Mongabay.co.id

Sejauh Mana Keberlanjutan Perikanan Bandeng di Gresik? [1]

 

Kabupaten Gresik, Jawa Timur merupakan salah satu pusat produksi ikan bandeng (Chanos chanos) di Indonesia. Wilayah di kawasan timur laut Jawa ini menghasilkan ikan bandeng sekitar 39.545 ton per tahun. Adapun luas lahan tambak mencapai 32.000 hektare, sekitar 46 persen total luas tambak di Provinsi Jawa Timur.

Secara sosial, ikan bandeng di Gresik juga mendapat tempat tersendiri. Tiap tahun menjelang Hari Raya Idul Fitri, warga akan menggelar Pasar Bandeng selama tiga hari. Selama Pasar Bandeng tidak hanya ada jual beli, tetapi juga kontes ikan bandeng. Ini menunjukkan bahwa ikan bandeng tak hanya penting secara ekonomi, tetapi juga sosial.

Namun, sebuah riset oleh Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan bahwa budi daya bandeng di Kabupaten Gresik justru tidak memerhatikan aspek keberlanjutan secara ekologi, ekonomi, sosial, dan teknologi.

Liputan berseri ini ingin melihat bagaimana sebenarnya praktik budi daya bandeng oleh nelayan di Gresik. Apakah sudah berkelanjutan atau justru mengalami ancaman? Tulisan ini merupakan bagian pertama dari empat tulisan tentang praktik perikanan bandeng di Gresik.

***

 

Tiga hari terakhir bulan Ramadan selalu menjadi momen spesial bagi penambak ikan bandeng di Kabupaten Gresik. Selama tiga malam mereka akan mengadakan pasar tradisional ikan bandeng. Beberapa sumber menyebut tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun lalu, sejak zaman Sunan Giri.

Begitu pula pada tiga hingga satu hari menjelang Idul Fitri tahun ini. Ratusan penambak bandeng memenuhi arena di depan Pasar Baru Gresik pada Jumat akhir Mei lalu. Ada sekitar 70 lapak yang menjual ikan bandeng selama tiga malam itu.

Tiap malam selama Pasar Bandeng selesai sholat Tarawih dan menjelang Subuh itu, ikan bandeng pun ludes. Padahal, harganya lebih tinggi dibandingkan biasanya, sekitar Rp50 ribu – Rp55 ribu/kg. Bahkan ada yang menjual sampai Rp100 ribu/kg. Padahal pada hari biasa hanya Rp 40.000 atau bahkan kurang.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, malam pertama Pasar Bandeng di Gresik menjadi malam kontes bandeng. Bagi para penambak bandeng, inilah agenda tahunan paling bergengsi bagi pembudidaya bandeng.

baca : Ikan Bandeng Tanpa Duri. Bagaimana Rasanya?

 

Ikan-ikan bandeng yang diikutsertakan dalam Kontes Bandeng di Gresik akhir Mei lalu. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Pada Jumat (31/5/2019) itu, ada tiga penambak bandeng dari Gresik yang melaju ke babak final yaitu Syaifullah Mahdi dan Rizal Kamal, dua penambak dari Desa Pangkahwetan, Kecamatan Ujungpangkah, serta Muhammad Irfan dari Desa Watuagung Mengare, Kecamatan Bungah. Dua kecamatan ini terkenal sebagai penghasil utama bandeng di Gresik bersama Kecamatan Manyar.

Setelah ditimbang panitia, bandeng milik Irfan beratnya mencapai 5,3 kg. Milik Rizal seberat 5,6 kg. Terakhir, milik Mahdi seberat 5,8 kg. Maka, bandeng milik Mahdi pun dinyatakan sebagai juara kontes bandeng Kabupaten Gresik tahun ini.

Dengan predikat sebagai Juara I, Mahdi berhak mendapatkan hadiah uang tunai Rp15 juta. Adapun Juara II dan III mendapatkan hadiah Rp10 juta dan Rp5 juta. Toh, ketiga pemenang itu justru menyumbangkan uang itu ke pihak lain. Bagi mereka, uang bukan yang utama, tetapi rasa bangga.

“(Juara) ini hanya untuk prestise. Untuk kebanggaan. Kalau mencari hadiah, ya, tidak sesuai,” kata Mahdi.

Demi prestise itu, Mahdi rela membudidayakan ikan bandeng juaranya selama sembilan tahun. Ikan itu dia pindah-pindahkan tiap kali dia memanen setahun sekali. Ada blok khusus dia persiapkan selama sembilan tahun tersebut. “Masih ada 52 ekor lagi untuk kontes-kontes selanjutnya,” ujarnya.

baca juga : Foto : Merekam Kehidupan di Pelelangan Ikan Lamongan

 

Juara di Kontes Bandeng menjadi prestise bagi penambak ikan di Kabupaten Gresik. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Pentingnya Bandeng

Pasar dan kontes bandeng tiap menjelang Lebaran hanya salah satu indikator pentingnya posisi ikan berduri ini bagi warga Gresik, kabupaten di timur laut Jawa Timur ini. Secara kultur, warga Gresik menganggap Lebaran tidaklah lengkap tanpa olahan bandeng, misalnya bandeng bumbu bali atau kelan (sup) bandeng.

Secara sosial, bandeng pun menjadi identitas bagi warga kabupaten yang berbatasan dengan Kota Surabaya dan Kabupaten Lamongan ini. Tambak bandeng menjadi sumber pendapatan sebagian warga kabupaten yang dikenal sebagai pusat industri ini.

