Mongabay.co.id

Sejak 1974, Pari Gergaji Sentani Tidak Terlihat Lagi

 

 

Danau Sentani merupakan satu dari 15 danau di Indonesia yang dinyatakan kritis. Danau dengan luas 9.360 hektar itu merupakan yang terbesar di Papua, dan memiliki banyak mitos bagi masyarakat penghuni sekitar.

Tahukah Anda, bila Danau Sentani memiliki keunikan yang belum tentu ditemukan di danau lainnya? Salah satunya adalah adanya hiu gergaji [Pristis microdon].

“Danau Sentani dulunya ada spesies hiu gergaji yang hidup di sana. Ikan ini sebenarnya ikan air asin yang sukses beradaptasi dengan perairan air tawar. Ikan ini lebih populer dikenal sebagai hiu gergaji sentani, karena ikan endemik Danau Sentani, Papua,” ungkap Hari Suroto, peneliti senior pada Balai Arkelogi Papua, kepada Mongabay Indonesia, Minggu [21 Maret 2021].

Baca: Ditemukan, Dua Spesies Baru Hiu Gergaji

 

Bentuk seperti gergaji pada bagian tubuh pari gergaji ini berada di museum Papua. Ikan endemik Danau Sentani ini terakhir kali ditemukan pada tahun 1974. Foto: Dok. Hari Suroto/Balai Arkeologi Papua

 

Ciri khasnya adalah moncong panjang seperti pedang dengan deretan gergaji kecil menyamping. Ikan gergaji memakan udang dan ikan-ikan kecil. Meski demikian, jenis ikan gergaji saat ini sudah tidak ditemukan lagi di sana.

Ikan ini terakhir ditangkap nelayan Sentani tahun 1974 dan setelah itu tidak pernah ada lagi penampakannya. Hilangnya ikan ini disebabkan oleh eksploitasi berlebihan, pencemaran air danau oleh limbah rumah tangga, dan penggunaan jaring insang [gill net].

Menurut dia, pada masa lalu, Danau Sentani merupakan bagian dari laut yang jauh menjorok ke darat. Kemudian terjadi pergerakan lapisan Bumi, sehingga Danau Sentani terpisah dari laut.

Lama kelamaan, Danau Sentani berubah dari berair asin menjadi tawar. Ikan gergaji pun turut beradaptasi dengan air Danau Sentani.

Baca: Melestarikan Hiu Gergaji untuk Keberlanjutan Ekosistem Laut

 

Pari gergaji di Danau Sentani atau biasa disebut hiu gergaji merupakan bagian dari kebudayaan Suku Sentani. Kini ikan ini hanya bisa dilihat di museum Papua. Foto: Dok. Hari Suroto/Balai Arkeologi Papua

 

Hari menegaskan, ikan gergaji sudah ada sejak masa prasejarah hingga kini, dan telah menjadi bagian dari budaya Suku Sentani. Motif ikan gergaji bisa dilacak pada gambar batu-batu Situs Megalitik Tutari yang ada di Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura.

Selain itu, Suku Sentani yang bermukim di Pulau Asei, menjadikan ikan gergaji sebagai objek lukisan kulit kayu mereka. Situs megalitik Tutari berada pada sebuah bukit seluas kurang lebih 60.000 meter persegi, pada ketinggian antara 30-300 meter di atas permukaan laut. Atau, sekitar 7 kilometer ke arah barat daya Distrik Sentani.

“Di lihat dari motifnya, usia gambar ikan di batu sekitar 1.300 tahun lalu. Bisa juga dibilang, ini adalah ikan purba dan sebagai bukti bahwa Danau Sentani dulu adalah laut. Gambar di batu itu sebagai media pemujaan pada roh leluhur, dengan harapan ketika mereka pergi mencari hiu gergaji di danau, akan mendapatkanya,” jelas Hari.

Baca juga: Mengenal Pari Gergaji: Dari Lima Jenisnya di Dunia, Empat ada di Indonesia

 

Motif pari gergaji pada Situs Megalitik Tutari yang berusia 1300 tahun. Foto: Dok. Hari Suroto/Balai Arkeologi Papua

 

Ikan gergaji adalah penghuni dasar berpasir atau berlumpur di perairan pantai yang dangkal, muara, dan sungai serta danau air tawar. Ikan gergaji dewasa biasanya ditemukan di muara dan yang anakan naik permukaan. Ikan dewasa berukuran besar juga dapat ditemukan di air tawar, tetapi jarang ditangkap.

Satwa ini memakan hewan bentik dan spesies ikan-ikan kecil. Bentuk gergaji pada mulutnya digunakan untuk menangkap dan menyerang mangsa serta untuk pertahanan dirinya. Diperkirakan, jenis ini punah di beberapa negara di wilayah Indo-Pasifik, dan sangat rentan terhadap jaring insang.

 

Motif pari gergaji yang terlihat di Situs Megalitik Tutari. Foto: Dok. Hari Suroto/Balai Arkeologi Papua

 

Sebelumnya, Dharmadi, peneliti pada Pusat Riset Perikanan, Badan Riset Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan, dalam tulisanannya di Mongabay menjelaskan, secara morfologi ikan ini memang bentuknya mirip seperti hiu. Namun jika diperhatikan detil, terdapat perbedaan spesifik antara jenis hiu dan pari yaitu tapis insangnya.

Jika kelompok jenis hiu posisi tapis insangnya berada di samping bagian kepala pada sisi kiri dan kanan, maka untuk jenis pari posisi tapis insang berada di bagian bawah [ventral]. Sehingga ia masuk jenis pari gergaji [sawfish]. Namun, bagi masyarakat awam pari gergaji ini sering disebut dengan hiu gergaji.

 

Motif pari gergaji pada tiang rumah tradisional obhee di Kampung Dondai, Danau Sentani bagian barat. Foto: Dok. Hari Suroto/Balai Arkeologi Papua

 

Menurutnya, sebelumnya para saintis menyebut terdapat tujuh jenis pari gergaji di perairan dunia. Penelitian terbaru dengan menggunakan uji DNA jumlahnya ditetapkan menjadi lima. Dua jenis teridentifikasi sebagai jenis yang sama dengan Pristis pristis [Faria et al, 2013].

Dari lima yang ada, maka empat jenis pari gergaji terdapat di perairan Indonesia. Berdasarkan hasil identifikasi melalui sampel rostum dan sirip ekor, tim studi menjumpai 4 jenis pari gergaji yang ada di Indonesia, yaitu: Anoxypristis cuspidata, Pristis clavata, Pristis zijsron, dan Pristis pristis [nama sebelumnya Pristis microdon atau yang dikenal sebelumnya dengan sebutan hiu gergaji sentani].

 

Bentuk pari gergaji Pristis pristis. Foto: David Morgan, Freshwater Fish Group & Fish Health Unit, School of Veterinary & Life Sciences, Murdoch, Australia/Shark References.com

 

Berdasarkan Peraturan Menteri LHK Nomor: P/106MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/20218 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, semua jenis pari gergaji ditetapkan dalam status perlindungan penuh. Jenis pari tersebut adalah: pari gergaji lancip, pari gergaji kerdil, pari gergaji gigi besar, dan pari gergaji hijau.

Artinya spesies ini tidak dapat dimanfaatkan kecuali untuk keperluan penelitian. Meski telah mendapat status dilindungi, namun sejauh ini tidak ada data dan informasi terkait status populasi dan penyebaran pari gergaji di Indonesia.

 

 

Exit mobile version