Mongabay.co.id

Diintimidasi Kapal Penjaga Pantai China, Nelayan Natuna Teriak NKRI Harga Mati

 

Seorang nelayan tradisional Natuna Dedi (38 tahun) merekam kapal penjaga pantai China (China Coast Guard/CCG) melintas di hadapan mereka, Kamis (8 September 2022) lalu. Dalam video tersebut terlihat kapal dengan nomor lambung 5403 melaju perlahan.

“Yah, dia (kapal CCG) mau memutar haluan kapal kami, jangan takut, haluan lurus, NKRI harga mati,” ujar Dedi dalam video berdurasi 1 menit 19 detik yang diterima Mongabay Indonesia, Senin, 12 September 2022.

Dia memperlihatkan monitor GPS di kapalnya yang menunjukkan titik koordinat keberadaan kapal penjaga pantai China itu, yaitu 06 15 393 N, 109 37 324 E. Lokasi itu tepat berada di kawasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.

Dedi menceritakan, kapal CCG itu tidak hanya melintas tetapi menghadang kemudian mengitari kapal Dedi selama 15 menit. “Saya mau melintas menuju koordinat satu lagi, dia datang dari depan menghadang saya, kemudian mengelilingi saya, ibarat kita bawa motor, dikelilingi orang, bagaimana rasanya,” jelasnya.

Kapal CCG itu seolah-olah menganggap ZEE Indonesia itu adalah wilayah mereka, sehingga nelayan kecil dianggap tidak boleh melaut disitu. Bahkan saat berlabuh pada malam hari, kapalnya kembali didekati oleh kapal patroli China itu.

“Bagi saya kalau masih (di perairan) Indonesia, saya berani mati,” katanya. Dedi merupakan nelayan lokal Natuna yang memiliki kapal berukuran dibawah 30 gross tonnage. Ia sedikit dari ratusan nelayan yang ada di Natuna berani melaut ke perbatasan ZEE Indonesia untuk mencari ikan menggunakan pancing ulur.

baca : Ironis, Nelayan Natuna Terusir di Laut Sendiri karena Kapal Asing

 

Tangkapan layar video nelayan memperlihatkan kapal penjaga pantai China berpatroli di perairan ZEE Indonesia. Sumber : video Dedi nelayan Natuna

 

Ketua Aliansi Nelayan Natuna (ANN) Hendri menyebut tindakan kapal CCG kepada Dedi merupakan tindakan intimidasi. Pasalnya, kapal CCG itu tidak hanya melintas damai tetapi sudah melakukan manuver dengan cara memutari kapal nelayan. “Ini intimidasi agar kapal (nelayan) Natuna bergeser,” kata Hendri, Senin, 12 September 2022

Peneliti Senior Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) Imam Prakoso membenarkan keberadaan kapal CCG di perairan ZEE Natuna berdasarkan pemantauan citra satelit analisis data perangkat identifikasi otomatis (automatic identification system/AIS).

“Cocok dengan video temuan nelayan, ini kapal (CCG) tidak sekadar lewat, tetapi patroli, keluar masuk, mondar-mandir. Kalau melintas, grafik akan garis lurus,” kata Imam

Kapal CCG ini kata Imam, sudah jauh keluar dari ZEE mereka. Menurut Imam, tindakan kapal ini sepertinya langkah China menunjukkan klaim mereka terhadap Nine Dash Line di perairan Natuna. Untuk diketahui, sampai saat ini pemerintah Indonesia tidak mengakui Nine Dash Line atau sembilan garis putus-putus yang diklaim China tersebut.

baca juga : IOJI: Ada Dugaan Kapal Patroli Vietnam Lindungi Illegal Fishing di Natuna

 

Peta pergerakan kapal penjaga pantai China di perairan ZEE Indonesia di Laut Natuna Utara. Sumber : IOJI

 

Kapal Asing Semakin Marak

Dedi juga menunjukkan intrusi kapal ikan asing (KIA) di Laut Natuna Utara. Bahkan dia menduga tidak hanya berasal dari Vietnam, tetapi juga ada KIA China hingga Taiwan. “Kapal asing itu tidak pernah lari dari sana, mereka di Natuna Utara sepanjang waktu, mereka pasti bermain di lintang 6 bujur 109,” katanya.

Dedi juga melihat KRI Kapitan Patimura (371) di lokasi yang berdekatan dengan kapal trawl Vietnam. Ia yakin kapal patroli Indonesia pasti bertemu dengan kapal-kapal trawl tersebut. “Tidak mungkin kapal patroli tidak jumpa, saya saja bisa jumpa,” katanya.

Dedi merincikan temuannya ketika melaut awal September 2022 di Natuna yaitu pada 1 September 2022 bertemu kapal KRI Patimura dan KIA asing. Kemudian pada 3 September 2022 menemukan tiga kapal China. Pada 6-7 September 2022 kapal lengkong Vietnam dan tanggal 8 September 2022 menemukan kapal CCG.

Terakhir, ia menunjukan video ditemukannya puluhan rumpon milik kapal Vietnam di Laut Natuna Utara. “Dimana ada karang, disitu ada rumpon mereka (KIA Vietnam),” katanya.

