- Para peneliti berhasil mengidentifikasi dua spesies hiu baru di perairan Afrika bagian timur.
- Ukurannya 1 hingga 1.5 meter, masuk dalam kelompok yang disebut hiu gergaji enam-insang [sixgill].
- Hiu-hiu yang baru dikenali itu bernama hiu gergaji kaja [Pliotrema kajae] dan hiu gergaji anna [ annae].
- Hiu gergaji dikenal karena moncongnya yang panjang dan rata bertatahkan gigi. Mereka menggunakannya untuk menyerang dan memotong mangsa.
Para peneliti berhasil mengidentifikasi dua spesies hiu baru di perairan Afrika bagian timur. Makhluk-makhluk langka berukuran 1 hingga 1.5 meter tersebut masuk dalam kelompok yang disebut hiu gergaji enam-insang [sixgill]. Penemuan ini mengejutkan ilmuwan, yang sebelumnya hanya mengenal satu spesies saja.
“Penelitian ini [makin memperkuat] tak hanya betapa pentingnya Samudera Hindia barat dalam hal keanekaragaman hayati hiu dan pari, tetapi juga seberapa banyak yang tersisa dan menunggu kita temukan,” terang Simon Weigmann, ahli biologi kelautan di Elasmobranch Research Laboratory di Hamburg, Jerman, dilansir dari Popular Science.
Dia dan rekan-rekannya menuliskan temuan tersebut di jurnal PLoS ONE, edisi 18 Maret 2020.
Baca: Hiu Martil juga Bisa “Terbang”
Hiu gergaji dikenal karena moncongnya yang panjang dan rata bertatahkan gigi. Mereka menggunakannya untuk menyerang dan memotong mangsa. Hewan laut yang memiliki mulut mirip gergaji, dikenal sebagai ikan hiu todak [sawfish], tidak terkait sama sekali dengan hiu sixgill ini. Hiu todak sebenarnya adalah pari dan dapat tumbuh sepanjang 7 meter.
Sebagian besar hiu gergaji memiliki lima celah insang di setiap sisi tubuhnya, seperti yang biasa pada hiu. Sampai sekarang, satu-satunya spesies hiu gergaji yang diduga memiliki enam celah insang -dikenal sebagai Pliotrema warreni- ditemukan di perairan sekitar Afrika Selatan dan Mozambik selatan.
Baca: 10 Jenis Hiu “Aneh” yang Patut Anda Ketahui
Fitur tidak biasa ini tampaknya tidak memainkan peran penting dalam kelangsungan hidup hiu. “Kehadiran enam [atau tujuh] celah insang per sisi dianggap sebagai karakteristik hiu yang sangat primitif,” kata Weigmann. “Sepanjang yang kami ketahui, sepertinya tidak ada keuntungan bagi hiu-hiu tersebut memiliki enam celah insang.”
Petunjuk pertama bahwa P. warreni bukan satu-satunya gergaji enam-insang di laut datang pada 2017. Ketika itu, seorang nelayan di desa Andavadoaka di barat daya Madagaskar menghubungi rekan Weigmann, Ruth Leeney, di Natural History Museum, London, Inggris.
Saat itu, dia sedang mempelajari beberapa spesies ikan hias di Madagaskar. Nelayan memberi tahu dia, ada yang menangkap dua ekor pari. Ternyata, hewan tersebut adalah spesies hiu sixgill [enam-insang] yang sama sekali baru. Weigmann dan timnya mampu mengidentifikasi beberapa anggota spesies yang sebelumnya terabaikan ini dalam koleksi museum.
Kemudian pada 2017 dan 2019, beberapa rekan Weigmann kembali mengirimkan kepadanya dua hiu gergaji yang ditangkap nelayan, sebagai tangkapan sampingan di lepas pantai Zanzibar. Setelah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, para peneliti menyatakan spesimen tersebut merupakan spesies ketiga hiu gergaji enam-insang.
Baca: Pertama Kali di Indonesia, Ditemukan Hiu ‘Living Fossil’ Goblin di Aceh
Hiu-hiu yang baru dikenali itu bernama hiu gergaji kaja [Pliotrema kajae] dan hiu gergaji anna [P. annae] untuk menghormati putri dan keponakan Weigmann. Moncong mereka berbentuk sedikit berbeda dari moncong sepupunya, P. warreni.
Ketiga hiu tersebut memiliki organ mirip kumis yang disebut barbels, digunakan untuk mendeteksi makanan; yang juga bisa ditemukan pada ikan lele. Namun, kumis hiu yang baru ditemukan itu letaknya lebih jauh dari mulut. Tampaknya, tidak ada satu pun dari spesies hiu gergaji sixgill memiliki rentang tumpang tindih.
“Identifikasi dan deskripsi formal dua spesies baru itu sangat penting untuk mengevaluasi kelangkaan dan status populasi mereka. Juga, untuk menilai kerentanan terhadap operasi penangkapan ikan,” kata Weigmann.
Dia sangat prihatin dengan gergaji gergaji anna, yang hingga saat ini hanya terlihat di perairan dangkal. Lokasi yang mungkin membuatnya tertangkap nelayan dengan mudah, tidak sengaja.
Hiu gergaji memang masih menjadi misteri ilmu pengetahuan. Beberapa dari jenis ini diburu untuk dikonsumsi di seluruh dunia, dan hingga kini tidak banyak yang diketahui populasi keseluruhannya.
Dari 10 spesies saat ini, hanya tiga yang terdaftar oleh International Union for Conservation of Nature [IUCN] dengan tren populasi stabil. Para ilmuwan sama sekali tidak memiliki informasi yang cukup tentang 7 spesies yang lain untuk menentukan status konservasinya.
Mengingat ancaman global yang dihadapi satwa laut seperti hiu gergaji, saat ini mustahil mengetahui bagaimana spesies ini akan bertahan. Yang menakutkan, tidak ada pemahaman yang cukup tentang betapa pentingnya peranan mereka pada ekosistem laut dalam.
Penemuan ini cukup penting, mengingatkan manusia bahwa inilah saatnya para konservasionis, pembuat kebijakan, dan pemangku kepentingan bekerja sama, melindungi hewan-hewan ini dari kepunahan.