Kala event internasional, Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) sedang berlangsung di Manado, Selasa-Senin (20-26/08/13), sejumlah elemen masyarakat yang menggabungkan diri dalam Forum Rakyat Selamatkan Pulau Bangka berdoa bersama di Tugu Boboca, Manado, Rabu (21/08/13).
Mereka protes masuknya perusahaan tambang karena mengancam kelestarian lingkungan di pulau itu. Pulau Bangka, kaya terumbu karang dan biota laut. Kekecewaan bertambah, karena warga menang gugatan di PTUN Makassar, tetapi izin tambang tak juga dicabut.
Doa bersama ini dihadiri sekitar 50 warga Bangka dari tiga desa, yaitu Desa Kahuku, Lihunu dan Libas. Orasi dibuka dengan penolakan aktivitas tambang, lalu nyanyian bertema nasionalisme hingga pujian rohani.
Warga menyatakan kecewa kepada pemerintah karena menyengsarakan warga Bangka, dengan pemberian izin tambang di sana. Penyelenggaraan CTI-CFF pun dirasa jauh dari kebutuhan masyarakat Bangka dalam mendapatkan kehidupan layak.
Pinehas Lombonaong, warga pulau Bangka mengatakan, pemberian izin tambang biji besi di Bangka, merupakan kebijakan ekstrim dari pemerintah Kabupaten Minahasa Utara yang dikuatkan provinsi.
Diperkirakan rencana produksi penambangan biji besi dalam tiga tahun pertama mencapai 40,2 juta kiloton, atau nyaris setara volume Pulau Bangka yang dikelilingi terumbu karang dan biota laut.
“Kami telah melawan aktivitas pertambangan di Bangka. Kami rasa, perlu berdoa bersama dan meminta bantuan Tuhan untuk menyelesaikan permasalahan ini,” kata Lombonaong.
Menurut dia, ada beberapa alasan pemilihan Manado sebagai lokasi doa bersama. Warga Bangka, harus mengambil momentum CTI-CCF guna menunjukkan perusakan lingkungan di daerah itu. “Kami sudah diputuskan menang di PTUN Makassar, tapi pertambangan masih berlangsung di Bangka.”
Senada dikatakan Angelin Palit, Direktur Walhi Sulawesi Utara (Sulut). Menurut dia, kasus di Bangka, bisa menjadi pertimbangan atas pelaksanaan CTI-CCF. Dia prihatin dengan kasus yang seakan ditutupi elit politik di Sulut.
Doa bersama, juga berniat menyuarakan lebih luas masalah di Pulau Bangka. “Sejak 2010, Pulau Bangka sudah menjadi target pertambangan biji besi. Kami akan terus berkoordinasi dan edukasi kepada masyarakat dampingan.”
Perjuangan warga bukan tanpa teror. Menurut Angel, sejumlah ancaman kepada warga Bangka kerab dialami hingga mereka trauma. Kerusakan lingkungan pun sudah terjadi di sana,seperti kerusakan karang, hutan dan wilayah tangkap nelayan terganggu.