Mongabay.co.id

Hewan Laut Paling Terancam Kepunahan Lokal

 

Beberapa populasi spesies laut paling ikonik saat ini menuju kepunahan lokal. Menurut Daftar Merah versi lembaga konservasi dunia, International Union for Conservation of Nature (IUCN), setidaknya 37 persen dari didominasi spesies hiu dan paus. Barangkali hanya soal waktu bagi mereka menuju kepunahan bila tidak dilakukan konservasi laut secara berkelanjutan.

Berikut ini empat spesies laut yang terdaftar sebagai terancam punah pada tahun 2023. Alasannya, populasi mereka cenderung turun di habitat alaminya.

  1. Vaquita

Lumba-lumba pemalu berukuran relatif kecil dengan panjang sekitar 150 cm (5 kaki) adalah vaquita (Phocoena sinus). Nama itu berasal frasa bahasa Spanyol ‘sapi kecil‘ karena bercak hitam yang khas di sekitar mata dan bibir mereka.

Vaquita adalah spesies mamalia laut yang paling terancam punah di dunia. Populasinya hanya 18 individu yang tersisa di Teluk California, Meksiko. Dengan jumlah yang terus menurun akibat kehilangan sumber pakan, upaya konservasi untuk melindungi spesies ini terbilang sulit dilakukan.

Penangkapan udang secara legal menyebabkan populasi vaquita menurun 67 persen antara tahun 1997 dan 2008. Akibatnya, perlahan namun pasti populasinya sudah kehilangan sekitar 400 individu.

baca : Di Ujung Kepunahan: Mamalia Laut Terkecil di Dunia Tersisa 10 Individu

 

Lumba-lumba vaquita yang sering dijuliki Panda Lautan. Kredit: THE YUCATAN TIMES via The Teleghraph

 

Pemicu lain adalah penangkapan ilegal untuk totoaba (Totoaba macdonaldi). Totoaba adalah salah satu makanan laut yang paling banyak dikonsumsi karea dianggap sebagai obat. Praktik semacam ini cenderung mempercepat laju kepunahan secara lokal. Alasannya, karena para nelayan mengabaikan larangan penangkapan ikan di area tanpa toleransi (Zero Tolerance Area/ZTA) yang dibuat untuk melindungi populasi kecil yang tersisa.

Ukuran populasi cetacea yang kecil dan kecenderungannya untuk menghindari kapal membuat vaquita sulit untuk diamati. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk memantau cetacea melalui program pemantauan akustik yang dibuat pada tahun 2011.

 

  1. Hiu sirip putih

Dengan sifatnya yang penuh rasa ingin tahu dan lebih menyukai perairan permukaan, hiu sirip putih samudra (Carcharhinus longimanus) sering kali ditangkap sebagai tangkapan sampingan. Hiu ini juga menjadi sasaran industri penyiripan hiu ilegal karena siripnya yang besar. Longimanus berarti ‘tangan yang panjang’ dan itu sangat berharga di pasar Asia untuk digunakan dalam sup sirip hiu.

Hidup di laut tropis di seluruh dunia, hiu sirip putih diketahui dapat mencapai panjang maksimum 4 meter. Hiu dengan semua ujung siripnya yang bulat berwarna putih merupakan salah satu hiu yang paling banyak diburu di dunia. Mereka adalah predator puncak yang lihai berbutu mangsa di permukaan.

baca juga : Hiu Greenland, Si Lamban yang Berumur Panjang

 

Seekor hiu sirip putih. Foto: Peter Collings | Deeplens.com

 

Pernah menjadi hiu dengan populasi terpadat di lautan, kini populasi hiu sirip samudra menyusut lebih dari 98 persen dalam 61 tahun terakhir. Sehingga menjadi satu-satunya spesies hiu yang dilindungi oleh empat Organisasi Pengelolaan Perikanan Regional (RFMO) yang berfokus pada perikanan tuna. Hiu ini juga ditambahkan ke dalam Apendiks II Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Terancam Punah (CITES) pada tahun 2013.

