Mongabay.co.id

Hari Sawfish Internasional, Kesempatan Berbenah di Indonesia

 

Salah satu satwa laut yang unik dan hidup pada ekosistem laut Indonesia adalah pari gergaji. Sangat mudah mengenali satwa ini karena memiliki moncong yang panjang bergerigi dan mirip gergaji yang disebut dengan rostrum. Ciri yang menonjol itulah sehingga jenis ikan ini disebut pari gergaji atau sawfish. Menariknya lagi, dari lima jenis pari gergaji yang ada di Indonesia, empat di antaranya dapat ditemukan di Indonesia. Sayangnya, populasi pari gergaji kini terancam.

Secara global setiap tanggal 17 Oktober diperingati sebagai International Sawfish Day atau Hari Pari Gergaji Internasional. Berbagai organisasi konservasi global yang menaruh perhatian pada pari gergaji menyebut perayaan ini sebagai upaya untuk menyoroti dan meningkatkan kesadaran pada kita semua bahwa satwa ini sedang menghadapi tantangannya di laut dunia dan kini terancam punah.

Salah satu lembaga di Indonesia yang menaruh perhatian pada satwa ini adalah Sawfish Indonesia. Disebutkan bahwa pari gergaji merupakan salah satu jenis elasmobranchii, atau ikan bertulang rawan. Ikan ini termasuk jenis ikan demersal, yang berarti banyak menghabiskan waktu hidupnya di dasar perairan. Pari Gergaji hidup di perairan pesisir yang dangkal dan hangat bahkan dengan kondisi keruh dan berlumpur. Selain itu, pari jenis ini sangat toleran dengan salinitas, sehingga dapat hidup baik di air laut, air payau, dan air tawar.

baca : Mengenal Pari Gergaji: Dari Lima Jenisnya di Dunia, Empat ada di Indonesia

 

Seekor pari gergaji. Foto : internationalsawfishday.org

 

Sawfish Indonesia menjelaskan bahwa di beberapa wilayah di Indonesia, pari gergaji lebih dikenal dengan sebutan lokal seperti Hiu Gergaji, Hiu Sentani, dan Mangewang Gergaji. Penyebutan pari gergaji sebagai hiu gergaji dikarenakan bentuk tubuhnya yang sangat mirip dengan hiu. Namun, terdapat beberapa ciri khusus yang membedakan ikan ini dari hiu yaitu letak insang, ukuran tubuh, dan habitatnya. Pari gergaji memiliki insang yang terletak di bawah tubuhnya, sedangkan hiu gergaji memiliki insang yang terletak di samping tubuhnya. Tubuh pari gergaji cenderung lebih besar hingga ukuran maksimal mencapai 7 m, sedangkan hiu gergaji relatif kecil dengan ukuran  maksimal hanya mencapai 1,5 m.

“Habitat pari gergaji yaitu perairan pesisir yang dangkal, sedangkan hiu gergaji ditemukan di perairan dalam di laut lepas dan belum ada laporan penemuan hiu gergaji di Perairan Indonesia,” tulis para pemerhati pari gergaji di Sawfish Indonesia.

Dijelaskan lagi kalau pari gergaji memiliki peran yang penting sebagai penyeimbang rantai makanan di ekosistem laut. Mereka bergerak di sekitar endapan dan mencari mangsa dengan menggali substrat dasar perairan. Hal ini membuat ikan-ikan lain juga lebih mudah dalam menemukan mangsa. Selain itu, pari gergaji juga memiliki nilai budaya yang tinggi di beberapa wilayah di dunia. Salah satunya yaitu di Papua dibuktikan dengan adanya lukisan pari gergaji dari Danau Sentani, dan diyakini bahwa pari gergaji sebagai roh yang kuat.

baca juga : Sejak 1974, Pari Gergaji Sentani Tidak Terlihat Lagi

 

Seekor pari gergaji. Foto : internationalsawfishday.org

 

Apa yang harus dibenahi?

