Mongabay.co.id

Alih Lahan Ancam Keberlanjutan Perikanan Bandeng di Gresik [2]

 

Kabupaten Gresik, Jawa Timur merupakan salah satu pusat produksi ikan bandeng (Chanos chanos) di Indonesia. Wilayah di kawasan timur laut Jawa ini menghasilkan ikan bandeng sekitar 39.545 ton per tahun. Adapun luas lahan tambak mencapai 32.000 hektare, sekitar 46 persen total luas tambak di Provinsi Jawa Timur.

Secara sosial, ikan bandeng di Gresik juga mendapat tersendiri. Tiap tahun menjelang Hari Raya Idul Fitri, warga akan menggelar Pasar Bandeng selama tiga hari. Selama Pasar Bandeng tidak hanya ada jual beli, tetapi juga kontes ikan bandeng. Ini menunjukkan bahwa ikan bandeng tak hanya penting secara ekonomi, tetapi juga sosial.

Namun, sebuah riset oleh Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan bahwa budi daya bandeng di Kabupaten Gresik justru tidak memerhatikan aspek keberlanjutan secara ekologi, ekonomi, sosial, dan teknologi.

Liputan berseri ini ingin melihat bagaimana sebenarnya praktik budi daya bandeng oleh nelayan di Gresik. Apakah sudah berkelanjutan atau justru mengalami ancaman? Tulisan ini merupakan bagian kedua dari empat tulisan serial tentang praktik perikanan bandeng di Gresik. Tulisan pertama bisa bisa dibaca disini.

***

 

Petani tambak di Bungah menimbang bandeng. Kecamatan ini termasuk salah satu sentra bandeng di Gresik, Jatim. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Lima tahun lalu, Gholib bisa mendapatkan panen ikan bandeng hingga 1,5 ton dari 13 hektare lahan tambaknya di Desa Pecuk, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. Panen bandeng dia lakukan tiap satu tahun sekali.

Dari berton-ton hasil panen, Gholib mengaku kini dia hanya dapat dalam hitungan kuintal. Dari 3 hektare yang dia kelola saat ini dia mengaku mendapatkan sekitar 3,5 kuintal tiap kali panen.

Pokoke biyen iku sampe ton-tonan nek panen. Saiki paling mung kintalan,” katanya dalam bahasa Jawa.

Penurunan hasil panen bandeng, menurut bapak tiga anak tersebut, seiring dengan makin banyaknya pabrik di sepanjang jalan raya Gresik-Lamongan, dua kabupaten di Jatim ke arah pantai utara Jawa. Hadirnya pabrik-pabrik itu tidak hanya mempengaruhi cuaca di kawasan tambak, tetapi juga mematikan aliran air. Padahal, air amat penting dalam budidaya ikan tambak.

Lima tahun terakhir, pabrik memang makin banyak berdiri di kanan kiri jalan antarkabupaten ini menuju Kabupaten Lamongan bagian utara ini. Begitu pula dengan pergudangan dan pelabuhan. Salah satu yang terkenal adalah Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), kawasan industri terintegrasi di atas lahan seluas 3.000 hektare.

Pembangunan proyek yang diklaim sebagai kompleks industri terpadu pertama di Indonesia itu dilakukan termasuk dengan menguruk lima sungai di kawasan itu. Akibatnya, penambak tidak bisa mengairi tambak bandeng dan udang mereka. Warga Kecamatan Manyar dan sekitarnya pun protes.

“Sekarang banyak tambak yang tidak dapat air saat laut pasang, sebab sungainya sudah diuruk,” kata Abdul Rahman Ubait, ketika protes ke Kantor Kecamatan Manyar pada November 2015 lalu sebagaimana ditulis Beritagresik.