Penelitian dilakukan oleh berbagai organisasi, termasuk Cape Eleuthera Institute dan Institut Air dan Lingkungan Universitas Internasional Florida, untuk menemukan zona pembibitan tempat hiu putih aman berbiak. Dengan cara ini, reproduksi hiu sirip putih dapat dilindungi untuk melestarikan populasi di masa depan.

 

  1. Paus Sikat

Populasi paus sikat Atlantik Utara (Eubalaena glacialis) telah lama menghadapi ancaman dari manusia. Dianggap oleh sebagian orang sebagai paus yang ‘tepat’ untuk diburu karena mereka bergerak lambat.

Perburuan ini sudah dimulai pada awal tahun 1890-an. Mereka diburu untuk diambil lemaknya.

Meskipun perburuan paus telah dihentikan pada tahun 1980-an, Saat ini mereka rentan ditabrak oleh kapal. Kadang juga terperangkap jaring ikan hingga terganggu oleh suara keras dari aktivitas manusia.

IUCN memperkirakan bahwa populasi paus sikat Atlantik Utara mengalami peningkatan sekitar 2,8 persen setiap tahun antara tahun 1990-2011 setelah Komisi Penangkapan Ikan Paus Internasional mengeluarkan moratorium perburuan paus pada tahun 1986. Namun, populasinya dilaporkan telah menurun secara substansial sejak saat itu. Diprediksi populasinya tak lebih dari 200-250 individu dewasa.

baca juga : Terdampar di Pantai Batu Lobang, Paus Sikat Penuh Luka Itu Tak Tertolong

 

Seekor paus sikat. Foto : Georgia Department of Natural Resources

 

Upaya konservasi saat ini telah mencakup peraturan bagi kapal dan pesawat terbang untuk menjaga jarak setidaknya 500 meter dari habitat paus. Mereka menetapkan zona di lepas pantai New England dan tenggara Amerika Serikat sebagai habitat penting untuk mencari makan dan reproduksi. Aplikasi Peringatan Paus juga dibuat oleh International Fund for Animal Welfare (IFAW) untuk memberi tahu kapal tentang keberadaan paus sikat di dekatnya.

 

  1. Hiu Martil Begigi

Martil bergigi (Sphyrna lewini) dinamai sesuai dengan bagian depan kepalanya yang bergerigi atau bergigi. Hiu ini dapat ditemukan di perairan pesisir tropis di Samudra Atlantik, Samudra Hindia, Samudra Pasifik, dan Laut Merah.

Hiu martil adalah satwa soliter. Mereka kadang-kadang berkumpul dalam kelompok besar untuk alasan yang masih belum banyak dipahami oleh para ilmuan. Biasanya mereka berkelompok di tempat-tempat seperti Kepulauan Galapagos dan Pulau Cocos di Pasifik Timur.

Hiu jenis ini merupakan salah satu dari hiu-hiu yang terancam punah lantaran perburuan siripnya. Salah satu ancamannya, mereka diburu untuk mendapatkan minyak hati yang sangat berharga. Populasinya berkurang akibat penangkapan yang berlebihan, sehingga spesies ini masuk dalam daftar spesies yang terancam punah seperti sepupunya, martil besar (Sphyrna mokarran).

baca juga : Hati-hati dengan Paus Orca, si Pemakan Hati Hiu

 

Hiu martil. Sumber: Cdn.zmescience.com

 

Langkah konservasi diterapkan untuk membantu menambah populasi. Zona lindung telah diinisiasi di sebelah barat laut Kepulauan Galápagos. Zona itu seluas 30.000 km persegi tersebar di Cagar Alam Laut Galápagos untuk melestarikan koridor migrasi di Samudra Pasifik.

Rainforest Trust, sebuah perkumpulan penyelamat satwa berbasis di Amerika Serikat, juga telah menciptakan tempat perlindungan bagi martil bergigi di Golfo Dulce, Kosta Rika. Sebuah area perlindungan yang akan melestarikan pembibitan yang mendukung kelangsungan hidup dan reproduksi hiu martil bergigi.(***)

 

Sumber :  https://divemagazine.com  dan  www.livescience.com

 

 

Exit mobile version