- Zulkifli Idris, warga Ternate, sudah tekuni membonsai tanaman sudah lebih 20 tahun. Zulkifli tak sembarangan bikin bonsai. Rata- rata jenis pohon masuk kategori langka setidaknya di Maluku Utara.
- Kenal bonsai sejak sekolah di Sekolah Pertanian (SPMA) pada 1995. Zulkifli Idris bilang, ada beberapa alasan pilih membonsai, dari ingin mempraktikkan ilmu pengetahuan di sekolah. Juga ingin menyelamatkan tanaman langka dan terancam punah di Maluku Utara.
- Pohon lemo lemo, salah satu tanaman yang Zulkifli Idris tanam. Lemo lem0 ini, katanya, mengilhami pembuatan bonsai pertama kali. Lemo lemo di Indonesia termasuk di Maluku Utara sebenarnya tumbuhan introduksi dari luar. Sejarahnya, pertama kali di Tiongkok jadi tanaman obat batuk yang dipelihara para tabib di istana di masa kekaisaran Dinasti Tang.
- Zulkifli Idris menginisiasi Komunitas Bonsai Galamalama disingkat Kobong. Kobong bermakna kebun dalam bahasa Melayu Ternate. Komunitas ini punya lebih 20 pebonsai di Kota Ternate. Wadah ini jadi tempat bertukar informasi mengenai bonsai hingga menggelar agenda penting di Kota Ternate.
Halaman samping rumah Zulkifli Idris , warga Kelurahan Kalumata, Kota Ternate Selatan, Maluku Utara, tak dibiarkan kosong. Dari depan ke belakang, lebar sekitar tiga meter dan panjang 15 meter itu penuh berisi pot tanaman bonsai. Rumah berpagar beton itu kiri kanan terhimpit bangunan rumah tetangga berlantai dua.
Ada juga beberapa jenis pohon agak tinggi sebagai ‘induk’ untuk setek batang jadi bonsai.
Tidak sembarangan pohon yang dibonsai oleh Zulkifli. Rata- rata jenis pohon yang masuk kategori langka setidaknya di Maluku Utara.
Untuk khas Maluku Utara, yang dibonsai seperti pohon tawabi. “Pohon ini diburu juga jadi ikon. Pohon ini mulai hilang dari bumi Maluku Utara. Pohon Ia tumbuh di pesisir dan pulau kecil berkarang. Di Indonesia lebih dikenal dengan santigi,” katanya.
Bagi penggemar bonsai santigi tidak asing lagi. Pohon bernama latin Pemphis acidula ini, jadi tanaman bonsai untuk menghias ruangan. Selain punya rupa elok, karakteristik batang, daun, bunga menjadikan santigi sebagai bonsai bernilai tinggi.
Tak heran bonsai tanaman ini banyak dikoleksi ataupun diperjual-belikan.
Secara umum, pohon ini tumbuh di wilayah beriklim tropis seperti Indonesia, tepatnya di pesisir pantai berkarang, tanah berpasir dan tepi hutan mangrove.
Selain di Indonesia, santigi juga banyak ditemukan di negara-negara di Asia Tenggara seperti Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam. Juga Srilanka (Maldives), Australia bagian utara, dan Afrika Timur.
Di gugusan pulau di Halmahera Selatan ada nama kampung diambil dari nama lokal kayu ini yakni tawabi. Ada tiga nama Kampung Tawabi sekaligus, satu di Pulau Kayoa, Kasiruta dan Kepulauan Joronga.
Kampung-kampung ini dulu banyak pohon tawabi. Seiring waktu, katanya, karena eksploitasi tak terkontrol kini tanaman ini sangat sulit ditemukan. “Ini yang membuat saya berinsiatif membuat bonsai pohon santigi,” kata Zulkifli.
Pohon santigi ini dibiakkan dengan biji. Proses bonsai sudah empat tahun, belum juga terbentuk.
Selain santigi ada juga lemo lemo. Pohon lemo- lemo ini dikenal di Jawa dengan jeruk kingkit. Ia bukan pohon asli Maluku Utara, tetapi jadi ciri khas karena keberadaannya punya hubungan sejarah dengan Tiongkok. Diduga pohon ini dibawa berlayar seturut kedatangan pedagang Tiongkok ke Indonesia.
Dulu, pohon ini banyak di Ternate bahkan ada di sekitar kedaton kesultanan. Seiring waktu, sudah sulit cari pohon ini di Malut.
Zulkifli bilang, bonsai pohon lemo lemo ini adalah tumbuhan yang mengilhami pembuatan bonsai pertama kali. Lemo lemo di Indonesia termasuk di Maluku Utara sebenarnya tumbuhan introduksi dari luar. Sejarahnya, pertama kali di Tiongkok jadi tanaman obat batuk yang dipelihara para tabib di istana di masa kekaisaran Dinasti Tang.
Ada juga bonsai tome tome. Pohon ini juga jadi bonsai Zulkifli karena mulai langka.
Tidak hanya pohon lokal Maluku Utara, ada juga dari luar dengan habitat asli di beberapa negara Asia. Ada beberapa pohon beringin, pinus Jepang, waru Vietnam dan Thailand.
Pohon-pohon itu ada yang sudah lama juga yang baru masuk ke Indonesia.
Zulkifli yang mengawali hobi membonsai sejak 2000 ini, bilang, membonsai pohon rumit karena perlu kesabaran dan ketelatenan merawat agar batang bisa membentuk dalam bertahun tahun.
Dia kenal bonsai sejak sekolah di Sekolah Pertanian (SPMA) pada 1995. Dia bilang, ada beberapa alasan pilih membonsai. Pertama, ingin memprakatikkan ilmu pengetahuan di sekolah. Kedua, ingin menyelamatkan tanaman langka dan terancam punah di Maluku Utara.
Pohon yang dipilih untuk jadi bonsai, katanya, tidak sembarangan karena ada syarat dan ketentuan.
Menurut dia, ada lima syarat harus dipenuhi ketika akan membuat bonsai. Yakni, tanaman adalah pohon atau kelomppk dikotil berkayu. Karena tidak semua tanaman dikotil itu berkayu dan berumur panjang. Lalu, pohon berdaun kecil atau daun besar yang bisa dikecilkan. Ada tanaman berbiji dikotil berdaun besar tetapi tak bisa dikecilkan.
“Tak semua pohon berdaun besar bisa dikecilkan.”
Kemudian, tanaman harus tahan dalam proses training alias tak mudah mati dalam perlakuan tertentu. Misal, ketika dahan ditekuk, dahan dan akar dipangkas atau dalam kondisi ekstrem.
Syarat lain, pohon memiliki tingkat perantingan padat.
Membuat bonsai adalah membuat miniatur pohon di alam. “Nah, untuk mencapai kematangan sempurna seperti di alam, sudah harus dibentuk dari akar, batang cabang, ranting dan anak ranting. Butuh kesabaran.”
Zulkifli juga menginisiasi Komunitas Bonsai Galamalama disingkat Kobong. Kobong bermakna kebun dalam bahasa Melayu Ternate. Komunitas ini punya lebih 20 pebonsai di Kota Ternate. Wadah ini jadi tempat bertukar informasi mengenai bonsai hingga menggelar agenda penting di Kota Ternate.
Dalam membonsai, katanya, paling penting merawat dan memuliakan tanaman. Membonsai ini baginya, menggabungkan sisi pengetahuan tentang botani dan ilmu seni.
“Basic sekolah saya di ilmu agronomi jadi cocok dengan hobi ini. Selain asal sekolah juga memanfaatkan lahan terbatas di pulau dan kota seperti di Ternate ini,” katanya.
*******