Karena air laut tidak bisa lagi mengalir hingga ke tambak, menurut Abdul, ikan di tambak pun mati.

baca : Sejauh Mana Keberlanjutan Perikanan Bandeng di Gresik? [1]

 

Kecamatan Manyar termasuk salah satu pusat budidaya bandeng di Gresik yang terancam masa depannya karena masifnya alih fungsi lahan untuk industri. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Gholib termasuk petani tambak yang mengalami dampak buruk akibat makin banyaknya industri di sekitar tambaknya. Dia pun pindah ke tambak barunya di desanya sendiri, Betoyoguci di kecamatan sama. Status lahannya tetap milik orang lain dengan sistem bagi hasil. Di lahan seluas 3 hektare itu, Gholib membudidayakan bandeng dan udang vaname.

“Untuk sekarang, udang lebih menghasilkan dibandingkan bandeng,” ujarnya.

 

Lahan Berkurang

Kian berkurangnya lahan tambak bandeng di Gresik diakui Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Gresik Chairul Anam. Dari semula 132.000 hektare luas tambak di Kabupaten Gresik, berkurang menjadi 130.000 hektare karena proyek JIIPE seluas 2.000 hektare.

Angka itu hanya dari satu proyek. Padahal, proyek industri terus bermunculan di kawasan tambak. Secara kasat mata, hamparan tambak itu kini sebagian besar sudah beralih jadi kawasan industri, pergudangan, ataupun pemukiman terutama di Kecamatan Manyar.

Manyar termasuk salah satu kecamatan pusat budi daya ikan di kabupaten ini selain Ujungpangkah, Bungah, dan Duduksampeyan. Data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gresik hingga 2017 lalu menunjukkan luas tambak payau di Manyar mencapai 3.123 hektare. Adapun Duduksampeyan 4.578 hektare, Ujungpangkah 4.362 hektare, dan Bungah 2.989 hektare.

Tambak payau merupakan habitat bandeng Gresik. Semua tambak bandeng di kabupaten ini berada di kawasan air payau.

baca juga : Foto : Merekam Kehidupan di Pelelangan Ikan Lamongan

 

Petani tambak bandeng di Kecamatan Manyar dengan latar belakang pabrik di dekat tambaknya. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Meskipun dari luas lahan tambak berada di urutan keempat dibandingkan kecamatan lain, Manyar justru menghasilkan bandeng lebih banyak dibandingkan Ujungpangkah dan Bungah. Hingga 2017 lalu, Manyar menghasilkan 11.004 ton ikan dari tambak payau. Jumlah itu hanya kalah dari Duduksampeyan (13.420 ton). Adapun Ujungpangkah sebanyak 9.1138 ton dan Bungah 8.554 ton pada tahun yang sama.

Penelitian Nuning Masbakha, mahasiswa Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya pada 2016 mendukung fakta tingginya alih fungsi lahan tambak di Manyar akibat industri tersebut.

Nuning melakukan penelitian di lima desa Kecamatan Manyar yaitu Desa Banyuwangi, Manyarejo, Manyarsidorukun, Manyarsidomukti, dan Sukomulyo. Selain wawancara dengan warga setempat, metode lain yang dia gunakan adalah membandingkan data Google Earth untuk periode tahun 2005, 2010, dan 2016.

Hasilnya, perubahan paling masif terjadi pada periode 2016 akibat pembangunan pelabuhan dan kawasan industri. Dari 895,9 hektare lahan di lima desa itu berkurang hingga 16,2 persen atau 157 hektare. Padahal pada tahun 2005 perubahannya hanya 1,21 persen sedangkan pada 2010 seluas 3,13 persen.

“Pola perubahan lahan di Kecamatan Manyar adalah perembetan memanjang atau linier mengikuti jalan raya,” demikian kesimpulan penelitian tersebut.

penting dibaca : Ditentang Aktivis Lingkungan, Pemprov Jatim Tetap Dukung Freeport Bangun Smelter di Gresik

 

Alih fungsi lahan tambak di Gresik bersifat linier, memanjang di sekitar jalan raya. Foto : Anton Muhajir/Mongabay Indonesia

 

Namun, menurut Chairul Anam, alih fungsi lahan tambak menjadi industri itu memang bagian dari perencanaan pembangunan di wilayahnya. “Dalam RTRW (Rencana Tata Ruang dan Wilayah) memang ada penggunaan lahan untuk industri, baik polutan maupun non-polutan. Lahan tambak budi daya yang kurang produktif kita pakai untuk industri,” katanya.

