiga bulan pemeliharaan dalam kondisi normal. Dan bisa dipanen dalam satu bulan pemeliharaan.

Pegawai BPBL Batam Febri Fahrudin mengatakan, latoh tumbuh hampir di seluruh perairan Kepulauan Riau. Latoh bernilai ekonomis tinggi seharga Rp80 ribu per kilogram di Kepri. Sedangkan jika diekspor ke Jepang harga menjadi Rp700 ribu per kilogram.

Analisis sementara, di dalam tanaman latoh bisa diambil kolagen yang tinggi. Bisa dibuat pupuk, bahkan ada kemungkinan menjadi kosmetik seperti sargassum setelah melalui pengolahan. “Ini perlu penelitian lagi, BPBL Batam sedang proses untuk bisa produksi massal dulu,” katanya.

baca juga : Manfaat Super dari Rumput Laut

 

Febri Fahrudin, seorang pegawai BPBL Batam menunjukkan tanaman latoh atau anggur laut yang kaya gizi. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Masyarakat asli Melayu sudah banyak mengetahui tentang latoh, berbeda dengan masyarakat kota yang mungkin belum mengenal rumput laut satu ini. “Dia berbeda dengan rumput laut. Latoh bisa langsung dimakan, tidak perlu dijemur,” katanya.

Senada dengan Febri, seorang pemuda asli pesisir Melayu Batam, Bobi Bani mengatakan, sebenarnya latoh cukup terkenal di kalangan masyarakat pesisir. Tetapi, tidak dijadikan makanan khusus seperti sayuran. “Karena kami pesisir jarang juga makan sayur, kecuali perantau yang berada di daerah perkotaan,” kata Bobi, kepada Mongabay Indonesia,  Jumat, 5 Juli 2022.

Ia melanjutkan, beberapa masyarakat pesisir di Batam sudah ada yang mengkonsumsi latoh. Tetapi tidak dicari secara rutin untuk konsumsi atau dijual. “Kalau kami jumpa (latoh) diambil, tidak dicari seperti mencari ikan,” katanya.

 

Mencicipi Latoh, Bagaimana Rasanya ?

Febri Fahrudin menunjukkan cara makan latoh. Ia langsung mencicipi tanaman satu ini yang terdapat di bak budidaya milik BPBL Batam. Tanpa dibersihkan, dia langsung melalap jenis rumput laut satu ini. “Rasanya enak, gurih, asin dan ada krenyes-krenyesnya. Apalagi kalau diberi sambal atau urap, makin enak,” katanya usai melalap latoh.

Kepala BPBL Batam, Ikhsan Kamil mengatakan, di beberapa daerah di Indonesia, latoh sudah menjadi konsumsi setiap hari oleh masyarakat. “Seperti daerah Jawa, dimakan masyarakat ganti sayur,” katanya.

Setelah dipanen, latoh tinggal dibersihkan untuk dimakan langsung atau dikasih urap terlebih dahulu. “Siram air panas kuku, setelah itu latoh siap dihidangkan untuk sayur dan dijadikan lalapan,” katanya.

Menurut Ikhsan restoran seafood di Batam bisa menjadikan latoh sebagai tambahan menu sayur.

Ikhsan terus mendorong masyarakat untuk ikut membudidayakan anggur laut ini. Apalagi sangat berguna untuk ketahanan pangan ketika sayuran darat di Batam susah didapatkan. “Selama ini (latoh) tidak dikonsumsi karena masyarakat belum sadar. Kita harus mengubah mindset itu, dari laut bisa dapat sayur,” katanya.

baca juga : Selain Ekonomis, Ternyata Rumput Laut Penyerap Karbon Tinggi

 

Seorang petugas BPBL Batam menunjukkan rumput laut jenis latoh yang dibudidayakan untuk diproduksi massal. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Dalam sebuah penelitian Politeknik Pertanian Negeri Pangkep tahun 2017 berjudul “Analisis Pananganan Lawi-lawi sebelum Ekspor di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar Sulawesi Selatan”, disebutkan potensi ekonomis Caulerpa sp. di Indonesia sudah menembus pasar ekspor.

Tahun 2011 merupakan tahun pertama pengujian budidaya Caulerpa sp. dengan melakukan tahapan uji coba dengan dua orang pembudidaya.  Pembudidaya berhasil memproduksi 1.600 kg dari 160 kg bibit anggur laut dalam tiga bulan pemeliharaan pada lahan dua hektar. Bahkan anggur laut juga bisa dipanen setiap hari.

Penelitian itu juga menyebutkan pada 2012, para petani tambak menghasilkan 20 ton per hektar per tahun anggur laut, dengan nilai Rp76 juta per hektar per tahunnya.

 

Tanaman Bergizi 

Di beberapa daerah, anggur laut tidak hanya dijadikan sayur atau lalapan, tetapi juga diolah menjadi roti anggur laut bernilai ekonomis. Sebuah penelitian Penelitian skripsi tahun 2018 dari Mahirah Humaerah dari Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Makassar berjudul “Analisis Kandungan Zat Gizi Roti Rumput Laut Lawi-lawi Sebagai Alternatif Perbaikan Gizi Masyarakat” menunjukkan makanan ini sangat bergizi, obat beberapa penyakit dan bisa menjadikan makanan alternatif pangan.

Penelitian itu menyebutkan, anggur laut memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi sebagai sumber protein nabati maupun mineral. Anggur laut jenis Caulerpa racemosa merupakan bahan pangan yang kaya akan protein dan asam amino, kaya serat larut maupun tidak larut serta rendah lemak.

Anggur laut menghasilkan metabolit sekunder yang berfungsi sebagai antioksidan. Dan juga mampu menangkal radikal bebas karena mengandung asam folat, tiamin dan asam askorbat.

baca juga : Kisah Rumput Laut: Jadi Andalan, Namun Selalu Ada Hambatan

 

Infografis Anggur Laut atau Latoh

 

Tumbuhan ini juga memiliki sifat anti bakteri dan anti jamur, serta mengandung beberapa jenis metabolit sekunder, diantaranya glycol glycerolipid dan kelompok enol, á-1-glyceryl-Dmannoside-4-amonium sebagai antihelmintic (zat pembunuh cacing) dan alkaloid yang berfungsi menurunkan tekanan darah dan mengobati penyakit rematik.

Nilai energi Caulerpa racemosa kebanyakan dikontribusikan oleh karbohidrat dan protein karena nilai total lipid rendah (2,06% DW). Oleh karena itu, alga ini cocok sebagai makanan diet untuk menurunkan obesitas.

Penelitian itu juga menyebutkan Caulerpa racemosa dari Indonesia memiliki insoluble dietary fiber yang lebih tinggi dibanding Caulerpa racemosa yang berasal dari Jepang. Insoluble dietary fiber mengandung selulosa dan hemiselulosa yang bermanfaat dalam pencegahan konstipasi, hemoroid dan colitis. Fiber juga sangat cocok bagi penderita obesitas dan diabetes mellitus.

Data pemerinta Provinsi Kepri menunjukan potensi perikanan daerah yang 90 persen adalah laut ini belum dikelola maksimal. Potensi perikanan Kepri seharusnya bisa mencapai 1,1juta ton per tahun, tetapi baru termanfaatkan 3,3 persen saja. Diharapkan membudididayakan latoh atau anggur laut bisa meningkatkan potensi perikanan Kepri.

 

Exit mobile version