Gresik juga dikenal sebagai salah satu kabupaten sentra perikanan darat, termasuk bandeng. Dari data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gresik, yang dikutip peneliti Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, pada 2014 lalu jumlah produksi bandeng Gresik sekitar 39.545 ton. Adapun luas lahan mencapai 32.000 hektare.

Data terkait dan mirip berasal dari Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur. Dari 20.908 rumah tangga yang menggantungkan hidup dari perikanan budidaya tambak di provinsi ini hingga akhir 2017, 8.265 atau sekitar 40 persen di antaranya ada di Gresik. Setelahnya baru ada Sampang (2.095 rumah tangga) dan Sidoarjo (2.070).

Dari sisi luas tambak ikan, Gresik juga paling luas dibandingkan kabupaten lain di provinsi ujung timur Jawa ini. Luas tambak ikan di Gresik pada periode yang sama mencapai 15.601 hektare dari total 50.579 hektare tambak di Jawa Timur. Sidoarjo dengan luas tambak 15.220 hektare berada di bawahnya disusul Pasuruan (3.996 hektare).

menarik dibaca : Ekspor Tuna dari Indonesia, Amerika Serikat Tekankan Perikanan Berkelanjutan

 

Kontes Bandeng yang berlangsung sejak ratusan tahun lalu menunjukkan pentingnya bandeng bagi warga Gresik. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Gresik juga menjadi sentra produksi ikan tambak di Jawa Timur. Dari data yang sama, sepanjang 2017 lalu Gresik menghasilkan ikan dari budidaya tambak hingga 53.843 ton. Jumlah produksi ikan budidaya tambak Gresik hanya kalah dari Kabupaten Sumenep yang mencapai 89.579 ton. Namun, dalam lima tahun terakhir, jumlah itu terus meningkat dari 50.808 ton (2016), 49.709 ton (2015), 48.185 ton (2014), dan 47.895 ton (2013).

Namun, data dari DKP Kabupaten Gresik justru lebih besar dibanding itu. Menurut Kepala Dinas DKP Kabupaten Gresik Khairul Anam, luas lahan budidaya ikan bandeng di Kabupaten Gresik sekitar 130.000 hektar. Produksi bandeng tiap tahun hingga kisaran 139.000 ton dari tambak dan 24.000 ton dari tangkapan.

Namun, Khairul Anam tidak bisa memberikan data tertulis atau sumber resmi untuk memastikan akurasi data-data yang dia sebutkan saat wawancara itu.

perlu dibaca : Ini Contoh Sukses Perikanan Berkelanjutan dari Nelayan Skala Kecil

 

Suasana Pasar Bandeng menjelang Idul Fitri di Gresik yang dilaksanakan hanya setahun sekali. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Kualitas Ekspor

Karena tingginya jumlah produksi, Anam melanjutkan, ikan bandeng dari Gresik pun dijual ke luar pulau. Sebaliknya, Gresik justru membatasi masuknya bandeng dari luar daerah, seperti Sidoarjo dan Lamongan yang biasanya ikut membanjiri Gresik ketika Pasar Bandeng.

Bupati Gresik Sambari Halim Radianto beralasan pembatasan itu untuk meningkatkan pendapatan penambak Gresik di wilayahnya sendiri. “Untuk meningkatkan pendapatan petani tambak budi daya ikan, mulai tahun ini produksi-produksi budi daya bandeng selain Kabupaten Gresik tidak boleh jualan di sini. Jadi yang jualan ini orang Gresik semua,” katanya ketika membuka Pasar Bandeng.

Menurut Sambari masuknya ikan bandeng dari luar Gresik dikhawatirkan akan membuat bandeng dari Gresik justru tidak laku. “Jadi acara (Pasar Bandeng) ini untuk memberdayakan orang Gresik. Tidak membuat kaya orang lain,” lanjutnya.

Ketika pemerintah setempat melarang bandeng dari daerah lain untuk masuk, sebagian bandeng dari Gresik justru sudah masuk pasar internasional. Buktinya, menurut Anam, mereka sudah memenuhi kualitas ekspor ke Uni Eropa sebagai wakil produk bandeng Indonesia.

“Bandeng untuk bisa diekspor itu tidak sembarangan. Ada pemantauan produksi dari lahan, benih, pengelolaan, hingga pengolahan,” katanya.

baca : Perikanan Berkelanjutan, Pencapaian Diantara Banyaknya Tantangan. Begini Ceritanya..

 

Bagi warga Gresik, bandeng memiliki peran penting secara sosial budaya termasuk saat Idul Fitri. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Salah satu eksportir itu, menurut Anam, adalah PT Kelola Mina Laut, perusahaan pengolahan ikan yang berkantor di Gresik. Perusahaan ini mengekspor ikan segar dan olahan ke berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Jepang, Timur Tengah, dan Afrika.

Ikan-ikan berkualitas itu dihasilkan oleh nelayan dan penambak seperti Mahdi Sang Juara I Kontes Bandeng Gresik tahun ini.

Namun, tak semua penambak bandeng di Gresik bisa beruntung seperti Mahdi yang memiliki lahan hingga 32 hektar dan bobot ikannya bisa mencapai 5,8 kg. Para penambak lain di Gresik memiliki lahan rata-rata hanya 1-2 hektar. Dengan lahan lebih kecil, penambak bandeng Gresik ini juga harus menghadapi sejumlah masalah mutakhir. Misalnya ancaman alih fungsi lahan dan pendapatan yang pas-pasan.

 

Selain produksinya yang banyak, bandeng Gresik juga dianggap berkualitas bagus sehingga bisa menembus pasar ekspor. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version