- Porpoise vaquita (Sinus phocoena) adalah mamalia endemik di teluk California berstatus terancam kritis karena populasinya hanya tersisa 10 individu di Bumi.
- Mamalia laut yang mirip lumba-lumba ini populasinya menurun 98 persen dalam dua dekade terakhir.
- Habitat mamalia laut ini dengan berat sekitar 55 kg ini dirusak oleh penangkapan ikan dengan jaring insang ilegal di Teluk California.
- Porpoise vaquita adalah simbol dari keragaman unik yang ditemukan di Teluk California dan tidak ditemukan dibelahan Bumi manapun.
Porpoise vaquita adalah mamalia laut endemik di Teluk California. Kini hanya tersisa 10 individu di Bumi sehingga IUCN menetapkan sebagai satwa berstatus terancam kritis (critically endangered).
Porpoise dengan nama ilmiah Sinus phocoena ini populasinya menurun 98 persen dalam dua dekade terakhir. Hal tersebut diketahui berdasarkan data bahwa sekitar 570 vaquita hidup di tahun 1999. Kemudian tercatat hanya tinggal 10 individu di tahun 2019, berdasarkan menurut data dari United States Commission for Environmental Cooperation (CEC) pada 11 April 2022.
Kondisi ini sangatlah memprihatinkan. Habitatnya yang hanya berada di wilayah kecil seluas 1.500 mil persegi di Teluk California bagian utara Meksiko, dekat Kota San Felipe, sehingga perlu ditangani serius.
baca : IUCN Red List : 31 Jenis Satwa Punah dan Semua Lumba-lumba Air Tawar Terancam Punah
Pemerintah Meksiko dianggap gagal dalam menegakkan beberapa peraturan lingkungan secara efektif. Terutama mengenai pelestarian porpoise yang mirip lumba-lumba ini melalui pelarangan penggunaan bycatch gillnets atau jaring insang ilegal.
“Populasi vaquita telah menurun drastis selama beberapa dekade akibat penangkapan udang dan ikan yang tidak terkendali oleh penangkapan ikan ilegal untuk pasokan kebutuhan pasar internasional,” kata para peneliti dari CEC.
Habitat mamalia dengan berat sekitar 55 kg ini habitatnya dirusak oleh jaring berbentuk persegi panjang itu. Alhasil, vaquita sulit berkembang biak.
Menurut tim ahli biologi di Universitas California, Los Angeles, penyebab penurunan populasi vaquita adalah karena penangkapan ikan ilegal. Hewan ini hanya bisa bertahan hidup jika penggunaan alat tangkap jaring insang dihentikan.
Begitu juga kata Christopher Kyriazis, seorang mahasiswa doktoral Universitas California. Dari hasil penelitiannya baru-baru ini, ia mengungkapkan bahwa hewan ini tidak memiliki kelainan atau sakit yang diakibatkan faktor genetik. Adapun populasinya menurun murni disebabkan karena penangkapan iklan ilegal.
“Penangkapan ikan secara ilegal menjadi ancaman terbesar kelangsungan hidup mereka,” kata Christopher dilansir sciencedaily, Senin (16/5).
baca juga : Lumba-Lumba Mati Terdampar di Flores Timur. Bagaimana Populasi dan Jenisnya di Perairan Ini?
Porpoise yang panjangnya sekitar 1,5 meter ini sering ditemukan mati terjerat jaring yang digunakan pemburu untuk menangkap ikan totoaba. Ikan totoaba adalah ikan endemik California yang juga terancam punah.
Ikan totoaba bernilai jual tinggi di beberapa negara karena punya khasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Ikan totoaba sendiri adalah pakan alami dari vaquitas sehingga apabila habibatnya berkurang maka vaquitas juga terancam.
“Kantung kemih ikan totoaba kering diperdagangkan di pasar gelap untuk tujuan pengobatan tradisional, dan harganya yang lebih tinggi daripada kokain,” kata Phillip Morin, seorang ahli genetika di Pusat Perikanan Southwest dari National Oceanic and Atmospheric Administration’s (NOAA).
baca juga : Janji Setia Ric O’ Barry pada Pembebasan Lumba-lumba di Seluruh Dunia
Prediksi Waktu Kepunahan
Para peneliti dari Universitas California menganalisis genom dari 20 awetan lumba-lumba vaquitas yang hidup antara 1985 dan 2017. Mereka melakukan simulasi komputasi untuk memprediksi risiko kepunahan spesies selama 50 tahun ke depan.
Didapat kesimpulan bahwa jika penangkapan oleh gillnet bisa dihentikan, vaquita memiliki peluang pemulihan tinggi. Namun, jika praktik penangkapan ikan ilegal tetap berlanjut, mungkin manusia tidak akan lama lagi menjumpai lumba-lumba ini. Laporan penelitian ini telah dipublikasikan pada 6 Mei di jurnal Science.
Dilansir dari Washington Post, para peneliti mengatakan, bahwa data genom dari 20 vaquitas yang diteliti dan dianalisis menunjukkan bahwa spesies ini memiliki keragaman genetik yang rendah. Dampaknya yakni kepunahan secara lokal beresiko terjadi lebih cepat.
Dalam studi itu juga, para peneliti meneliti kesehatan genetik spesies yang menyimpang secara evolusioner dari kerabat terdekatnya sekitar 2,5 juta tahun yang lalu. Riset ini dilakukan untuk menjawab kekhawatiran dengan populasi sedikit itu akan berdampak mutasi disebabkan perkawinan sedarah yang berbahaya bagi kelangsungan hidup spesies.
“Data genom menunjukkan bahwa populasi vaquita sudah relatif kecil –sekitar 5.000 individu– selama ratusan ribu tahun sebelum kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Ini menjadikan keragaman genetik yang rendah sebagai sesuatu yang alami dari spesies tersebut,” kata Christopher.
Riset tersebut juga menunjukkan ada perkawinan sedarah yang relatif sedikit di antara vaquitas dan beberapa mutasi yang menyebabkan kelainan bentuk bawaan ketika perkawinan sedarah. Angka tersebut jauh lebih rendah dari 11 spesies cetacea lainnya yang telah dipelajari, termasuk paus biru.
Robert Wayne, seorang dosen dari Universitas California berpandangan vaquita adalah simbol dari keragaman unik yang ditemukan di Teluk California. Katanya, lumba-lumba muram itu mewakili garis keturunan evolusi yang unik. Sebab tidak ada spesies serupa di mana pun di dunia. Sementara apabila spesies ini punah akan mengganggu ekosistem predator penting yang berada di teluk California.