Fahmi, peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan, pada momen hari sawfish internasional kali ini, bisa digunakan untuk lebih mensosialisasikan pentingnya perlindungan sawfish dan manfaat pelestariannya bagi masyarakat luas, khususnya di kalangan muda, akademisi atau pihak pemangku kepentingan yang belum mengenal biota ini secara langsung.

“Sehingga makin banyak pihak yang mengetahui dan memahami pentingnya menjaga kelestariannya di alam serta paham akan aturan yang berlaku di Indonesia,” ujar Fahmi kepada Mongabay Indonesia.

 Menurutnya sawfish di Indonesia statusnya sudah dilindungi penuh sejak tahun 1999 berdasar PP Nomor 7 yang kemudian diperbaharui oleh Permen LHK 106/2018 dan Kepmen KP Nomor 1/2021. Dasar dari penentuan status perlindungan itu karena kondisi kelestarian biota ini yang sudah sangat terancam karena sebaran dan habitatnya yang sangat terbatas, jumlah populasinya yang sedikit dan sifat biologinya yang sangat rentan terhadap kepunahan.

“Di masa lalu penangkapannya di Indonesia tidak dikontrol sama sekali sehingga di beberapa tempat sudah mengalami kepunahan. Sekarang ini sangat sulit menjumpai sawfish hidup di alam Indonesia, yang ada hanya sisa gergajinya saja yang bisa ditemui sebagai pajangan. Oleh karena itu sudah sewajarnya kelompok ikan ini dilindungi secara penuh di Indonesia,” Fahmi menjelaskan.

perlu dibaca : Melestarikan Hiu Gergaji untuk Keberlanjutan Ekosistem Laut

 

Seekor pari gergaji. Foto : internationalsawfishday.org

 

Ranny R. Yuneni, shark and ray conservation specialist dari Yayasan WWF Indonesia, mengungkapkan, sebenarnya sawfish bukan merupakan tangkapan utama untuk spesies ini, namun sering tertangkap secara tidak sengaja atau bycatch karena moncongnya yang berbentuk gergaji (rostrum) sering tersangkut jaring. Kondisi lainnya spesies ini semakin terancam karena perubahan habitat di perairan tertentu.

Menurutnya dalam tangkapan bycatch tersebut walau tetep ada kemungkinan lolos dan tetap hidup, namun tetap bisa juga mati atau dalam keadaan pingsan, ditambah tidak dilakukan penanganan pelepasan. Sementara untuk perdagangan jenis ikan ini kemungkinan tidak ada karena statusnya sudah dilindungi. Hanya saja peminat pada sawfish karena rostrum atau moncongnya yang seperti gergaji dipercaya untuk simbol penghalau keburukan atau perlindungan, bahkan ada yang menganggap sebagai simbol kemakmuran.

“Kami tidak ada data soal pasar ikan ini. Tetapi kalau masih ada perdagangannya, maka pasti ada demand-nya, dan kami dengar ada beberapa mitos seputar moncong yang dipercaya oleh kelompok-kelompok tertentu,” tutur Ranny.

baca juga : Ditemukan, Dua Spesies Baru Hiu Gergaji

 

Hiu gergaji. Sumber: Sharkdom.weebly.com

 

Pada momen memperingati hari sawfish internasional, menurut Ranny ada beberapa hal yang menjadi catatannya agar bisa dilakukan. Yaitu perlindungan habitat kritis sawfish yang diintegrasikan dalam pengelolaan kawasan konservasi di daerah atau provinsi, dan diperlukan inovasi teknologi bycatch untuk mengurangi tangkapan sampingan dari satwa unik ini.

Seperti ditulis sebelumnya, pada tahun 2007, konvensi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam (CITES) menetapkan semua jenis pari gergaji masuk dalam daftar Apendiks I alias sudah dilarang untuk diperdagangkan secara internasional dalam bentuk apapun. Selain CITES, IUCN juga sudah memasukkan pari gergaji ke dalam daftar merah karena masuk dalam spesies dilindungi dan populasinya dalam kondisi terancam punah. Penetapan tersebut, diakui sebagai pendekatan global yang paling komprehensif dan obyektif.

 

Exit mobile version