Semua keterangan Dedi dikonfirmasi lagi oleh Imam melalui analisis AIS yang sama. Ia menemukan pada tanggal 1 September 2022 terdapat dugaan puluhan KIA Vietnam di Natuna Utara pada titik yang sama dengan video nelayan.

Imam mengatakan, pada koordinat tersebut memang menjadi spot KIA Vietnam mencuri ikan di Natuna. “Ini titik-titik hijau yang terlihat di satelit diduga kapal Vietnam, kalau kita zoom mereka bergandengan dengan arti menggunakan alat tangkap trawl dua kapal,” kata Imam sambil menunjukan hasil pemantauan AIS yang dilakukannya.

Dalam pemantauan melalui AIS, juga ditemukan KRI Patimura berada di laut Utara Natuna berdekatan dengan konvoi kapal asing Vietnam tersebut. “Kalau KRI bergeser sedikit saja, banyak yang tertangkap itu,” kata Imam.

perlu dibaca :  Banyak Kapal Asing di Natuna, Sayangnya Patroli Laut Terbatas

 

 

Patroli Bersama di Natuna Harus Dilakukan

Menurut Dedi patroli Indonesia sangat lemah, sehingga kapal Vietnam bisa menanam rumpon di Natuna. Sedangkan di Malaysia, beberapa hari lalu kapal kecil Indonesia yang sedang memancing ditangkap dan dibawa ke darat. Sampai saat ini nelayan tersebut belum kembali ke Natuna.

“Kapal kecil saja, ditangkap Malaysia, ini kapal negara lain yang berukuran besar dan merusak bebas saja di Indonesia. Berarti kita di wilayah Indonesia ini lalai soal patroli,” ujarnya.

Ketua ANN Hendri mengatakan, KIA masih marak pada posisi yang disampaikan nelayan tersebut. “Bayangkan saja kapal ikan China itu hanya 31 mil dari Pulau Laut, kapal ikan Vietnam rata-rata 38 mil dari Pulau Laut,” kata Hendri.

Selama ini, kata Hendri, nelayan Natuna rutin menemukan kapal ikan asing mencuri ikan di Natuna Utara. Belakangan laporan nelayan berkurang karena nelayan Natuna terpaksa berpindah melaut ke Malaysia dan Brunei Darussalam, sehingga Laut Natuna kosong.

Hendri menjelaskan, nelayan pindah melaut bukan tanpa alasan, disebabkan karena maraknya KIA trawl di Natuna. Membuat nelayan lokal tidak punya tempat lagi di laut mereka sendiri untuk mencari ikan. “Baru-baru ini kapal nelayan lokal Natuna ditangkap di Malaysia, jadi nelayan kita kembali melaut ke Natuna, sehingga mendapatkan video-video yang dikirimkan itu,” katanya.

Ia berharap pemerintah Indonesia untuk segera melakukan tindakan mengusir kapal ikan asing yang mencuri dan merusak laut Natuna. Sehingga, nelayan lokal tidak perlu lagi mencuri ikan ke Malaysia dan Brunei Darussalam.

perlu dibaca : Patroli Bersama Belum Jangkau Laut Natuna Utara. Kenapa?

 

Puluhan pasukan kapal patroli Indonesia berbaris di depan salah satu armada kapal milik Bakamla yaitu KN Pulau Dana. Bakamla sudah menggelar patroli bersama, namun patroli belum menyentuh perairan Laut Natuna Utara. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Imam Prakoso juga berharap patroli aparat Indonesia perlu lebih tegas di Laut Natuna Utara sesuai amanat PP No.13/2022 tentang Penyelenggaraan Keamanan, Keselamatan, dan Penegakan Hukum di Wilayah Perairan Indonesia dan Wilayah Yurisdiksi Indonesia.

Patroli juga harus sampai ke ZEE Indonesia seperti yang dilakukan kapal penjaga pantai China. “Didalamnya PP itu kan ada patroli bersama dilakukan Bakamla, kalau patroli tegas itu dilakukan akan memberikan efek jera,” katanya.

Saat dikonfirmasi Direktur Pemantauan dan Operasi Armada Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (PSDKP-KKP) Pung Nugroho Saksono mengatakan, telah menerima laporan nelayan mengenai keberadaan kapal asing yang meresahkan nelayan Natuna. “Kami sudah mendapatkan laporan, kami dari KKP sudah mengirim kapal pengawas PSDKP,” kata Pung, Senin, 12 September 2022.

Ipung juga menyampaikan PSDKP baru melakukan penangkapan dua kapal ikan Vietnam di Laut Natuna. “Sekarang (KIA Vietnam) masih dalam perjalanan dikawal ke Pontianak,” katanya.

Begitu juga yang dikatakan kepala Bagian Humas dan Protokol Badan Keamanan Laut (Bakamla) Kolonel Wisnu Pramandita mengatakan, Bakamla saat ini sedang melakukan pengecekan ke Laut Natuna Utara. “Sedang kita cek ke sana,” kata Wisnu singkat, Selasa, 13 September 2022.

 

Exit mobile version