Meskipun demikian, Anam mengatakan, luas kepemilikan tambak bandeng oleh warga Gresik justru bertambah. Alasannya, hasil penjualan lahan di Gresik kemudian digunakan untuk membeli lahan serupa di tempat lain, seperti Tuban (Jatim), Juwana (Jateng), bahkan Sulawesi.

Hal itu terjadi, lanjutnya, karena nilai jual tambak di Gresik memang lebih mahal dibandingkan daerah-daerah itu. Penjualan 100 meter persegi lahan tambak di Gresik, menurut Anam, bisa untuk membeli 1.000 meter persegi di tempat lain. Penjualan lahan seluas 5 hektare di Gresik bahkan bisa mendapatkan 40 hektare di luar Pulau Jawa.

“Kita akhirnya justru menguasai tambak di daerah lain,” katanya.

perlu dibaca :  Kali Surabaya Tercemar, Ibu-Ibu PKK di Gresik Berkomitmen Jaga Sumber Air Mereka

 

Panen ikan bandeng dari Gresik, Jatim. Bandeng merupakan ikan yang hidup di air payau. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Alih Pekerjaan

Nyatanya, berkurangnya lahan tambak di Kecamatan Manyar bisa mengancam keberlanjutan budi daya bandeng di Gresik. Dampak dari perubahan fungsi tambak itu, masih dari penelitian Nuning, adalah juga beralihnya pekerjaan warga dari penambak ikan menjadi pedagang dan penyedia jasa kos.

Penelitian lain oleh Tri Fatma Syarifah pada 2016 menunjukkan bahwa warga Desa Banyuwangi, Kecamatan Manyar kini banyak yang beralih ke pekerjaan lain, seperti sopir angkutan umum, buruh pabrik, penjaga toko, dan lain-lain.

Gholib, petani tambak di Desa Betoyoguci, pun tidak terlalu yakin dengan masa depan perikanan bandeng di desanya sendiri maupun Kecamatan Manyar. Sebagai salah satu yang terkena dampak langsung perubahan alih fungsi lahan, dia juga kini terkena dampak lain, pencemaran oleh pabrik di lahan barunya.

Persis di sebelah 3 hektare tambak yang dia kelola saat ini juga berdiri pabrik baru. Dia tidak tahu pabrik apa di sebelah lahannya, tetapi dia mengaku air di tambaknya makin panas dan tercemar.

Hal serupa terjadi di Kecamatan Duduksampeyan. Petani tambak di kecamatan ini makin berkurang hasilnya setelah makin banyak industri di kawasan tersebut. Khoirul Ulum, petani tambak di Desa Setro, mengatakan pada tahun 2000an, 1 hektare tambak bisa menghasilkan 1,2 ton. Sekarang, 2 kuintal saja sudah bagus.

“Saya tidak menuding, apakah ada hubungannya dengan hadirnya pabrik disini. Yang pasti produksi ikan memang turun karena kualitas air merosot,” katanya seperti ditulis Radar Surabaya Oktober 2017 lalu.

menarik dibaca : Pulihkan Mangrove di Pesisir Lamongan, Burung-burung Datang Kembali

 

Maraknya pembangunan industri mengubah alih fungsi tambak ikan bandeng di Gresik, Jatim. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Seperti Khoirul, Gholib juga tak berani menuding langsung industri sebagai penyebab menurunnya panen bandeng di tambaknya. Dia hanya tahu bahwa jumlah panen bandeng dari berton-ton kini hanya berkisar kwintal.

Karena itu, Gholib pun tak ingin anaknya nanti menjadi petani tambak. Dia berharap anaknya nanti bekerja di pabrik setelah lulus SMA. Padahal, dia sendiri keluar dari pabrik setelah sempat menjadi buruh. “Masa depan lebih baik ada di pabrik. Karena tambak sudah tidak ada lagi. Sudah berganti jadi pabrik,” katanya.

 

Exit mobile version